Harga CPO Melonjak, Minyak Goreng di Indonesia Bakal Makin Langka?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) terus merangkak naik pada perdagangan Senin (21/2/2022) siang. Kenaikan ini dipicu ketatnya pasokan dan harga di bursa lainnya.
Berdasarkan data bursa derivatif Malaysia hingga pukul 13:20 WIB, harga kontrak CPO bulan Maret 2022 naik 142 poin atau 2,36% menjadi MYR6.150 per ton dari sebelumnya di MYR6.008 per ton.
Kontrak April 2022 melonjak 139 poin atau 2,42% di MYR5.881 per ton dari sebelumnya di MYR5.742 per ton, sedangkan kontrak Mei 2022 melesat 138 poin atau 2,49% menjadi MYR5.677 per ton.
Technical Analyst Reuters Wang Tao mencermati CPO kontrak Mei 2022 berpeluang menguji support di MYR5.484 ringgit per ton, dan dimungkinkan bergerak di kisaran MYR5.366 - 5.425 per ton.
Data Intertek Testing Services and Amspec Agri menunjukkan bahwa data ekspor produk minyak sawit Malaysia pada 1 - 20 Februari mengalami pertumbuhan antara 24,9% dan 29% dibandingkan minggu yang sama pada Januari.
"Fundamental CPO masih tetap kuat karena produksi yang terbatas, sementara peningkatan ekspor Malaysia dimungkinkan membuat persediaan akhir Februari turun," kata Anilkumar Bagani, Head of Research Sunvin Group yang berbasis di Mumbai India, dilansir Reuters, Senin (21/2/2022).
Pasar minyak nabati juga tengah terombang-ambing oleh kekhawatiran atas gagalnya panen kedelai di sejumlah negara di Amerika Selatan yang dilanda kekeringan, yang selanjutnya dapat memperketat pasokan global.
Sebagai importir terbesar, India telah memesan 100.000 ton minyak kedelai dari Amerika Serikat karena terbatasnya pasokan dari Amerika Selatan, dan juga pada saat harga minyak sawit saingan mencapai rekor tertinggi.
Diketahui, kontrak minyak kedelai di Bursa Dalian naik 2,4%, sementara kontrak CPO melonjak 2,8%. Rapeseed oil atau minyak lobak di Zhengzhou Commodity Exchange menguat hampir 4%.
Sementara itu, kabar dari Indonesia, kebijakan domestic market obligation atau DMO bagi eksportir produk minyak sawit telah memberikan angin segar bagi pasar domestik, kendati melonjakkan harganya di tingkat global.
Serapan untuk konsumen dalam negeri membuat pasokan untuk global berkurang, yang sekaligus memicu lonjakan harga di pasaran. Kendati Indonesia merupakan produsen terbesar CPO, masalah kelangkaan minyak goreng masih menjadi batu sandungan di pasaran.
Terpantau hingga kini gonjang-ganjing minyak goreng di Tanah Air masih belum reda. Hal ini dipicu masih mahalnya harga ditambah distribusi minyak goreng yang sesuai harga eceran tertinggi (HET) yang baru juga masih sulit ditemui alias langka.
Berdasarkan data bursa derivatif Malaysia hingga pukul 13:20 WIB, harga kontrak CPO bulan Maret 2022 naik 142 poin atau 2,36% menjadi MYR6.150 per ton dari sebelumnya di MYR6.008 per ton.
Kontrak April 2022 melonjak 139 poin atau 2,42% di MYR5.881 per ton dari sebelumnya di MYR5.742 per ton, sedangkan kontrak Mei 2022 melesat 138 poin atau 2,49% menjadi MYR5.677 per ton.
Technical Analyst Reuters Wang Tao mencermati CPO kontrak Mei 2022 berpeluang menguji support di MYR5.484 ringgit per ton, dan dimungkinkan bergerak di kisaran MYR5.366 - 5.425 per ton.
Data Intertek Testing Services and Amspec Agri menunjukkan bahwa data ekspor produk minyak sawit Malaysia pada 1 - 20 Februari mengalami pertumbuhan antara 24,9% dan 29% dibandingkan minggu yang sama pada Januari.
"Fundamental CPO masih tetap kuat karena produksi yang terbatas, sementara peningkatan ekspor Malaysia dimungkinkan membuat persediaan akhir Februari turun," kata Anilkumar Bagani, Head of Research Sunvin Group yang berbasis di Mumbai India, dilansir Reuters, Senin (21/2/2022).
Pasar minyak nabati juga tengah terombang-ambing oleh kekhawatiran atas gagalnya panen kedelai di sejumlah negara di Amerika Selatan yang dilanda kekeringan, yang selanjutnya dapat memperketat pasokan global.
Sebagai importir terbesar, India telah memesan 100.000 ton minyak kedelai dari Amerika Serikat karena terbatasnya pasokan dari Amerika Selatan, dan juga pada saat harga minyak sawit saingan mencapai rekor tertinggi.
Diketahui, kontrak minyak kedelai di Bursa Dalian naik 2,4%, sementara kontrak CPO melonjak 2,8%. Rapeseed oil atau minyak lobak di Zhengzhou Commodity Exchange menguat hampir 4%.
Sementara itu, kabar dari Indonesia, kebijakan domestic market obligation atau DMO bagi eksportir produk minyak sawit telah memberikan angin segar bagi pasar domestik, kendati melonjakkan harganya di tingkat global.
Serapan untuk konsumen dalam negeri membuat pasokan untuk global berkurang, yang sekaligus memicu lonjakan harga di pasaran. Kendati Indonesia merupakan produsen terbesar CPO, masalah kelangkaan minyak goreng masih menjadi batu sandungan di pasaran.
Terpantau hingga kini gonjang-ganjing minyak goreng di Tanah Air masih belum reda. Hal ini dipicu masih mahalnya harga ditambah distribusi minyak goreng yang sesuai harga eceran tertinggi (HET) yang baru juga masih sulit ditemui alias langka.
(ind)