Pembeli Tak Percaya Minyak Goreng di Pasar Becek Masih Mahal, Pedagang Kasih Bukti Struk Pembelian
loading...
A
A
A
BEKASI - Minyak goreng subsidi seharga Rp14.000 per liter yang semestinya sudah tersedia di pasar tradisional mulai Rabu (26/1/2022) nyatanya masih sulit didapati.
Di salah satu pasar tradisional di kawasan Bekasi misalnya, kebanyakan pedagang pasar masih menjual minyak goreng harga lama yang mencapai Rp20.000 per liter lantaran pasokan minyak goreng subsidi belum masuk.
Eka (30), salah seorang pedagang sembako mengaku masih menjual minyak goreng kemasan seharga Rp20.000 per liter dan Rp40.000 untuk ukuran 2 liter. Pasalnya, harga yang didapat dari sales agen masih dijual dengan harga tinggi.
"Masih harga lama (minyaknya), satu liternya Rp20.000, yang 2 liternya Rp40.000. Saya nggak bisa kasih harga di bawah itu, soalnya dari agennya aja masih mahal," ujarnya saat ditemui MNC Portal Indonesia (MPI) di lokasi, Kamis (27/1/2022).
Dia pun membeberkan bahwa dia membeli satu dus minyak goreng berisi 12 bungkus ukuran 1 liter dari agen seharga Rp224.000. Artinya, harga per liternya berkisar Rp18.600. Sedangkan untuk ukuran 2 liter per karton isi 6 bungkus harganya Rp232.000 atau dengan kata lain harga per kemasan Rp38.600.
"Jadi yang ukuran 1 liter saya jual Rp20.000 ke pembeli, nah yang 2 liternya Rp40.000. Itu harga yang saya dapat saat ini. Belum ada sales ngasih harga murah," akunya.
Seiring heboh minyak goreng satu harga yang dibanderol Rp14.000 per liter, Eka mengaku banyak pembeli yang berulangkali bertanya ke dirinya lantaran harga minyak di warungnya masih mahal. "Bu, minyak kan sudah murah. Kok ini masih mahal," ucapnya menirukan pembeli di warungnya.
Eka pun mengaku sudah menerangkan sejujurnya kepada pembeli, namun tetap saja tak percaya, sampai-sampai dia harus menunjukkan struk pembelian minyak goreng yang dibeli melalui agen.
"Pembeli tuh masih nggak percaya kalau minyak masih mahal. Dikiranya saya bohong. Saya kasih unjuk aja struk pembelian saya dari sales agen. Setelah itu baru mereka percaya," tukasnya.
Dengan masih adanya disparitas harga minyak goreng antara ritel modern dan pasar tradisional, Eka tak mempermasalahkan bahkan menyarankan pelanggannya untuk membeli di toko ritel modern jika menginginkan harga lebih murah.
"Ada pedagang makanan waktu itu beli minyak di sini. Kasihan saya lihatnya, bawa uang pas-pasan. Saya saranin aja buat beli minyak di supermarket biar lebih murah harganya, soalnya di tempat saya masih mahal. Tapi pembeli itu nggak mau datang lagi ke supermarket karena takut nggak dapet lagi, sudah antri lama tapi nggak kebagian juga," ungkapnya.
Dia pun berharap distribusi minyak goreng satu harga bisa segera terealisasi di pasar tradisional sehingga para pembeli yang datang bisa mendapatkan minyak goreng murah seharga Rp14.000 per liter. "Semoga cepet ada di pasar. Biar nggak pada komplain terus minyak mahal," tuturnya.
Lihat Juga: Gus Miftah Hina Penjual Es, Ikatan Pedagang Pasar: Sebagai Pejabat Harusnya Jadi Teladan
Di salah satu pasar tradisional di kawasan Bekasi misalnya, kebanyakan pedagang pasar masih menjual minyak goreng harga lama yang mencapai Rp20.000 per liter lantaran pasokan minyak goreng subsidi belum masuk.
Eka (30), salah seorang pedagang sembako mengaku masih menjual minyak goreng kemasan seharga Rp20.000 per liter dan Rp40.000 untuk ukuran 2 liter. Pasalnya, harga yang didapat dari sales agen masih dijual dengan harga tinggi.
"Masih harga lama (minyaknya), satu liternya Rp20.000, yang 2 liternya Rp40.000. Saya nggak bisa kasih harga di bawah itu, soalnya dari agennya aja masih mahal," ujarnya saat ditemui MNC Portal Indonesia (MPI) di lokasi, Kamis (27/1/2022).
Dia pun membeberkan bahwa dia membeli satu dus minyak goreng berisi 12 bungkus ukuran 1 liter dari agen seharga Rp224.000. Artinya, harga per liternya berkisar Rp18.600. Sedangkan untuk ukuran 2 liter per karton isi 6 bungkus harganya Rp232.000 atau dengan kata lain harga per kemasan Rp38.600.
"Jadi yang ukuran 1 liter saya jual Rp20.000 ke pembeli, nah yang 2 liternya Rp40.000. Itu harga yang saya dapat saat ini. Belum ada sales ngasih harga murah," akunya.
Seiring heboh minyak goreng satu harga yang dibanderol Rp14.000 per liter, Eka mengaku banyak pembeli yang berulangkali bertanya ke dirinya lantaran harga minyak di warungnya masih mahal. "Bu, minyak kan sudah murah. Kok ini masih mahal," ucapnya menirukan pembeli di warungnya.
Eka pun mengaku sudah menerangkan sejujurnya kepada pembeli, namun tetap saja tak percaya, sampai-sampai dia harus menunjukkan struk pembelian minyak goreng yang dibeli melalui agen.
"Pembeli tuh masih nggak percaya kalau minyak masih mahal. Dikiranya saya bohong. Saya kasih unjuk aja struk pembelian saya dari sales agen. Setelah itu baru mereka percaya," tukasnya.
Dengan masih adanya disparitas harga minyak goreng antara ritel modern dan pasar tradisional, Eka tak mempermasalahkan bahkan menyarankan pelanggannya untuk membeli di toko ritel modern jika menginginkan harga lebih murah.
"Ada pedagang makanan waktu itu beli minyak di sini. Kasihan saya lihatnya, bawa uang pas-pasan. Saya saranin aja buat beli minyak di supermarket biar lebih murah harganya, soalnya di tempat saya masih mahal. Tapi pembeli itu nggak mau datang lagi ke supermarket karena takut nggak dapet lagi, sudah antri lama tapi nggak kebagian juga," ungkapnya.
Dia pun berharap distribusi minyak goreng satu harga bisa segera terealisasi di pasar tradisional sehingga para pembeli yang datang bisa mendapatkan minyak goreng murah seharga Rp14.000 per liter. "Semoga cepet ada di pasar. Biar nggak pada komplain terus minyak mahal," tuturnya.
Lihat Juga: Gus Miftah Hina Penjual Es, Ikatan Pedagang Pasar: Sebagai Pejabat Harusnya Jadi Teladan
(ind)