Sindir Orang Kaya, Stafsus Erick Thohir: Mobil Bagus Pakai BBM Subsidi Itu Gak Lucu
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian BUMN meminta masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas untuk tidak mengonsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi jenis Pertalite. Terlebih saat ini harga minyak dunia tengah berfluktuasi.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan, meski PT Pertamina (Persero) masih mempertahankan harga Pertalite saat ini, secara bisnis perseroan cukup terdampak atas konflik Rusia-Ukraina.
"Yang pasti kalau Pertamina, Pertalite kan nggak naik, kita sih berharap orang-orang yang mempunyai kemampuan daya beli atau punya uang ya jangan disubsidi lah," ujarnya, dikutip Selasa (15/3/2022).
Meski jenis BBM Pertalite identik dengan konsumsi kelas menengah ke bawah, Arya menilai kalangan elite tetap harus membeli BBM dengan harga pasar. Dia mengatakan, semua BBM bersubsidi disesuaikan dengan harga pasar. Dia pun mengingatkan perlunya kesadaran bagi kalangan atas untuk tidak mengonsumsi BBM bersubsidi.
“Orang-orang yang punya kemampuan itu, dia dapat membeli dengan harga market atau harga pasar. Ya kan kalau orang kaya malu juga pakai Pertalite, mobil bagus tapi pakai subsidi gak lucu," sindirnya.
Sebelumnya, manajemen Pertamina memastikan Pertalite tidak mengalami kenaikan di tengah fluktuasi harga minyak dunia. Hal ini dilakukan untuk menjaga daya beli masyarakat yang banyak menggunakan Pertalite.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, Pertamina sebagai BUMN yang berperan dalam mengelola energi nasional juga sangat mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat dalam penetapan harga produk BBM
"Kami sepenuhnya mendukung kebijakan pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional, sehingga meski harga minyak dunia menembus USD130 per barel, Pertamina terus berkoordinasi dengan pemerintah untuk memutuskan harga Pertalite akan tetap di harga jual Rp7.650 per liter,” tuturnya.
Menurut dia, harga tersebut tidak berubah sejak tiga tahun terakhir dan saat ini porsi konsumsi Pertalite adalah yang terbesar atau sekitar 50% dari total konsumsi BBM nasional.
Untuk itu, pemerintah terus melakukan pembahasan untuk skenario kompensasi Pertalite agar stabilisasi harga Pertalite dapat terjaga.
Fajriyah menambahkan, guna mengurangi tekanan lonjakan harga minyak mentah dunia terhadap peningkatan biaya penyediaan BBM, Pertamina terus melakukan berbagai efisiensi di segala lini termasuk menekan biaya produksi BBM di dalam negeri.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan, meski PT Pertamina (Persero) masih mempertahankan harga Pertalite saat ini, secara bisnis perseroan cukup terdampak atas konflik Rusia-Ukraina.
"Yang pasti kalau Pertamina, Pertalite kan nggak naik, kita sih berharap orang-orang yang mempunyai kemampuan daya beli atau punya uang ya jangan disubsidi lah," ujarnya, dikutip Selasa (15/3/2022).
Meski jenis BBM Pertalite identik dengan konsumsi kelas menengah ke bawah, Arya menilai kalangan elite tetap harus membeli BBM dengan harga pasar. Dia mengatakan, semua BBM bersubsidi disesuaikan dengan harga pasar. Dia pun mengingatkan perlunya kesadaran bagi kalangan atas untuk tidak mengonsumsi BBM bersubsidi.
“Orang-orang yang punya kemampuan itu, dia dapat membeli dengan harga market atau harga pasar. Ya kan kalau orang kaya malu juga pakai Pertalite, mobil bagus tapi pakai subsidi gak lucu," sindirnya.
Sebelumnya, manajemen Pertamina memastikan Pertalite tidak mengalami kenaikan di tengah fluktuasi harga minyak dunia. Hal ini dilakukan untuk menjaga daya beli masyarakat yang banyak menggunakan Pertalite.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, Pertamina sebagai BUMN yang berperan dalam mengelola energi nasional juga sangat mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat dalam penetapan harga produk BBM
"Kami sepenuhnya mendukung kebijakan pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional, sehingga meski harga minyak dunia menembus USD130 per barel, Pertamina terus berkoordinasi dengan pemerintah untuk memutuskan harga Pertalite akan tetap di harga jual Rp7.650 per liter,” tuturnya.
Menurut dia, harga tersebut tidak berubah sejak tiga tahun terakhir dan saat ini porsi konsumsi Pertalite adalah yang terbesar atau sekitar 50% dari total konsumsi BBM nasional.
Untuk itu, pemerintah terus melakukan pembahasan untuk skenario kompensasi Pertalite agar stabilisasi harga Pertalite dapat terjaga.
Fajriyah menambahkan, guna mengurangi tekanan lonjakan harga minyak mentah dunia terhadap peningkatan biaya penyediaan BBM, Pertamina terus melakukan berbagai efisiensi di segala lini termasuk menekan biaya produksi BBM di dalam negeri.
(ind)