Menggores batik tulis pada sajadah

Rabu, 01 Agustus 2012 - 09:36 WIB
Menggores batik tulis pada sajadah
Menggores batik tulis pada sajadah
A A A
Sindonews.com – Bulan Ramadan rupanya juga menginspirasi pembatik Griya Wisata Pusat Batik di City of Tomorrow untuk menambah koleksi yang dikategorikan koleksi islami. Goresan malam tersebut lantas ditulis di atas sajadah.

“Sajadah itu kan biasanya terbuat dari bahan karpet. Kali ini dari batik tulis,” tutur pengelola Griya Wisata Pusat Batik di Cito, Herminiyati Erwin, kemarin. Untuk pembuatannya pun sama dengan batik tulis kebanyakan. Hanya saja, di bagian bawah sajadahnya diberi tambahan kain berserat yang juga berfungsi sebagai alas.

Motifnya pun sangat beragam. Selain motif kubah masjid serta pohon kelapa, ada pula sejumlah bentuk-bentuk bunga-bungaan serta hewan. Seperti bentuk dedaunan dan kupu-kupu. “Membatik sajadah ini memang lebih mudah dibanding membatik lembaran kain untuk busana,” tuturnya.

Itu dikarenakan, ukuran diameter cantingnya berbeda. Untuk membuat sajadah batik, Hermin cukup menggunakan canting dengan diameter yang lebih besar. Sehingga tingkat kesulitannya tidak terlalu rumit. “Kalau ukuran diameter cantingnya kecil itu berarti semakin menunjukkan detail. Sehingga proses pembuatannya juga lebih lama,” ungkapnya.

Karena memang dikerjakan secara handmade, sajadah batik ini dijual dengan harga mulai dari Rp50 ribu. “Karena ini batik tulis, sehingga motif antara sajadah satu dengan yang lain pasti berbeda,” lanjutnya.

Motif-motif pada sajadah batik, dijelaskan Hermin, merupakan motif kontemporer. “Motif kontemporer seperti ini mulai booming semenjak batik mulai digemari oleh masyarakat. Terlebih saat ditetapkan oleh Unesco bahwa batik sebagai warisan budaya asli Indonesia,” tuturnya. Makanya tak heran, logo club sepakbola, seperti MU, AC Milan dan Intermilan juga dijadikan sebagai motif pada batik.

Selain diaplikasikan pada sajadah, batik tulis ini juga dibuat sebagai pemanis pada beragam perlengkapan beribadah lainnya. Yakni mukena, sarung, jilbab hingga peci. “Semakin banyak variasi motif batik pada busana atau aksesoris lainnya ini otomatis menambah minat beli masyarakat,” tuturnya.

Untuk menonjolkan karakter islaminya, Hermin tidak mau asal untuk mencari inspirasi motifnya. Untuk motif batik yang diaplikasikan sebagai kaligrafi pada mukena ini, sambung Hermin bisa diambil dari buku-buku islami atau ayat-ayat dalam Al-Quran. “Meski begitu, kita tetap harus memilah, tidak bisa asal tempel. Karena tanggung jawabnya juga besar,” katanya.

Santi Susanti, salah satu pengunjung mengaku memang suka dengan batik. Khususnya, motif-motif kontemporer. “Karena saya belum seberapa paham dengan batik, makanya yang saya sukai adalah motif kontemporer. Motif yang lebih familiar dan cenderung memberi kesan muda,” ujarnya.
(and)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7167 seconds (0.1#10.140)