Pertumbuhan industri andalkan daya beli

Selasa, 17 Juli 2012 - 21:16 WIB
Pertumbuhan industri andalkan daya beli
Pertumbuhan industri andalkan daya beli
A A A
Sindonews.com - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan bahwa pertumbuhan industri manufaktur nasional di semester II-2012 mengandalkan daya beli masyarakat dan belanja pemerintah.

Sekjen Kemenperin Anshari Bukhari mengatakan, pihaknya masih optimis industri manufaktur nasional masih bisa bertumbuh hingga 7,1 persen pada tahun ini.

Meski, lanjutnya, masih terjadi sedikit perlambatan pertumbuhan di sejumlah sektor industri tertentu, seperti tekstil dan produk tekstil (TPT) serta besi dan baja. Kondisi itu, kata dia, disebabkan oleh pasar ekspor yang terkena dampak perlambatan ekonomi global.

"Karena itu, kita fokus memperkuat penyerapan pasar domestik. Jadi, memacu konsumsi di dalam negeri untuk mendorong produksi," kata Anshari seusai membuka pameran Gelar Produk IKM 2012 (Jakcraft V) di Kemenperin, Jakarta, Selasa (17/7/2012).

Sementara itu, Direktur Eksekutif The Indonesian Iron and Steel Industry Associations (IISIA) Edward Pinem mengatakan, produksi baja nasional tahun ini dikhawatirkan tidak akan mencapai 6,5 juta ton akibat kurangnya pasokan bahan baku.

Sekira 7.000 kontainer berisi bahan baku besi tua (scrap) masih tertahan di sejumlah pelabuhan, yakni Tanjung Priok Jakarta, Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya,dan Pelabuhan Belawan Medan karena diduga mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).

"Satu kontainer isinya 20 ton scrap. Kemarin kita ketemu dengan pemerintah, mungkin nanti berikutnya proses importasi itu sudah mempunyai kepastian hukum yang lebih mudah, karena sungguh berat bebannya menanggung di pelabuhan karena barangnya tertahan," kata Edward.

Edward memperkirakan, produksi baja di semester II-2012 juga akan mengalami penurunan hingga 30 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Ditambah lagi, kata dia, kenaikan harga gas sektor industri menambah beban biaya produksi para produsen baja nasional.

Dia memperkirakan, setiap kenaikan harga gas sebesar USD1 per mmbtu, maka akan menaikkan beban biaya sekira USD3-USD5. "Industri ini tidak kompetitif menghadapi serbuan produk impor barang jadi. Proteksi sangat rendah," ucapnya.

Terpisah, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman mengatakan, makanan dan minuman adalah sektor industri yang paling tahan menghadapi dampak krisis global.

Untuk itu, ujarnya, pemerintah harus bisa menciptakan iklim usaha yang kondusif, mulai dari sinkronisasi koordinasi hingga perbaikan sistem logistik.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6081 seconds (0.1#10.140)