Konflik Rusia-Ukraina Kerek Harga Komoditas, Simak Prediksi IHSG Pekan Depan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan pekan depan diproyeksikan masih akan bergerak secara terbatas. Sentimen eksternal dari konflik Rusia-Ukraina masih akan berdampak namun tidak signifikan.
Kepala Riset Mirae Assets Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya menilai IHSG akan berada dalam fase konsolidatif dengan volatilitas yang bersifat jangka pendek. Sebagai catatan, IHSG pada pekan lalu ditutup naik 1,03% di 6.888.
"IHSG masih konsolidasi di bawah normal lower band pada uptrend channel jangka pendek yang relatif kuat," katanya dalam risetnya, dikutip Minggu (27/2/2022).
Menurut Hariyanto, IHSG bisa merangsek ke area 6.999 dalam skala mingguan. Sementara dalam sebulan, uptrend yang terbatas diprediksi bisa melambungkan indeks acuan ke level 7.017.
Secara garis besar, Hariyanto menilai ada peluang bagi saham perusahaan pertambangan logam dan batu bara untuk meningkat di tengah kenaikan harga komoditas.
Agresi militer Rusia ke Ukraina dinilai akan membawa fluktuasi jangka pendek bagi pasar di tengah kekhawatiran terjadinya inflasi menyusul lonjakan harga bahan baku.
"Kami percaya invasi Rusia ke Ukraina hanya membawa volatilitas jangka pendek ke IHSG (bukan koreksi pasar yang signifikan), karena Indonesia sebagai negara produsen komoditas, harusnya mendapatkan keuntungan dari kenaikan komoditas," bebernya.
Senada, Senior Fund Manager Pacific Capital Investment Parningotan Julio menilai IHSG seharusnya mendapatkan berkah dari naiknya harga komoditas.
Dia pun merekomendasikan investor untuk mengambil strategi buy on weakness saat harga sejumlah emiten tambang berada di posisi koreksi.
"Dari sisi keuntungan kalau kita lihat dari harga komoditas yang menguat tentunya akan menjadi sentimen positif bagi bursa, tapi kalau sentimen negatifnya oil-nya naik, (karena) kita importir minyak," kata Parningotan kepada MNC Portal Indonesia (MPI), Jumat (25/2/2022).
Sebelumnya, agresi militer Rusia ke Ukraina membuat sejumlah komoditas naik. Dari mulai harga minyak, batu bara, nikel, alumunium, CPO, hingga harga pangan perlahan merangkak naik.
Ketidakjelasan kondisi global dan kekhawatiran inflasi juga mengancam pasar keuangan di mana saat dolar meningkat cukup signifikan dan membuat mata uang negara berkembang meriang.
Namun, sanksi sejumlah negara adidaya seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa ke Rusia beberapa hari terakhir cukup memberi nafas sejenak bagi pasar, di tengah usaha perundingan Kremlin terhadap Ukraina.
Kepala Riset Mirae Assets Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya menilai IHSG akan berada dalam fase konsolidatif dengan volatilitas yang bersifat jangka pendek. Sebagai catatan, IHSG pada pekan lalu ditutup naik 1,03% di 6.888.
"IHSG masih konsolidasi di bawah normal lower band pada uptrend channel jangka pendek yang relatif kuat," katanya dalam risetnya, dikutip Minggu (27/2/2022).
Menurut Hariyanto, IHSG bisa merangsek ke area 6.999 dalam skala mingguan. Sementara dalam sebulan, uptrend yang terbatas diprediksi bisa melambungkan indeks acuan ke level 7.017.
Secara garis besar, Hariyanto menilai ada peluang bagi saham perusahaan pertambangan logam dan batu bara untuk meningkat di tengah kenaikan harga komoditas.
Agresi militer Rusia ke Ukraina dinilai akan membawa fluktuasi jangka pendek bagi pasar di tengah kekhawatiran terjadinya inflasi menyusul lonjakan harga bahan baku.
"Kami percaya invasi Rusia ke Ukraina hanya membawa volatilitas jangka pendek ke IHSG (bukan koreksi pasar yang signifikan), karena Indonesia sebagai negara produsen komoditas, harusnya mendapatkan keuntungan dari kenaikan komoditas," bebernya.
Senada, Senior Fund Manager Pacific Capital Investment Parningotan Julio menilai IHSG seharusnya mendapatkan berkah dari naiknya harga komoditas.
Dia pun merekomendasikan investor untuk mengambil strategi buy on weakness saat harga sejumlah emiten tambang berada di posisi koreksi.
"Dari sisi keuntungan kalau kita lihat dari harga komoditas yang menguat tentunya akan menjadi sentimen positif bagi bursa, tapi kalau sentimen negatifnya oil-nya naik, (karena) kita importir minyak," kata Parningotan kepada MNC Portal Indonesia (MPI), Jumat (25/2/2022).
Sebelumnya, agresi militer Rusia ke Ukraina membuat sejumlah komoditas naik. Dari mulai harga minyak, batu bara, nikel, alumunium, CPO, hingga harga pangan perlahan merangkak naik.
Ketidakjelasan kondisi global dan kekhawatiran inflasi juga mengancam pasar keuangan di mana saat dolar meningkat cukup signifikan dan membuat mata uang negara berkembang meriang.
Namun, sanksi sejumlah negara adidaya seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa ke Rusia beberapa hari terakhir cukup memberi nafas sejenak bagi pasar, di tengah usaha perundingan Kremlin terhadap Ukraina.
(ind)