Menyiasati Pemakaian Listrik di Rumah Agar Lebih Dihemat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mengikuti tren gaya hidup modern yang serbapraktis dan serbateknologi terkadang berbenturan dengan kebutuhan lainnya. Salah satunya, konsumsi listrik yang boros. Terlebih lagi, konsumsi listrik saat ini diiringi dengan kenaikan tarif.
Jika dulu Anda memanaskan makanan harus menggunakan api, kini oven listrik hadir dengan layar sentuh untuk pengoperasiannya. Jika dulu kita harus membersihkan lantai dengan sapu ijuk, kini ada robot penyedot debu yang bisa bergerak sendiri. Jika dulu kita harus mengoperasikan peralatan elektronik satu per satu, kini kita harus mengoperasikan sekaligus dengan remote control dan akses internet.
Seakan berlari, teknologi terus melaju pesat tanpa bisa dihentikan. Teknologi ini hadir menjawab kebutuhan manusia yang dulu sulit terpenuhi. Tak heran, kehadiran asisten rumah tangga canggih ini pun turut mengubah gaya hidup masyarakat lebih modern dan praktis. Namun peralatan elektronik canggih ini punya kekurangan utama, yaitu lebih mahal dan boros listrik. Tapi benerkah, semua peralatan elektronik terkini boros listrik?
“Peralatan elektronik canggih ini umumnya menggantikan peran produk rumah tangga yang pada awalnya menggunakan energi selain listrik untuk beroperasi. Misalnya, sapu ijuk yang menggunakan tenaga manusia, atau kompor gas yang menggunakan api hasil pembakaran gas,” ungkap arsitek Ren Katili.
Namun, tidak benar jika semua peralatan elektronik terkini diklaim boros listrik. Berdasarkan cara kerjanya, ada produk yang memiliki watt tinggi maupun rendah.
Produk watt tinggi umumnya bersifat memanaskan atau mendinginkan. Misalnya, kompor listrik yang bersifat memanaskan bisa mengonsumsi daya 200 hingga 2.000 watt. Sama halnya dengan oven microwave yang mengonsumsi daya 600 watt sampai 1.500 watt, atau teko air listrik yang meski kecil, bisa menghabiskan daya 350 watt sampai 600 watt. (Baca: Menata Hunian saat Penerapan Aturan di Rumah Saja)
Sedangkan produk dengan watt rendah umumnya bersifat menggerakkan atau mendistribusikan energy. Misalnya, lampu bohlam LED yang hanya mengonsumsi daya 4 sampai 50 watt, atau 80% lebih sedikit dari lampu pijar. Bahkan ada pula produk yang karena terlalu kecil konsumsi listriknya, bisa hanya menggunakan tenaga baterai, seperti pencukur kumis, ponsel, atau tablet yang konsumsi listriknya kurang dari 50 watt.
“Selain kinerja lebih cepat, produk berteknologi tinggi biasanya ditambahkan teknologi lain, sehingga harga otomatis lebih mahal. Produk ini memberikan total solution pada konsumen,” ungkap Ren.
Umumnya kita memang harus mengeluarkan kocek lebih untuk membeli peralatan elektronik terkini, karena tidak hanya membeli produk, kita juga membeli gaya hidup. Misalnya, gaya hidup sehat bisa didapatkan dari produk air fryer, dimana kita bisa menggoreng tanpa minyak yang tentunya mengurangi kadar kolesterol pada makanan. Selain harganya yang mahal, produk ini juga memakan daya listrik sampai 1.500 watt.
Tidak hanya sehat, beberapa produk lainnya juga menawarkan gaya hidup praktis, dengan konsekuensi konsumsi energi yang tidak kalah tinggi. Misalnya, strika uap yang bisa mengkonsumsi daya listrik hingga 1.000 watt, namun membantu melicinkan pakaian dengan mudah dan cepat. (Baca juga: Milenial Membuuh Perpustakaan)
Jika dulu Anda memanaskan makanan harus menggunakan api, kini oven listrik hadir dengan layar sentuh untuk pengoperasiannya. Jika dulu kita harus membersihkan lantai dengan sapu ijuk, kini ada robot penyedot debu yang bisa bergerak sendiri. Jika dulu kita harus mengoperasikan peralatan elektronik satu per satu, kini kita harus mengoperasikan sekaligus dengan remote control dan akses internet.
Seakan berlari, teknologi terus melaju pesat tanpa bisa dihentikan. Teknologi ini hadir menjawab kebutuhan manusia yang dulu sulit terpenuhi. Tak heran, kehadiran asisten rumah tangga canggih ini pun turut mengubah gaya hidup masyarakat lebih modern dan praktis. Namun peralatan elektronik canggih ini punya kekurangan utama, yaitu lebih mahal dan boros listrik. Tapi benerkah, semua peralatan elektronik terkini boros listrik?
“Peralatan elektronik canggih ini umumnya menggantikan peran produk rumah tangga yang pada awalnya menggunakan energi selain listrik untuk beroperasi. Misalnya, sapu ijuk yang menggunakan tenaga manusia, atau kompor gas yang menggunakan api hasil pembakaran gas,” ungkap arsitek Ren Katili.
Namun, tidak benar jika semua peralatan elektronik terkini diklaim boros listrik. Berdasarkan cara kerjanya, ada produk yang memiliki watt tinggi maupun rendah.
Produk watt tinggi umumnya bersifat memanaskan atau mendinginkan. Misalnya, kompor listrik yang bersifat memanaskan bisa mengonsumsi daya 200 hingga 2.000 watt. Sama halnya dengan oven microwave yang mengonsumsi daya 600 watt sampai 1.500 watt, atau teko air listrik yang meski kecil, bisa menghabiskan daya 350 watt sampai 600 watt. (Baca: Menata Hunian saat Penerapan Aturan di Rumah Saja)
Sedangkan produk dengan watt rendah umumnya bersifat menggerakkan atau mendistribusikan energy. Misalnya, lampu bohlam LED yang hanya mengonsumsi daya 4 sampai 50 watt, atau 80% lebih sedikit dari lampu pijar. Bahkan ada pula produk yang karena terlalu kecil konsumsi listriknya, bisa hanya menggunakan tenaga baterai, seperti pencukur kumis, ponsel, atau tablet yang konsumsi listriknya kurang dari 50 watt.
“Selain kinerja lebih cepat, produk berteknologi tinggi biasanya ditambahkan teknologi lain, sehingga harga otomatis lebih mahal. Produk ini memberikan total solution pada konsumen,” ungkap Ren.
Umumnya kita memang harus mengeluarkan kocek lebih untuk membeli peralatan elektronik terkini, karena tidak hanya membeli produk, kita juga membeli gaya hidup. Misalnya, gaya hidup sehat bisa didapatkan dari produk air fryer, dimana kita bisa menggoreng tanpa minyak yang tentunya mengurangi kadar kolesterol pada makanan. Selain harganya yang mahal, produk ini juga memakan daya listrik sampai 1.500 watt.
Tidak hanya sehat, beberapa produk lainnya juga menawarkan gaya hidup praktis, dengan konsekuensi konsumsi energi yang tidak kalah tinggi. Misalnya, strika uap yang bisa mengkonsumsi daya listrik hingga 1.000 watt, namun membantu melicinkan pakaian dengan mudah dan cepat. (Baca juga: Milenial Membuuh Perpustakaan)