Tak Hanya Padi, Kini Bulog Siap Serap Jagung Petani

Kamis, 24 Februari 2022 - 20:57 WIB
loading...
Tak Hanya Padi, Kini Bulog Siap Serap Jagung Petani
Direktur Bisnis Perum Bulog Febby Novita pada webinar yang diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) dengan tema Strategi Pengembangan Produksi dan Stabilisasi Jagung Nasional, Kamis (24/2/2022).
A A A
JAKARTA - Perum Bulog kini siap untuk menyerap jagung petani. Pasalnya, perusahaan pelat merah tersebut tengah membangun unit Corn Drying Center (CDC) dan Silo di beberapa lokasi sentra produksi jagung. Fasilitas tersebut dibangun di Jawa Tengah (Wonogiri dan Grobogan), Jawa Timur (Tuban), Nusa Tenggara Timur (Dompu), Lampung, Gorontalo (Bolaang Mongondow).

“Jadi ini kapasitas untuk menyimpanan Silo 9.000 ton di berapa tempat kecuali di Tuban, yaitu 30.000 ton. Ini sebenarnya untuk nanti kalau Bulog ditugaskan menyimpan cadangan jagung kita sudah punya infrastrukturnya,” ujar Direktur Bisnis Perum Bulog Febby Novita pada webinar yang diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) dengan tema Strategi Pengembangan Produksi dan Stabilisasi Jagung Nasional, Kamis (24/2/2022).

(Baca juga:"Bulog Peduli" Gelontorkan Lagi Beras Fortivit Percepat Penurunan Stunting di NTT)

Febby mengatakan, CDC yang saat ini sudah hampir 50% selesai ada di Dompu dan Bolaang Mongondow yang masing-masing mempunyai tiga Silo dengan kapasitas per unit 3.000 per ton.

“Ini kapasitas untuk menyimpan Silo 9.000 ton di berapa tempat kecuali di Tuban, yaitu 30.000 ton. Kapasitas drayernya 90 ton per hari per unit. Jadi, jika Bulog ditugaskan menyimpan cadangan jagung kita sudah punya infrastrukturnya,” sambungnya.

Ia mengatakan, CDC yang saat ini sudah hampir 50% selesai ada di Dompu dan Bolaang Mongondow yang masing-masing mempunyai tiga Silo dengan kapasitas per unit 3.000 per ton.

(Baca juga:Bulog Didesak Gelar Operasi Pasar Antisipasi Kelangkaan Minyak Goreng)

“Kalau sudah siap ini seharusnya sih pemerintah bisa memberikan penugasan untuk regulasi penyimpanan jagung sehingga pada bulan-bulan tertentu kalau harga naik kita langsung bisa gelontorkan dengan operasi pasar,” katanya.

Soal harga jagung, Febby mengungkapkan ada bulan tertentu harga jagung naik. Namun, rata-rata harga jagung Januari 2022 mencapai Rp5.800 per kilogram (kg).

Memasuki Februari, lajut Febby, harga jagung kembali naik menjadi Rp5.964 per kg. Penurunan diperkirakan akan terjadi pada Maret mendatang, tapi akan kembali mengalami kenaikan menjelang akhir tahun dan menembus Rp6.116 per kg.

“Jadi harga jagung dimulai dengan kenaikan dan sudah lebih tinggi. Kita lihat harga di tahun ini dan sejak akhir tahun kemarin memang tinggi di atas Rp5.000 per kg,” kata Febby.

(Baca juga:Bulog Tak Masuk Holding BUMN Pangan, Ternyata Ini Alasan Erick Thohir)

Namun demikian Febby mengatakan, proyeksi produksi jagung tahun ini cukup bahkan mencapai surplus, di mana produksi bersih 16.905.539 ton dan kebutuhan perkiraan kebutuhan 14.211.811 ton. “Mungkin ini juga yang menjadi pertanyaan setiap tahun, katanya surplus tapi disimpan di mana? Memang di bulan-bulan tertentu itu ketersediaan jagung defisit,” ujarnya.

Koordinator Perencanaan, Direktorat Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan) Indra Rochmadi mengatakan, pemanfaatan lahan kering untuk pengembangan jagung belum optimal, baru 19%.

“Dukungan produksi tahun 2022 yakni pengembangan jagung hibrida, kemudian budidaya jagung wilayah khusus, pengembangan jagung pangan serta di kawasan sentra produksi pangan/food estate,” jelasnya.

Adapun luas tanam jagung yang harus dicapai tahun 2022, kata Indra adalah sekitar 4,265,068 juta hektare (ha) dengan luas panen 4.117.497 ha dan produksi 23.103.448 ton.

Dean Novel, Direktur PT Datu Nusra Agrobisnis, salah satu koperasi jagung di Nusa Tenggara Barat, mengingatkan pemerintah berkaitan produksi jagung tahun ini yang berpotensi dapat terganggu sebagai dampak dari tingginya harga pupuk baik subsidi dan non subsidi.

Adapula gangguan hama tersebut juga pernah dialami para petani jagung tahun 2019 lalu di mana terdapat serangan hama ulat grayak yang menyebabkan petani jagung mengalami kerugian besar.

Dean mengatakan, ke depan, pengelolaan jagung nasional harus dilakukan dengan teknologi blockchain. Hal itu untuk menjaga kontinuitas produksi jagung karena permintaan akan jagung terjadi sepanjang tahun. “Sebab blockchain harus dibuat agar kita bisa menjawab permintaan yang butuhnya konsisten bukan situasional. Jadi era saat ini sudah bergeser,” ujar dia.
(dar)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1756 seconds (0.1#10.140)