ID Food Beberkan Rumusan Transformasi Industri Gula Nasional

Sabtu, 15 Januari 2022 - 23:53 WIB
loading...
ID Food Beberkan Rumusan...
Menteri BUMN memberikan sambutan pada acara National Sugar Summit (NSS). Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Menteri BUMN Erick Thohir megatakan, National Sugar Summit (NSS) merumuskan keputusan nyata perihal kebijakan industri gula nasional ke depan sebagai langkah transformasi ekosistem pangan.

Dia menekankan, BUMN di sektor pergulaan harus menjadi motor penggerak bagi industri gula nasional dengan berkolaborasi dengan pihak terkait.

“Saya berharap BUMN yang bergerak di industri gula harus terus di-upgrade dan mengedepankan kolaborasi dan menjadi motor penggerak di industri gula nasional," kata Erick dalam keterangan pers, Sabtu (15/1/2022).



Pemerintah mencatat kesenjangan antara kebutuhan dan produksi gula masih cukup lebar, walaupun pemerintah telah berupaya mendorong pelaku usaha gula untuk meningkatkan produksi.

Upaya untuk meningkatkan produksi gula terus dilakukan melalui berbagai pendekatan, baik sisi teknis melalui peningkatan produktivitas, ekstensifikasi lahan, perubahan pola kemitraan antara industri dengan petani tebu, restrukturisasi bisnis korporasi maupun penguatan riset dan inovasi.

Dalam merespon situasi pergulaan nasional tersebut PT RNI (Persero) atau ID Food bersama Asosiasi Gula Indonesia (AGI) dan Ikatan Ahli Gula Indonesia (IKAGI) merespon melalui hasil rumusan National Sugar Summit yang terselenggara beberapa waktu lalu.

Direktur Utama ID Food sekaligus Ketua Dewan Pengarah AGI, Arief Prasetyo Adi mencatat beberapa poin dalam rumusan itu diantaranya resiliensi sektor pangan di era pandemi mampu memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian nasional, dengan pertumbuhan sebesar 14%, di mana subsektor perkebunan menyumbang 26,5% terhadap PDB Pertanian secara keseluruhan.

“Di bidang pergulaan, upaya peningkatan perlu terus ditingkatkan melalui perluasan lahan, revitalisasi sarana produksi, kemitraan dan sinergi BUMN. Selain itu, pembentukan Holding Pangan diharapkan dapat terus bersinergi dengan pemangku kepentingan dalam menciptakan ekosistem pangan nasional, termasuk memberdayakan BUMDES untuk meningkatkan nilai tukar petani Tebu,” jelas dia.



Rumusan lainnya sebagai upaya transformasi industri gula nasional adalah melalui penyediaan lahan tebu untuk pengembangan areal, disamping melalui kemitraan dengan petani tebu, juga dimungkinkan untuk memanfaatkan lahan Area Penggunaan Lain (APL), lahan HGU, lahan hutan Produksi/Perhutani/Inhutani dan lahan adat/ulayat.

Menurut Arief, para pelaku industri gula menilai bahwa isu Industri gula nasional yang masih dihadapi antara lain produktivitas yang rendah di kisaran 72 ton per ha, rendemen tebu rendah di kisaran 7,30%, tidak tercapainya optimalisasi kapasitas giling khususnya PG-PG di Jawa karena pasokan tebu yang kurang, hingga keterbatasan kemampuan pendanaan dan inefisiensi produksi.

Untuk itu, lanjut Arief, para pelaku industri gula baik asosiasi maupun BUMN yang bergerak di industri gula perlu melakukan transformasi untuk menciptakan ekosistem gula yang terintegrasi melalui sinergi industri gula dalam mengoptimalisasi lahan tebu, peningkatan peran petani tebu rakyat melalui perbaikan hubungan kemitraan.

Lalu, penerapan inovasi dan teknologi future practices berbasis teknologi digital sepanjang rantai nilai Industri gula, serta dukungan kemampuan pendanaan bagi Industri gula, antara lain dengan mengimplementasikan PP No. 24/2015 tentang penghimpunan dana perkebunan.

Isu lainnya juga terkait dukungan kelancaran penyediaan pupuk, benih tebu unggul, dan alsintan, peningkatan diversifikasi dan hilirisasi produk gula dan turunannya.



Dalam penguatan ketahanan pangan, lanjut Arif, khususnya pada industri gula di Indonesia, hasil rumusan para pelaku industri gula perlu dukungan dari lembaga riset dalam pengembangan varietas unggul sesuai tipologi lahan yang memiliki potensi produktivitas, rendemen yang tinggi, program sosialisasi dan pemberian insentif kepada pabrik gula dan petani untuk melakukan perubahan varietas sesuai rekomendasi hasil uji.

Selain dukungan Lembaga riset, perlu dikembangkan aplikasi sistem berbasis teknologi digital untuk memperkirakan produksi dan permintaan gula, produksi tanaman tebu dengan dukungan citra satelit dan citra drone di setiap tahap pertumbuhan tanaman di seluruh wilayah Indonesia dengan mempertimbangkan pengaruh cuaca dan iklim.

Sementara itu, Direktur Komersial ID Food Frans Marganda Tambunan mencatat, sebagai salah satu BUMN yang bergerak di industri gula, ID Food akan terus melakukan perbaikan kinerja dan pembenahan basic operation baik di budidaya tebu maupun di pabrik pengolahan.

“Perbaikan ini dilakukan melalui pemurnian varietas penggunaan pupuk berimbang untuk meningkatkan produktivitas tebu per hektar. Perbaikan pada peralatan mesin juga dilakukan berkala untuk tetap menjaga performa giling tebu," ungkapnya.
(ind)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1316 seconds (0.1#10.140)