Wishnutama: Hanya 15% Perusahaan di Dunia yang Sukses Transformasi Digital
loading...
A
A
A
JAKARTA - Komisaris Utama Telkomsel Wishnutama Kusubandio membeberkan tantangan melakukan transformasi digital di perusahaan . Pasalnya hanya 15% yang berhasil dari 95% perusahaan di seluruh dunia.
"Artinya memang kalau banyak yang gagal berarti ada yang salah. Padahal dengan digital kan harusnya kita semakin mudah, sederhana, dan nggak ribet," ujar Wishnutama dalam diskusi virtual, Senin (31/1/2022).
Dia mengungkapkan, Indonesia gencar mendorong transformasi digital terutama di tengah pandemi. Transformasi digital digadang mampu memudahkan pekerjaan sehari-hari berkat keterlibatan teknologi.
Namun pada pelaksanaannya, tidak banyak perusahaan atau instansi pemerintah yang berhasil menerapkan transformasi digital. Malah, pekerjaan yang harusnya selesai dengan mudah dikerjakan dua kali.
"Orang lihat, transformasi digital, oh, mesti transformasi teknologi, padahal yang benar komponen teknologi itu cuma di bawah 30% saja pengaruhnya," kata Wishnutama.
Dia menjelaskan, komponen penting yang harus di transformasi sebelum teknologi ialah pola pikir, pola kepemimpinan dan pola kerja perusahaan. Dia mencontohkan transformasi digital gegara sumber daya manusia di perusahaan atau instansi pemerintah yang gagal karena 3 aspek tadi belum berubah atau stagnan.
"Pernah kita lihat misalnya isi aplikasi, isi data panjang lebar. Eh begitu sampai ke lokasi, isi data lagi, jadi teknologinya aja transformasi tapi prosesnya nggak, masih mindset masa lalu, masih isi data berulang-ulang," ungkap Wishnutama.
Dia menuturkan, transformasi digital harus dibarengi dengan transformasi pola pikir, pola kepemimpinan, dan pola kerja. Hal itu sangat pening dilakukan jika ingin transformasi digital berhasil. Pasalnya, pola tersebut sudah berjalan berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus tahun lamanya.
"Tapi kita harus berani mengubah kebiasaan-kebiasaan ini kalau mau transformasi digital ini berhasil," ujar Wishnutama.
"Artinya memang kalau banyak yang gagal berarti ada yang salah. Padahal dengan digital kan harusnya kita semakin mudah, sederhana, dan nggak ribet," ujar Wishnutama dalam diskusi virtual, Senin (31/1/2022).
Dia mengungkapkan, Indonesia gencar mendorong transformasi digital terutama di tengah pandemi. Transformasi digital digadang mampu memudahkan pekerjaan sehari-hari berkat keterlibatan teknologi.
Namun pada pelaksanaannya, tidak banyak perusahaan atau instansi pemerintah yang berhasil menerapkan transformasi digital. Malah, pekerjaan yang harusnya selesai dengan mudah dikerjakan dua kali.
"Orang lihat, transformasi digital, oh, mesti transformasi teknologi, padahal yang benar komponen teknologi itu cuma di bawah 30% saja pengaruhnya," kata Wishnutama.
Dia menjelaskan, komponen penting yang harus di transformasi sebelum teknologi ialah pola pikir, pola kepemimpinan dan pola kerja perusahaan. Dia mencontohkan transformasi digital gegara sumber daya manusia di perusahaan atau instansi pemerintah yang gagal karena 3 aspek tadi belum berubah atau stagnan.
"Pernah kita lihat misalnya isi aplikasi, isi data panjang lebar. Eh begitu sampai ke lokasi, isi data lagi, jadi teknologinya aja transformasi tapi prosesnya nggak, masih mindset masa lalu, masih isi data berulang-ulang," ungkap Wishnutama.
Dia menuturkan, transformasi digital harus dibarengi dengan transformasi pola pikir, pola kepemimpinan, dan pola kerja. Hal itu sangat pening dilakukan jika ingin transformasi digital berhasil. Pasalnya, pola tersebut sudah berjalan berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus tahun lamanya.
"Tapi kita harus berani mengubah kebiasaan-kebiasaan ini kalau mau transformasi digital ini berhasil," ujar Wishnutama.
(nng)