Konflik Ukraina-Rusia: Raksasa Makanan Cepat Saji Amerika Terancam
loading...
A
A
A
MOSKOW - Perusahaan raksasa makanan cepat saji Amerika memiliki banyak hal yang harus dikhawatirkan di tengah perang Rusia Ukraina . Sebagian besar karena perusahaan makanan cepat saji Barat telah berkembang secara signifikan ke Rusia dengan burger murah dan ayam goreng mereka selama 20 tahun terakhir.
Menurut perhitungan Yahoo Finance, McDonald's, Papa John's, KFC, Pizza Hut, Burger King dan Starbucks mengoperasikan sekitar 2.700 restoran di Rusia. Dua pemain terbesarnya tidak lain yakni McDonald's dan Yum! brand milik KFC yang secara keseluruhan memiliki gerai di 1.900 lokasi.
Tidak jelas apakah Rusia akan bergerak untuk menutup tempat-tempat makanan cepat saji kelahiran Amerika Serikat (AS) ini ketika Barat menjatuhkan sanksi untuk menghukum negara itu karena invasinya ke Ukraina. Tapi para eksekutif di industri bergerak cepat untuk mengurangi kekhawatiran di antara investor tentang potensi bisnis yang hilang.
"Saya kira ada beberapa kekhawatiran bahwa tindakan hari (perang Rusia Ukraina) akan berdampak pada perusahaan kami, tapi yang dapat saya katakan kepada Anda adalah bahwa kami tidak melihatnya seperti itu," kata CEO Papa John, Rob Lynch.
"Salah satu hal hebat tentang berada dalam bisnis makanan seperti ini adalah bahwa melalui masa-masa baik dan buruk, biasanya bisnis ini cukup stabil. Kami adalah perusahaan yang beragam secara global. Kami beroperasi di 50 negara," sambung Rob Lynch.
Hal itu disampaikan Lynch menanggapi pertanyaan tentang reaksi tajam di saham Papa John menyusul laporan pendapatan perusahaan yang solid pada hari sebelumnya. Papa John's mengoperasikan 186 toko di Rusia, sesuai laporan tahunan terbarunya.
Pada saat yang sama, industri makanan cepat saji memperingatkan investor bahwa ketegangan geopolitik yang memanas antara Rusia dan Ukraina dapat berdampak pada pendapatan bisnis di masa depan secara keseluruhan. Ini hanya masalah investor melakukan due diligence mereka pada perusahaan untuk memahami eksposur.
"Meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina dan setiap serangan militer potensial Rusia ke Ukraina dapat berdampak buruk pada kondisi makroekonomi, menimbulkan ketidakstabilan regional dan mengakibatkan meningkatnya sanksi ekonomi dari AS dan masyarakat internasional yang berdampak buruk bagi kami dan restoran konsep kami yang berlokasi di Rusia dan Eropa Timur," kata Yum, dalam laporan tahunan yang baru saja dirilis.
"Sejauh ini, sanksi semacam itu membatasi kemampuan kami di wilayah (Rusia) untuk melakukan bisnis dengan pemasok atau vendor tertentu, dan/atau memanfaatkan sistem perbankan dan mentransfer uang tunai," kata Yum.
Menurut perhitungan Yahoo Finance, McDonald's, Papa John's, KFC, Pizza Hut, Burger King dan Starbucks mengoperasikan sekitar 2.700 restoran di Rusia. Dua pemain terbesarnya tidak lain yakni McDonald's dan Yum! brand milik KFC yang secara keseluruhan memiliki gerai di 1.900 lokasi.
Baca Juga
Tidak jelas apakah Rusia akan bergerak untuk menutup tempat-tempat makanan cepat saji kelahiran Amerika Serikat (AS) ini ketika Barat menjatuhkan sanksi untuk menghukum negara itu karena invasinya ke Ukraina. Tapi para eksekutif di industri bergerak cepat untuk mengurangi kekhawatiran di antara investor tentang potensi bisnis yang hilang.
"Saya kira ada beberapa kekhawatiran bahwa tindakan hari (perang Rusia Ukraina) akan berdampak pada perusahaan kami, tapi yang dapat saya katakan kepada Anda adalah bahwa kami tidak melihatnya seperti itu," kata CEO Papa John, Rob Lynch.
"Salah satu hal hebat tentang berada dalam bisnis makanan seperti ini adalah bahwa melalui masa-masa baik dan buruk, biasanya bisnis ini cukup stabil. Kami adalah perusahaan yang beragam secara global. Kami beroperasi di 50 negara," sambung Rob Lynch.
Hal itu disampaikan Lynch menanggapi pertanyaan tentang reaksi tajam di saham Papa John menyusul laporan pendapatan perusahaan yang solid pada hari sebelumnya. Papa John's mengoperasikan 186 toko di Rusia, sesuai laporan tahunan terbarunya.
Pada saat yang sama, industri makanan cepat saji memperingatkan investor bahwa ketegangan geopolitik yang memanas antara Rusia dan Ukraina dapat berdampak pada pendapatan bisnis di masa depan secara keseluruhan. Ini hanya masalah investor melakukan due diligence mereka pada perusahaan untuk memahami eksposur.
"Meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina dan setiap serangan militer potensial Rusia ke Ukraina dapat berdampak buruk pada kondisi makroekonomi, menimbulkan ketidakstabilan regional dan mengakibatkan meningkatnya sanksi ekonomi dari AS dan masyarakat internasional yang berdampak buruk bagi kami dan restoran konsep kami yang berlokasi di Rusia dan Eropa Timur," kata Yum, dalam laporan tahunan yang baru saja dirilis.
"Sejauh ini, sanksi semacam itu membatasi kemampuan kami di wilayah (Rusia) untuk melakukan bisnis dengan pemasok atau vendor tertentu, dan/atau memanfaatkan sistem perbankan dan mentransfer uang tunai," kata Yum.