Berdiri di Masa Krisis Keuangan, BPR Hasamitra Tangguh Hadapi Pandemi

Senin, 24 Januari 2022 - 11:55 WIB
loading...
Berdiri di Masa Krisis...
Pendiri Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Hasamitra, Yonggris Lao. Foto: SINDOnews/Muchtamir Zaide
A A A
MAKASSAR - Krisis ekonomi yang melanda pada tahun 1998 menjadi sejarah horor bagi Indonesia. Tapi siapa sangka, masa tersebut justru menjadi awal terbentuknya sebuah lembaga jasa keuangan di Kota Makassar.

Ialah Yonggris Lao, pendiri Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Hasamitra , yang jeli melihat kesempatan di tengah krisis. Ia tak pasrah dengan kondisi yang melanda Tanah Air. Sebaliknya, Yonggris menggagas BPR Hasamitra dengan tujuan mulia, berkontribusi mengelola dana masyarakat.

Baca Juga: BPR Hasamitra
"Hasamitra dirintis sejak tahun 1999, waktu itu terjadi krisis ekonomi. Saya juga banyak dana yang tersangkut di bank dan beberapa bank juga tutup. Saya berpikir kenapa kita tidak coba untuk bisa mengelola dana ini dengan cara yang lebih baik," ungkap Yonggris.

Meski dirintis sejak tahun 1999, tapi BPR Hasamitra secara resmi berdiri pada tanggal 15 November 2005 berdasarkan Akte Pendirian Perseoran Terbatas No 12 tanggal 24 Maret 2004. Menurut Yonggris, perjalanan panjang dari tahun 1999 hingga 2005 saat izin dikantongi, BPR Hasamitra fokus pada persiapan strategi perusahaan dan sumber daya manusia (SDM).

Baca Juga: BPR Hasamitra
"Hasamitra itu mengelola uang masyarakat sekitar Rp2 triliun lebih, saya sendiri dengan pemegang saham hanya sekitar Rp300 miliar jadi uang masyarakat jauh lebih besar," ungkap Yonggris yang juga menjabat sebagai Komisaris Utama BPR Hasamitra.

Lanjut dia, karena porsi uang masyarakat yang dikelola jauh lebih besar, maka diharapkan peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam melindungi dana tersebut. Salah satunya dengan melindungi bank sebagai pengelola melalui kebijakan yang dikeluarkan sehingga operasional berjalan jujur, serta taat asas dan aturan.

Baca Juga: BPR Hasamitra
Tercatat, hingga Oktober 2021, aset BPR Hasamitra meningkat menjadi Rp2,63 triliun, tumbuh 8,37% secara year on year (YoY) dari Rp2,45 triliun pada tahun 2020. Selanjutnya penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp1,92 triliun, tumbuh dari Rp1,67 triliun pada periode yang sama tahun 2020 lalu.

Adapun penyaluran kredit juga masih positif, yaitu mencapai Rp2,13 triliun, tumbuh 3,69 YoY dengan Non Perfoarming Loan (NPL) yang masih terjaga di angka 0,28%. Meski komposisi kredit yang disalurkan masih didominasi konsumtif. Produktif hanya berkontribusi sekitar 12% saja.

Baca Juga: BPR Hasamitra
"Sekarang orang sudah mulai berani belanja ini dan itu. Itu membuat perekonomian kita berputar lebih kencang dan akhirnya bank juga bisa bertumbuh. Jadi tahun 2022 ini kami berharap dan sudah menargetkan juga pertumbuhan di atas 10 persen," kata Yonggris.

Akrab dengan Bisnis Perbankan

Membangun sebuah lembaga jasa keuangan dari nol bukan persoalan mudah. Mengelola dana masyarakat bukan soal mahir kalkulatoran saja, tapi jauh lebih kompleks. Tapi hal itu bukan tidak mungkin bisa dilakukan jika berbekal dorongan dan tekad yang kuat.

Yonggris Lao, misalnya. Meski tidak berasal dari keluarga dengan pengalaman bisnis di bidang keuangan, tapi ia berhasil mendirikan BPR terbesar di Sulsel. Ia mengaku familiar atau akrab dengan bisnis perbankan karena sering berinteraksi dan memanfaatkan layanan bank.

Baca Juga: BPR Hasamitra
"Jadi kadang-kadang jalan hidup itu susah kita tebak, jadi jalan hidup terbuka sesuai dengan kesempatan yang ada. Dan bisnis yang sukses itu orang yang jeli melihat kesempatan meskipun agak kabur. Bisa membuat kesempatan yang kecil itu menjadi lebih besar," pungkasnya.
(luq)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1562 seconds (0.1#10.140)