Rupiah Menguat Tipis di Tengah Kecemasan Pasar Asia atas Perang Rusia-Ukraina

Jum'at, 04 Maret 2022 - 10:05 WIB
loading...
Rupiah Menguat Tipis di Tengah Kecemasan Pasar Asia atas Perang Rusia-Ukraina
Rupiah menguat tipis atas dolar pada perdagangan hari ini. Foto/YorriFarli/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Rupiah hari ini menguat tipis atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan Jumat pagi (4/3/2022). Hingga pukul 09:17 WIB, mata uang garuda naik 15 poin atau 0,10% di Rp14.379 per 1 dolar Amerika Serikat.



Saat rupiah menanjak, sebagian besar mata uang di kawasan Asia Pasifik terpantau merosot atas dolar AS, seperti Dolar Hong Kong terkoreksi 0,01% di 7,8, won Korea Selatan turun 0,24% di 1.209,85, dan Ringgit Malaysia tertekan 0,07% di 4,18.

Peso Filipina longsor 0,16% di 51,705, dolar Taiwan turun 0,14% di 28,100, Baht Thailand terkoreksi 0,06% di 32,600, dolar Singapura anjlok 0,24% di 1,35, dan yuan China ambles 0,01% di 6,32. Sementara itu yen Jepang menguat 0,04% di 115,42 dan dolar Australia naik 0,03% di 0,7332.

Indeks dolar yang mengukur kinerja sejumlah mata uang lainnya bergerak menguat 0,13% di 97,91, melanjutkan relinya kembali, menampung peralihan investor yang berbondong-bondong pergi ke safe-haven akibat kekhawatiran dampak perang Rusia dan Ukraina.



Sebagian besar pasar Asia masih mengkhawatirkan konflik di Eropa Timur dapat semakin menenggelamkan mata uangnya. Baru-baru ini, berita pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia Ukraina, yang terbesar dari jenisnya di Eropa, terbakar pada Jumat pagi setelah diserang oleh pasukan Rusia.

Kabar ini membuat mata uang euro terbenam 0,48% menjadi USD1,1, terendah sejak Mei 2020. Sepanjang minggu ini, mata uang Uni Eropa itu telah merosot 1,84%, yang akan menjadi minggu terburuk euro sejak Juni 2021.

"Perang ini akan menghancurkan Ukraina. Adapun Rusia akan mengalami kerugian ekonomi yang jadi implikasi jangka pendek dan jangka panjangnya," kata analis di ING, dilansir Reuters, Jumat (4/3/2022).

Analis menilai efek dari lonjakan harga energi dan gas dapat merusak rebound konsumsi di sektor industri dan swasta di tengah pelonggaran pembatasan Covid-19, yang akan membuat harga bahan pokok semakin mahal.



Sebaliknya, Federal Reserve AS hampir dipastikan akan menaikkan suku bunga pada pertemuan 15-16 Maret 2022 mendatang. Apabila terjadi, maka ini merupakan pertama kalinya sejak pandemi dimulai.
(uka)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2399 seconds (0.1#10.140)