Hilirisasi Batu Bara, Erick Thohir Dorong Percepatan Transisi EBT
loading...
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama Menteri BUMN Erick Thohir Senin (24/1) lalu melakukan groundbreaking proyek hilirisasi batu bara menjadi dimetil eter (DME) di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan (Sumsel). Melalui groundbreaking tersebut, Indonesia membuka babak baru dalam mengolah bahan bakar fosil menjadi energi baru terbarukan (EBT).
Menurut Erick, proyek hilirisasi atau gasifikasi batu bara ini akan mencatatkan sejarah baru bagi Indonesia dalam memanfaatkan sumber daya energi. Erick menegaskan, potensi sumber daya alam (SDA) yang dimiliki Indonesia tak boleh lagi justru dimanfaatkan untuk negara lain.
"Gasifikasi batu bara memberikan nilai tambah langsung pada perekonomian nasional secara makro karena sejalan dengan arahan presiden untuk mengurangi ketergantungan pada produk impor. Juga transformasi ke ekonomi hijau serta energi baru dan terbarukan," ujar Erick dalam keterangannya, Selasa (25/1/2022).
Erick menjelaskan, Kementerian BUMN berkomitmen penuh dalam melakukan akselerasi proyek gasifikasi batu bara. Ia optimis melalui hilirisasi energi, Indonesia akan mampu meningkatkan posisi dalam persaingan energi global. Tak hanya itu, langkah itu menurut Erick juga akan mengurangi ketergantungan Indonesia atas impor liquid petroleum gas (LPG).
"Hilirisasi sumber daya alam dengan gasifikasi batu bara menjadi gas DME untuk mengurangi impor LPG merupakan bagian dari transformasi BUMN agar siap menghadapi pasar global," tambahnya.
Proyek hilirisasi ini merupakan hasil kerja sama antara PT Bukit Asam (Persero) Tbk dan PT Pertamina (Persero), dengan investor asal Amerika Serikat, Air Products. Meski begitu, Pemerintah memastikan hilirisasi batu bara akan memberdayakan 95% tenaga kerja dalam negeri.
Proyek hilirisasi batu bara ini diperkirakan bakal membuka 25.000 lapangan kerja baru bagi masyarakat Indonesia. Rinciannya, 12.000-13.000 lapangan kerja dibuka dari tahap konstruksi, sedangkan sisanya akan tercipta saat masuk ke tahap pengoperasian pabrik.
Lebih lanjut, Erick menjelaskan bahwa proyek hilirisasi ini setelah beroperasi akan memangkas pengeluaran APBN hingga Rp7 triliun per tahun. Di bagian lain, proyek ini juga mendatangkan investasi asing dari APCI sebesar USD2,1 miliar atau sekitar Rp30 triliun dan menghemat cadangan devisa hingga Rp9,7 triliun per tahun.
“Semoga niat baik kami Kementerian BUMN dan BKPM memberikan manfaat bagi masyarakat," pungkas Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) ini.
Sebagai informasi, proyek hilirisasi ini merupakan kolaborasi tiga kementerian yakni Kementerian BUMN, Kementerian Investasi/BKPM dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Kolaborasi tiga kementerian ini berhasil menarik dana investasi sekitar Rp30 triliun dari AS melalui Air Products serta mendorong terwujudnya kemandirian energi nasional.
Lihat Juga: Gotong Royong Bangun Jargas, Solusi Kurangi Beban Subsidi Energi lewat Optimalisasi Gas Domestik
Menurut Erick, proyek hilirisasi atau gasifikasi batu bara ini akan mencatatkan sejarah baru bagi Indonesia dalam memanfaatkan sumber daya energi. Erick menegaskan, potensi sumber daya alam (SDA) yang dimiliki Indonesia tak boleh lagi justru dimanfaatkan untuk negara lain.
"Gasifikasi batu bara memberikan nilai tambah langsung pada perekonomian nasional secara makro karena sejalan dengan arahan presiden untuk mengurangi ketergantungan pada produk impor. Juga transformasi ke ekonomi hijau serta energi baru dan terbarukan," ujar Erick dalam keterangannya, Selasa (25/1/2022).
Erick menjelaskan, Kementerian BUMN berkomitmen penuh dalam melakukan akselerasi proyek gasifikasi batu bara. Ia optimis melalui hilirisasi energi, Indonesia akan mampu meningkatkan posisi dalam persaingan energi global. Tak hanya itu, langkah itu menurut Erick juga akan mengurangi ketergantungan Indonesia atas impor liquid petroleum gas (LPG).
"Hilirisasi sumber daya alam dengan gasifikasi batu bara menjadi gas DME untuk mengurangi impor LPG merupakan bagian dari transformasi BUMN agar siap menghadapi pasar global," tambahnya.
Proyek hilirisasi ini merupakan hasil kerja sama antara PT Bukit Asam (Persero) Tbk dan PT Pertamina (Persero), dengan investor asal Amerika Serikat, Air Products. Meski begitu, Pemerintah memastikan hilirisasi batu bara akan memberdayakan 95% tenaga kerja dalam negeri.
Proyek hilirisasi batu bara ini diperkirakan bakal membuka 25.000 lapangan kerja baru bagi masyarakat Indonesia. Rinciannya, 12.000-13.000 lapangan kerja dibuka dari tahap konstruksi, sedangkan sisanya akan tercipta saat masuk ke tahap pengoperasian pabrik.
Lebih lanjut, Erick menjelaskan bahwa proyek hilirisasi ini setelah beroperasi akan memangkas pengeluaran APBN hingga Rp7 triliun per tahun. Di bagian lain, proyek ini juga mendatangkan investasi asing dari APCI sebesar USD2,1 miliar atau sekitar Rp30 triliun dan menghemat cadangan devisa hingga Rp9,7 triliun per tahun.
“Semoga niat baik kami Kementerian BUMN dan BKPM memberikan manfaat bagi masyarakat," pungkas Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) ini.
Sebagai informasi, proyek hilirisasi ini merupakan kolaborasi tiga kementerian yakni Kementerian BUMN, Kementerian Investasi/BKPM dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Kolaborasi tiga kementerian ini berhasil menarik dana investasi sekitar Rp30 triliun dari AS melalui Air Products serta mendorong terwujudnya kemandirian energi nasional.
Lihat Juga: Gotong Royong Bangun Jargas, Solusi Kurangi Beban Subsidi Energi lewat Optimalisasi Gas Domestik
(fai)