UE Pertimbangkan Sanksi Energi Terhadap Rusia, Berani?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Uni Eropa (UE) tengah memperdebatkan pengenaan sanksi baru terhadap Rusia — dan kali ini sanksi tersebut dapat menghantam sektor energi.
Tiga pejabat Eropa yang tidak ingin disebutkan namanya karena sensitivitas pembicaraan, mengatakan kepada CNBC bahwa para menteri akan mempertimbangkan untuk menjatuhkan sanksi energi pada Rusia ketika mereka bertemu Jumat.
Para menteri luar negeri Uni Eropa bertemu di Brussel untuk membahas langkah selanjutnya saat Moskow terus membombardir Ukraina. Kekhawatiran telah meningkat selama 24 jam terakhir setelah serangan Rusia terhadap pembangkit nuklir terbesar di Eropa - di Zaporizhzhia, Ukraina - yang kini direbut oleh pasukan Rusia.
Berbicara menjelang pertemuan, Josep Borrell, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, mengatakan bahwa "semua (kemungkinan) ada di atas meja."
Seorang pejabat mengatakan kepada CNBC bahwa para menteri akan membahas sanksi energi hari ini, "tetapi tidak ada keputusan besar yang diharapkan." Sementara yang lain mengatakan bahwa sanksi defensif dan ofensif terhadap Rusia akan dipertimbangkan. Perwakilan dari Ukraina, Amerika Serikat, Kanada dan Inggris juga akan mengambil bagian dalam diskusi tersebut.
Pejabat ketiga mengatakan bahwa Jumat adalah saat yang tepat untuk mengetahui di mana Barat berada dalam sanksi, dan untuk menunjukkan "persatuan Transatlantik dan kerja sama yang baik antara UE dan NATO."
Uni Eropa telah mengambil langkah berani untuk memberikan sanksi kepada Kremlin, terutama dengan memblokir bank-bank Rusia dari sistem pembayaran internasional, SWIFT. Namun, tekanan telah meningkat di blok tersebut untuk berbuat lebih banyak.
Renew Europe, partai liberal di Parlemen Eropa, menyatakan pada Kamis: "Kami menyerukan blokade ekonomi lengkap yang melarang impor dari Rusia, termasuk minyak dan gas, serta investasi!"
Untuk diketahui, Rusia adalah pemasok energi penting bagi Uni Eropa. Menurut Badan Energi Internasional, pada tahun 2021 UE mengimpor sekitar 45% gas dari Rusia. Pada tahun 2020, impor minyak Rusia menyumbang sekitar 25% dari pembelian minyak blok tersebut.
Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki mengatakan bahwa Sberbank dan Gazprombank, dua bank besar Rusia, belum terkena sanksi UE karena mereka memfasilitasi transaksi yang berkaitan dengan pasokan energi ke UE. "Ini tidak bisa diterima," katanya. "Polandia menuntut sanksi untuk sepenuhnya mencakup semua entitas Rusia yang melaluinya perang dibiayai.”
Amerika Serikat juga menyatakan bahwa sanksi energi tengah dipertimbangkan. Namun, harga dari tindakan itu masih harus dianalisis. Menerapkan embargo energi kemungkinan besar akan mengerek biaya energi yang lebih tinggi bagi konsumen di AS, dan juga UE pada khususnya.
Emre Peker, analis di perusahaan konsultan Eurasia Group mengatakan kepada CNBC bahwa sanksi energi terhadap Rusia akan menyakitkan. "Semakin lama keputusan itu tertunda, dan semakin banyak kita keluar dari musim dingin dan memasuki musim semi, semakin mudah untuk bergerak," tambah Peker.
Blok tersebut sejauh ini menyatakan bahwa dampak dari sanksi Rusia masih sepadan, mengingat Kremlin tidak hanya menyerang Ukraina, tetapi juga nilai-nilai demokrasi Eropa.
Tiga pejabat Eropa yang tidak ingin disebutkan namanya karena sensitivitas pembicaraan, mengatakan kepada CNBC bahwa para menteri akan mempertimbangkan untuk menjatuhkan sanksi energi pada Rusia ketika mereka bertemu Jumat.
Para menteri luar negeri Uni Eropa bertemu di Brussel untuk membahas langkah selanjutnya saat Moskow terus membombardir Ukraina. Kekhawatiran telah meningkat selama 24 jam terakhir setelah serangan Rusia terhadap pembangkit nuklir terbesar di Eropa - di Zaporizhzhia, Ukraina - yang kini direbut oleh pasukan Rusia.
Berbicara menjelang pertemuan, Josep Borrell, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, mengatakan bahwa "semua (kemungkinan) ada di atas meja."
Seorang pejabat mengatakan kepada CNBC bahwa para menteri akan membahas sanksi energi hari ini, "tetapi tidak ada keputusan besar yang diharapkan." Sementara yang lain mengatakan bahwa sanksi defensif dan ofensif terhadap Rusia akan dipertimbangkan. Perwakilan dari Ukraina, Amerika Serikat, Kanada dan Inggris juga akan mengambil bagian dalam diskusi tersebut.
Pejabat ketiga mengatakan bahwa Jumat adalah saat yang tepat untuk mengetahui di mana Barat berada dalam sanksi, dan untuk menunjukkan "persatuan Transatlantik dan kerja sama yang baik antara UE dan NATO."
Uni Eropa telah mengambil langkah berani untuk memberikan sanksi kepada Kremlin, terutama dengan memblokir bank-bank Rusia dari sistem pembayaran internasional, SWIFT. Namun, tekanan telah meningkat di blok tersebut untuk berbuat lebih banyak.
Renew Europe, partai liberal di Parlemen Eropa, menyatakan pada Kamis: "Kami menyerukan blokade ekonomi lengkap yang melarang impor dari Rusia, termasuk minyak dan gas, serta investasi!"
Untuk diketahui, Rusia adalah pemasok energi penting bagi Uni Eropa. Menurut Badan Energi Internasional, pada tahun 2021 UE mengimpor sekitar 45% gas dari Rusia. Pada tahun 2020, impor minyak Rusia menyumbang sekitar 25% dari pembelian minyak blok tersebut.
Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki mengatakan bahwa Sberbank dan Gazprombank, dua bank besar Rusia, belum terkena sanksi UE karena mereka memfasilitasi transaksi yang berkaitan dengan pasokan energi ke UE. "Ini tidak bisa diterima," katanya. "Polandia menuntut sanksi untuk sepenuhnya mencakup semua entitas Rusia yang melaluinya perang dibiayai.”
Amerika Serikat juga menyatakan bahwa sanksi energi tengah dipertimbangkan. Namun, harga dari tindakan itu masih harus dianalisis. Menerapkan embargo energi kemungkinan besar akan mengerek biaya energi yang lebih tinggi bagi konsumen di AS, dan juga UE pada khususnya.
Emre Peker, analis di perusahaan konsultan Eurasia Group mengatakan kepada CNBC bahwa sanksi energi terhadap Rusia akan menyakitkan. "Semakin lama keputusan itu tertunda, dan semakin banyak kita keluar dari musim dingin dan memasuki musim semi, semakin mudah untuk bergerak," tambah Peker.
Blok tersebut sejauh ini menyatakan bahwa dampak dari sanksi Rusia masih sepadan, mengingat Kremlin tidak hanya menyerang Ukraina, tetapi juga nilai-nilai demokrasi Eropa.
(fai)