Bos Asabri di Depan DPR: Saya Kenyang Lihat Direksi Korupsi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Utama PT Asabri (Persero) Wahyu Suparyono mengaku, memahami motif dan cara Direksi BUMN melakukan tindak pidana korupsi . Hal itu dia sampaikan kepada Komisi VI DPR RI saat rapat dengar pendapat, Selasa (25/1/2022).
Wahyu memang pernah berkarir selama 17 tahun sebagai Deputi Investigasi di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Dia pun kerap mengusulkan agar direksi BUMN dipecat bila kedapatan melakukan gerakan tindak pidana korupsi.
"Saya ingin katakan kalau ada gerakan nyolong, saya usulkan diberhentikan dulu. Prinsip Pak itu. Ini persoalan hati pak. Saya kenyang pak lihat gimana sih cara direksi (BUMN) korupsi, baik itu di DKB. Saya paham betul pak, cara Direksi nyuri. 17 tahun saya Deputi Investigasi di BPKP Pak, saya akuntan murni," ujar Wahyu, dikutip Rabu (26/1/2022).
Dia memastikan usulan kepada Kementerian BUMN untuk memberhentikan Direksi perusahaan pelat merah bila adanya laporan window dressing, namun tidak sesuai dengan fakta lapangan. Window dressing dipahami sebagai strategi mempercantik portofolio investasi yang dilakukan perusahaan maupun manajer investasi. Upaya ini dilakukan sebelum disampaikan kepada pemegang saham atau investor.
Bahkan, Wahyu menyarankan kepada manajemen BUMN lainnya agar tidak lagi menggunakan window dressing dalam menyusun laporan perusahaan. Menurutnya, window dressing hanyalah hobi masa lalu dan sudah kuno saat ini.
"Teman BUMN lain bangganya minta ampun window dressing supaya tantiemnya besar, ini kampungan pak. Saya sudah beri masukan ke teman-teman, window dressing ini hobi masa lalu, sudah kuno sekarang," ungkapnya.
Kejadian berbeda, lanjut Wahyu, justru terjadi di perusahaan yang saat ini dia pimpin. Dia membeberkan, selama 18 tahun dia berkarir di BUMN, baru Asabri yang tidak menerbitkan laporan keuangan perusahaan pada 2017 lalu.
"Bapak bisa bayangkan BUMN keren begitu ndah ada laporannya. Saya cari itu tidak ada, ini direktur keuangan opo? Kira-kira begitu, ini yang terjadi Pak. Tapi saya bersyukur mendapat direktur keuangan yang profesional juga, beliau ini di Taspen di Garuda, dan Mandiri," ucapnya
"Saya dikenal di kementerian tukang usulkan Direktur berhenti, sudah kenyang Pak. Apalagi memberhentikan Sekper, walaupun itu kolonel atau jenderal, sikat aja tuh. Soalnya Pak Prabowo dan semua mendorong, 'Pak Wahyu yang nggak bener, nggak usah takut," lanjut dia.
Wahyu memang pernah berkarir selama 17 tahun sebagai Deputi Investigasi di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Dia pun kerap mengusulkan agar direksi BUMN dipecat bila kedapatan melakukan gerakan tindak pidana korupsi.
"Saya ingin katakan kalau ada gerakan nyolong, saya usulkan diberhentikan dulu. Prinsip Pak itu. Ini persoalan hati pak. Saya kenyang pak lihat gimana sih cara direksi (BUMN) korupsi, baik itu di DKB. Saya paham betul pak, cara Direksi nyuri. 17 tahun saya Deputi Investigasi di BPKP Pak, saya akuntan murni," ujar Wahyu, dikutip Rabu (26/1/2022).
Dia memastikan usulan kepada Kementerian BUMN untuk memberhentikan Direksi perusahaan pelat merah bila adanya laporan window dressing, namun tidak sesuai dengan fakta lapangan. Window dressing dipahami sebagai strategi mempercantik portofolio investasi yang dilakukan perusahaan maupun manajer investasi. Upaya ini dilakukan sebelum disampaikan kepada pemegang saham atau investor.
Bahkan, Wahyu menyarankan kepada manajemen BUMN lainnya agar tidak lagi menggunakan window dressing dalam menyusun laporan perusahaan. Menurutnya, window dressing hanyalah hobi masa lalu dan sudah kuno saat ini.
"Teman BUMN lain bangganya minta ampun window dressing supaya tantiemnya besar, ini kampungan pak. Saya sudah beri masukan ke teman-teman, window dressing ini hobi masa lalu, sudah kuno sekarang," ungkapnya.
Kejadian berbeda, lanjut Wahyu, justru terjadi di perusahaan yang saat ini dia pimpin. Dia membeberkan, selama 18 tahun dia berkarir di BUMN, baru Asabri yang tidak menerbitkan laporan keuangan perusahaan pada 2017 lalu.
"Bapak bisa bayangkan BUMN keren begitu ndah ada laporannya. Saya cari itu tidak ada, ini direktur keuangan opo? Kira-kira begitu, ini yang terjadi Pak. Tapi saya bersyukur mendapat direktur keuangan yang profesional juga, beliau ini di Taspen di Garuda, dan Mandiri," ucapnya
"Saya dikenal di kementerian tukang usulkan Direktur berhenti, sudah kenyang Pak. Apalagi memberhentikan Sekper, walaupun itu kolonel atau jenderal, sikat aja tuh. Soalnya Pak Prabowo dan semua mendorong, 'Pak Wahyu yang nggak bener, nggak usah takut," lanjut dia.
(akr)