RI Harus Punya Strategi Besar, Erick Thohir: Kalau Ekspor Raw Material Tidak Dapat Apa-apa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir berbicara soal perlunya Indonesia menyusun strategi besar di sektor pertambangan. Langkah itu untuk memperkuat hilirisasi di tanah air.
Indonesia masih mengekspor 50% bahan baku (raw material) pertambangan ke negara-negara tujuan ekspor. Padahal, di lain sisi pemerintah ingin memperkuat hilirisasi pertambangan. Erick Thohir memandang, intensitas ekspor tersebut membuat Indonesia kehilangan kesempatan atau tidak mendapat keuntungan berarti di sektor pertambanagan.
"Kalau raw materialnya saja yang dikirim, ya tentu kita tidak dapat apa-apa. Apalagi data menunjukan 50% itu di Indonesia itu ekspornya masih raw material, jadi artinya apa? Sudah seyogyanya Indonesia harus merubah strategi besar," ujar Erick dikutip Rabu, (29/12/2021).
Menurutnya, globalisasi memungkinkan adanya pasar terbuka bagi negara-negara di dunia. Hanya saja, Indonesia berkomitmen memperkuat ekosistemnya atau secara mandiri membangun industri pertambangan dari hulu ke hilir. Komitmen itu sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo.
Sebelumnya, Kepala Negara menolak menandatangani kesepakatan kerja sama rantai pasok (supply chain) bahan baku pertambangan dengan sejumlah negara. Penolakan dilakukan saat pelaksanaan forum kerja sama multilateral G20 di Roma dan COP26 di Glasgow beberapa waktu lalu.
Menurut Erick Thohir, alasan Presiden menolak menandatangani kesepakatan supply chain tersebut karena Indonesia dituntut untuk mengirimkan bahan baku pertambangan sebanyak mungkin kepada sejumlah negara
"Untuk pasar global artinya apa? Bukan berarti kita anti asing, atau kita tidak suka turis asing. Itu salah besar. Pasar global artinya apa? Memang Indonesia punya keinginan bahwa sumber daya alam yang kita miliki saat ini, Pak Presiden ingin di hilirisasi di Indonesia, jadi seperti nikel kalau bisa diproduksi di Indonesia sampai baterai listriknya," tutur dia.
Ekspor bahan baku pertambangan, lanjut Erick, hanya akan menumbuhkan ekonomi negara lain. Meski mengaku tidak anti-asing, namun sumber daya alam (SDA) harus dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dalam negeri.
Erick Thohir menegaskan, Indonesia memiliki komitmen besar terhadap transformasi ekonomi hijau (green ekonomi) bagi dunia. Karena lingkungan hidup menjadi masa depan bagi generasi akan datang yang harus dijaga.
Sebaliknya, bila program green ekonomi yang kerap digaungkan banyak negara di dunia dan dinilai hanya menguntungkan negara tertentu saja, maka pemerintah dengan tegas akan menolaknya.
Indonesia masih mengekspor 50% bahan baku (raw material) pertambangan ke negara-negara tujuan ekspor. Padahal, di lain sisi pemerintah ingin memperkuat hilirisasi pertambangan. Erick Thohir memandang, intensitas ekspor tersebut membuat Indonesia kehilangan kesempatan atau tidak mendapat keuntungan berarti di sektor pertambanagan.
"Kalau raw materialnya saja yang dikirim, ya tentu kita tidak dapat apa-apa. Apalagi data menunjukan 50% itu di Indonesia itu ekspornya masih raw material, jadi artinya apa? Sudah seyogyanya Indonesia harus merubah strategi besar," ujar Erick dikutip Rabu, (29/12/2021).
Menurutnya, globalisasi memungkinkan adanya pasar terbuka bagi negara-negara di dunia. Hanya saja, Indonesia berkomitmen memperkuat ekosistemnya atau secara mandiri membangun industri pertambangan dari hulu ke hilir. Komitmen itu sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo.
Sebelumnya, Kepala Negara menolak menandatangani kesepakatan kerja sama rantai pasok (supply chain) bahan baku pertambangan dengan sejumlah negara. Penolakan dilakukan saat pelaksanaan forum kerja sama multilateral G20 di Roma dan COP26 di Glasgow beberapa waktu lalu.
Menurut Erick Thohir, alasan Presiden menolak menandatangani kesepakatan supply chain tersebut karena Indonesia dituntut untuk mengirimkan bahan baku pertambangan sebanyak mungkin kepada sejumlah negara
"Untuk pasar global artinya apa? Bukan berarti kita anti asing, atau kita tidak suka turis asing. Itu salah besar. Pasar global artinya apa? Memang Indonesia punya keinginan bahwa sumber daya alam yang kita miliki saat ini, Pak Presiden ingin di hilirisasi di Indonesia, jadi seperti nikel kalau bisa diproduksi di Indonesia sampai baterai listriknya," tutur dia.
Ekspor bahan baku pertambangan, lanjut Erick, hanya akan menumbuhkan ekonomi negara lain. Meski mengaku tidak anti-asing, namun sumber daya alam (SDA) harus dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dalam negeri.
Erick Thohir menegaskan, Indonesia memiliki komitmen besar terhadap transformasi ekonomi hijau (green ekonomi) bagi dunia. Karena lingkungan hidup menjadi masa depan bagi generasi akan datang yang harus dijaga.
Sebaliknya, bila program green ekonomi yang kerap digaungkan banyak negara di dunia dan dinilai hanya menguntungkan negara tertentu saja, maka pemerintah dengan tegas akan menolaknya.
(akr)