Menteri Teten Siapkan Ekosistem Sehat untuk Kembangkan Kewirausahaan Sosial
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Koperasi dan UKM tengah menyiapkan ekosistem yang sehat guna mendukung tumbuh kembang kewirausahaan sosial untuk dunia yang lebih baik. Tujuannya, agar lebih siap menghadapi tantangan ekonomi dan sosial ke depan.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, perpres soal kewirausahaan tinggal menunggu penetapan. Selanjutnya adalah penyediaan akses pembiayaan inklusif, serta fasilitasi pelatihan dan pemasaran usaha.
"Juga, penyiapan koperasi modern sebagai lembaga yang tangguh dan adapatif," ucap Teten di Jakarta, Jumat (24/12/2021).
Bagi Teten, sebenarnya, prinsip kewirausahaan sosial telah lama dijalankan. Yakni, ada dalam diri koperasi. "Di koperasi, kita tidak hanya menjalankan ekonomi, tapi harus menjalankan misi sosial demi kesejahteraan anggota," jelas Teten.
Bahkan, lebih dari itu, melalui koperasi, akan memiliki posisi tawar yang kuat lantaran terhubung dengan sektor hulu hingga hilir. Pun mudah mendapatkan akses pembiayaan.
Teten menambahkan, bisnis sosial amatlah berbeda dengan lembaga amal. Bisnis sosial mengemban misi sosial, namun mampu mandiri.
"Ada begitu banyak cara dalam menjalankan bisnis sosial," imbuh Teten.
Misalnya, pertama, memproduksi dan menjual produk makanan bergizi tinggi dengan harga murah dengan target orang miskin dan anak-anak kurang mampu. Kedua, pengembangan sistem energi terbarukan dan dijual dengan harga terjangkau pada masyarakat terpencil yang kesulitan akses energi. Ketiga, mendaur ulang sampah, limbah, dan produk buangan lain.
"Jika tidak diolah akan menghasilkan polusi bagi si miskin atau berdampak lingkungan," jelas Teten.
Teten pun menekankan bahwa pengembangan dan potensi kewirausahaan sosial di Indonesia amatlah besar. Simak saja, Indonesia menjadi negara dengan peringkat 9 dari 44 negara yang paling mendukung pengembangan social entrepreneurship.
Sektor wirausaha sosial yang dijalankan, antara lain sektor industri kreatif (22%), pertanian dan perikanan (16%), dan pendidikan (15%).
"Masa depan Indonesia ada di tangan pemuda yang akan memajukan ekonomi yang berdampak sosial," pungkas Teten.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, perpres soal kewirausahaan tinggal menunggu penetapan. Selanjutnya adalah penyediaan akses pembiayaan inklusif, serta fasilitasi pelatihan dan pemasaran usaha.
"Juga, penyiapan koperasi modern sebagai lembaga yang tangguh dan adapatif," ucap Teten di Jakarta, Jumat (24/12/2021).
Bagi Teten, sebenarnya, prinsip kewirausahaan sosial telah lama dijalankan. Yakni, ada dalam diri koperasi. "Di koperasi, kita tidak hanya menjalankan ekonomi, tapi harus menjalankan misi sosial demi kesejahteraan anggota," jelas Teten.
Bahkan, lebih dari itu, melalui koperasi, akan memiliki posisi tawar yang kuat lantaran terhubung dengan sektor hulu hingga hilir. Pun mudah mendapatkan akses pembiayaan.
Teten menambahkan, bisnis sosial amatlah berbeda dengan lembaga amal. Bisnis sosial mengemban misi sosial, namun mampu mandiri.
"Ada begitu banyak cara dalam menjalankan bisnis sosial," imbuh Teten.
Misalnya, pertama, memproduksi dan menjual produk makanan bergizi tinggi dengan harga murah dengan target orang miskin dan anak-anak kurang mampu. Kedua, pengembangan sistem energi terbarukan dan dijual dengan harga terjangkau pada masyarakat terpencil yang kesulitan akses energi. Ketiga, mendaur ulang sampah, limbah, dan produk buangan lain.
"Jika tidak diolah akan menghasilkan polusi bagi si miskin atau berdampak lingkungan," jelas Teten.
Teten pun menekankan bahwa pengembangan dan potensi kewirausahaan sosial di Indonesia amatlah besar. Simak saja, Indonesia menjadi negara dengan peringkat 9 dari 44 negara yang paling mendukung pengembangan social entrepreneurship.
Sektor wirausaha sosial yang dijalankan, antara lain sektor industri kreatif (22%), pertanian dan perikanan (16%), dan pendidikan (15%).
"Masa depan Indonesia ada di tangan pemuda yang akan memajukan ekonomi yang berdampak sosial," pungkas Teten.
(uka)