Hadapi Lonjakan Klaim, Begini Strategi Perusahaan Asuransi Menatap 2022
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tahun 2021 menjadi periode yang sulit bagi industri asuransi di Tanah Air, karena harus bertahan di tengah lonjakan klaim . Untuk itu diperlukan strategi yang baik demi membangun bisnis yang berkelanjutan.
PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re mengakui mereka harus menghadapi tantangan bisnis berupa lonjakan klaim dan peningkatan nilai beban pada 2021.
Direktur Utama Indonesia Re, Benny Waworuntu mengatakan, pada 2021 pihaknya menghadapi cukup banyak klaim besar, termasuk di sektor reasuransi umum. Pada sektor ini catatan klaim terbesar datang dari lini reasuransi kebakaran.
“Klaim dari industri migas dengan nilai kerugian total mencapai hampir Rp1 triliun, dan klaim sesuai saham Indonesia Re adalah sebesar Rp70 miliar,” ungkapnya dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (19/2/2022).
Rinciannya, klaim kebakaran suatu pabrik di Indonesia cukup memberikan dampak terhadap portofolio lini bisnis reasuransi kebakaran. Selain reasuransi kebakaran, lini bisnis lainnya juga mencatatkan beberapa klaim besar adalah dari lini konstruksi.
“Dari bisnis reasuransi keuangan, terdapat satu catatan klaim dengan nilai yang cukup besar, untuk reasuransi penjaminan,” tambahnya.
Sementara itu masih pada tahun yang sama, total klaim akibat Covid-19 dari sektor reasuransi jiwa sebesar Rp623 milar. Ini sudah merupakan nilai bersih yang dibayarkan oleh Indonesia Re.
Di samping beban klaim, ada peningkatan beban pajak pada 2021. “Beban pajak timbul berawal dari proses penggabungan (merger) perusahaan dalam rangka pembentukan Perusahaan Reasuransi Nasional (PRN) pada 2015,” imbuh Benny seraya mengatakan, beban pajak itu sudah dituntaskan pada 2021.
Strategi Tahun 2022
Dengan kondisi yang dialami pada 2021, Indonesia Re menyiapkan, sejumlah langkah agar mampu meningkatkan produksi premi bersih dan hasil bersih underwriting, dan tetap menjaga rasio klaim melalui manajelem portofolio yang baik.
Benny menjelaskan, pihaknya antara lain melakukan pengetatan terms & conditions untuk reasuransi keuangan termasuk reasuransi kredit di perpanjangan treaty reinsurance 2022. Untuk lini reasuransi kebakaran, Indonesia Re berencana meningkatkan premi bersih hingga 5 persen.
Masih untuk reasuransi kebakaran, pihaknya akan meingkatkan kinerja portofolio. Di antaranya, menurunkan rasio klaim dari 56,2 persen ke 51,3 persen. Pada lini bisnis ini, perusahaan juga akan meningkatkan cadangan premi dari 38,5 persen menjadi 46 persen sebagai bagian dari rencana menuju penerapan PSAK 74 dan IFRS 17.
Sementara untuk sektor reasuransi jiwa, Benny mengatakan, strategi utama yang akan dilakukan Indonesia Re untuk memitigasi risiko Covid-19 pada lini ini antara lain dengan melakukan reviu pada terms and conditions termasuk besaran premi. Selain itu melakukan negoisasi untuk cross selling produk lain yang mampu memberikan hasil underwriting bersih lebih baik.
Untuk lini reasuransi jiwa, Direktur Teknik Operasi Indonesia Re, Erickson Mangunsong mengatakan, pihaknya juga akan melakukan pembatasan untuk produk reasuransi kredit konsumtif. “Bersikap selektif dalam penerimaan produk ini termasuk kriteria dan retensi dari ceding company serta cakupan serta kesesuain harga, apalagi setelah terjadinya klaim besar di masa pandemi ini yang merupah basis penetapan harga reasuransi," timpalnya.
Pihaknya pun tengah menggencarkan akselerasi digital termasuk sistem auto underwriting.
"Sistem ini memudahkan para underwriter untuk melakukan asesmen secara akurat dan didukung basis data yang cukup dan dapat menerapkan extra mortalita yang kompetitif, ditambah lagi hal ini akan memudahkan para underwriter dalam mengakses penawaran facultative reinsurance serta dapat mempersingkat waktu layanan dan menjadi nilai tambah dari Indonesia Re," katanya lagi.
PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re mengakui mereka harus menghadapi tantangan bisnis berupa lonjakan klaim dan peningkatan nilai beban pada 2021.
Direktur Utama Indonesia Re, Benny Waworuntu mengatakan, pada 2021 pihaknya menghadapi cukup banyak klaim besar, termasuk di sektor reasuransi umum. Pada sektor ini catatan klaim terbesar datang dari lini reasuransi kebakaran.
“Klaim dari industri migas dengan nilai kerugian total mencapai hampir Rp1 triliun, dan klaim sesuai saham Indonesia Re adalah sebesar Rp70 miliar,” ungkapnya dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (19/2/2022).
Rinciannya, klaim kebakaran suatu pabrik di Indonesia cukup memberikan dampak terhadap portofolio lini bisnis reasuransi kebakaran. Selain reasuransi kebakaran, lini bisnis lainnya juga mencatatkan beberapa klaim besar adalah dari lini konstruksi.
“Dari bisnis reasuransi keuangan, terdapat satu catatan klaim dengan nilai yang cukup besar, untuk reasuransi penjaminan,” tambahnya.
Sementara itu masih pada tahun yang sama, total klaim akibat Covid-19 dari sektor reasuransi jiwa sebesar Rp623 milar. Ini sudah merupakan nilai bersih yang dibayarkan oleh Indonesia Re.
Di samping beban klaim, ada peningkatan beban pajak pada 2021. “Beban pajak timbul berawal dari proses penggabungan (merger) perusahaan dalam rangka pembentukan Perusahaan Reasuransi Nasional (PRN) pada 2015,” imbuh Benny seraya mengatakan, beban pajak itu sudah dituntaskan pada 2021.
Strategi Tahun 2022
Dengan kondisi yang dialami pada 2021, Indonesia Re menyiapkan, sejumlah langkah agar mampu meningkatkan produksi premi bersih dan hasil bersih underwriting, dan tetap menjaga rasio klaim melalui manajelem portofolio yang baik.
Benny menjelaskan, pihaknya antara lain melakukan pengetatan terms & conditions untuk reasuransi keuangan termasuk reasuransi kredit di perpanjangan treaty reinsurance 2022. Untuk lini reasuransi kebakaran, Indonesia Re berencana meningkatkan premi bersih hingga 5 persen.
Masih untuk reasuransi kebakaran, pihaknya akan meingkatkan kinerja portofolio. Di antaranya, menurunkan rasio klaim dari 56,2 persen ke 51,3 persen. Pada lini bisnis ini, perusahaan juga akan meningkatkan cadangan premi dari 38,5 persen menjadi 46 persen sebagai bagian dari rencana menuju penerapan PSAK 74 dan IFRS 17.
Sementara untuk sektor reasuransi jiwa, Benny mengatakan, strategi utama yang akan dilakukan Indonesia Re untuk memitigasi risiko Covid-19 pada lini ini antara lain dengan melakukan reviu pada terms and conditions termasuk besaran premi. Selain itu melakukan negoisasi untuk cross selling produk lain yang mampu memberikan hasil underwriting bersih lebih baik.
Untuk lini reasuransi jiwa, Direktur Teknik Operasi Indonesia Re, Erickson Mangunsong mengatakan, pihaknya juga akan melakukan pembatasan untuk produk reasuransi kredit konsumtif. “Bersikap selektif dalam penerimaan produk ini termasuk kriteria dan retensi dari ceding company serta cakupan serta kesesuain harga, apalagi setelah terjadinya klaim besar di masa pandemi ini yang merupah basis penetapan harga reasuransi," timpalnya.
Pihaknya pun tengah menggencarkan akselerasi digital termasuk sistem auto underwriting.
"Sistem ini memudahkan para underwriter untuk melakukan asesmen secara akurat dan didukung basis data yang cukup dan dapat menerapkan extra mortalita yang kompetitif, ditambah lagi hal ini akan memudahkan para underwriter dalam mengakses penawaran facultative reinsurance serta dapat mempersingkat waktu layanan dan menjadi nilai tambah dari Indonesia Re," katanya lagi.
(akr)