Tarif Hotel di Labuan Bajo Disebut Mahal, Badan Otorita dan Pelaku Wisata Buka Suara
loading...
A
A
A
Sementara itu, ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Manggarai Barat Silvester Wanggel mengatakan, saat ini terdapat lebih dari 100 hotel tersebar di Labuan Bajo yang dapat menjadi pilihan bagi wisatawan. Mulai dari harga termurah sampai yang termahal, dari kelas homestay sampai kelas hotel bintang 5.
Soal harga kamar, kata dia, masing-masing hotel punya Standar Operating Procedure (SOP) dan saat sepi seperti sekarang ini tentu banyak hotel memberikan diskon besar-besaran.
“Soal super premium adalah istilah bapak presiden Jokowi karena alamnya yang begitu indah. Sedangkan dalam konteks amenitas seperti hotel dan restoran, dan lain-lain adalah hal biasa saja, tidak harus harga super premium,” ucapnya.
Ketua Asosiasi Travel Agent Indonesia (Asita) Manggarai Evodius Gonsomer membenarkan bahwa jika dibandingkan dengan hotel jenis yang sama di tempat lain, tarif di Labuan Bajo tergolong cukup mahal.
“Tapi ide untuk buat harga standar hotel tidak memungkinkan, karena setiap hotel berhak untuk menentukan harga jualnya dan pengguna diberi hak untuk memilih hotel yang sesuai dengan kemampuannya,” tuturnya.
Senada, dia mengamini perlunya penambahan pembangunan hotel berbintang. Pasalnya, investasi akan berimbas kepada pertumbuhan ekonomi setempat, membuka lapangan kerja baru, dan tentunya biaya penginapan akan semakin bersaing dan terjangkau karena semakin banyak pilihan.
Evodius menambahkan, istilah super premium itu memang membuat pariwisata Labuan Bajo semakin dikenal karena alamnya yang indah.
Namun, kata dia, jangan jadikan ini sebuah alasan untuk membuat harga-harga kebutuhan menjadi tidak masuk akal, karena tidak semua masyarakat bagian dari pelaku pariwisata.
"Faktanya semua harga barang di Labuan Bajo lebih mahal jika dibandingkan harga barang di kabupaten tetangga lainnya seperti Ruteng, Manggarai. Hal ini semoga menjadi perhatian kita bersama untuk menjual harga barang dan harga kamar hotel atau apapun dengan harga yang sewajarnya, " tegasnya.
Soal harga kamar, kata dia, masing-masing hotel punya Standar Operating Procedure (SOP) dan saat sepi seperti sekarang ini tentu banyak hotel memberikan diskon besar-besaran.
“Soal super premium adalah istilah bapak presiden Jokowi karena alamnya yang begitu indah. Sedangkan dalam konteks amenitas seperti hotel dan restoran, dan lain-lain adalah hal biasa saja, tidak harus harga super premium,” ucapnya.
Ketua Asosiasi Travel Agent Indonesia (Asita) Manggarai Evodius Gonsomer membenarkan bahwa jika dibandingkan dengan hotel jenis yang sama di tempat lain, tarif di Labuan Bajo tergolong cukup mahal.
“Tapi ide untuk buat harga standar hotel tidak memungkinkan, karena setiap hotel berhak untuk menentukan harga jualnya dan pengguna diberi hak untuk memilih hotel yang sesuai dengan kemampuannya,” tuturnya.
Senada, dia mengamini perlunya penambahan pembangunan hotel berbintang. Pasalnya, investasi akan berimbas kepada pertumbuhan ekonomi setempat, membuka lapangan kerja baru, dan tentunya biaya penginapan akan semakin bersaing dan terjangkau karena semakin banyak pilihan.
Evodius menambahkan, istilah super premium itu memang membuat pariwisata Labuan Bajo semakin dikenal karena alamnya yang indah.
Namun, kata dia, jangan jadikan ini sebuah alasan untuk membuat harga-harga kebutuhan menjadi tidak masuk akal, karena tidak semua masyarakat bagian dari pelaku pariwisata.
"Faktanya semua harga barang di Labuan Bajo lebih mahal jika dibandingkan harga barang di kabupaten tetangga lainnya seperti Ruteng, Manggarai. Hal ini semoga menjadi perhatian kita bersama untuk menjual harga barang dan harga kamar hotel atau apapun dengan harga yang sewajarnya, " tegasnya.