Tekan Impor BBM, Pabrik Katalis Merah Putih Senilai Rp286 Miliar Dibangun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pembangunan pabrik Katalis Merah Putih di Cikampek, Jawa Barat resmi dimulai. Pabrik ini diproyeksikan dapat menghasilkan katalis untuk memproduksi green fuel sehingga berkontribusi dalam pengembangan energi baru terbarukan (EBT), khususnya sektor bioenergi dan turut mengurangi emisi GRK serta bermanfaat bagi masyarakat.
Pabrik ini menelan biaya investasi Rp 286 miliar dan akan menghasilkan katalis dengan kapasitas 800 metrik ton per tahun. Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, pembangunan pabrik ini akan mendorong kemandirian energi Indonesia.
"Sudah lama sekali kita selalu menggaung-gaunggkan, kita harus memiliki teknologi sendiri untuk bisa mengisi keperluan bangsa ini untuk mendukung petumbuhan ekonomi kedepan kita bisa melakukan kemandirian disegala hal," ungkap Arifin, dikutip Kamis (17/3/2022).
Arifin berharap Katalis Sinergis Indonesia sebagai konsorsium pendiri pabrik ini agar terus dapat mengembangkan katalis bukan hanya yang dibutuhkan dalam negeri saja, namun juga dapat membuat katalis yang dibutuhkan dunia, serta menjaga kualitas dan melakukan diversifikasi energi. Adapun, saat ini Indonesia masih menjadi net-importir katalis refinery dan olechemical.
"Katalis-katalis yang ada sekarang saya yakini hanya permulaan saja, karena ini hanya merupakan inisiasi yang memang diperlukan untuk industri kita, tapi kita juga berharap katalis ini mampu masuk ke pasar dunia, dan itu memang dibutuhkan upaya-upaya bagaimana meningkatkan kualitas daripada produk-produknya, mampu berkompetisi didunia internasional sehingga pabrik ini mungkin menjadi lebih besar ke depan," jelas Arifin.
Saat ini Indonesia hanya memiliki 1 (satu) pabrik katalis dengan lisensi Jerman sehingga terjadi keterbatasan pemenuhan katalis nasional dan berdasarkan catatan yang ada, nilai kebutuhan katalis di Indonesia saat ini mencapai lebih kurang USD 500 juta, dan diproyeksi meningkat dengan CAGR 6%, hampir seluruh kebutuhan nasional diimpor dari luar negeri.
Volume kebutuhan katalis di Indonesia yakni untuk industri petrokimia sebesar kurang lebih 1500 ton per tahun, oleokimia sebesar 800 ton per tahun dan untuk industri refinery sebesar 18.000 ton per tahun. Pembangunan pabrik diperkirakan akan selesai dalam waktu 13 bulan. Dan diharapkan pada tahun 2023 mendatang dapat segera berproduksi untuk memenuhi kebutuhan katalis nasional.
Pabrik ini menelan biaya investasi Rp 286 miliar dan akan menghasilkan katalis dengan kapasitas 800 metrik ton per tahun. Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, pembangunan pabrik ini akan mendorong kemandirian energi Indonesia.
"Sudah lama sekali kita selalu menggaung-gaunggkan, kita harus memiliki teknologi sendiri untuk bisa mengisi keperluan bangsa ini untuk mendukung petumbuhan ekonomi kedepan kita bisa melakukan kemandirian disegala hal," ungkap Arifin, dikutip Kamis (17/3/2022).
Arifin berharap Katalis Sinergis Indonesia sebagai konsorsium pendiri pabrik ini agar terus dapat mengembangkan katalis bukan hanya yang dibutuhkan dalam negeri saja, namun juga dapat membuat katalis yang dibutuhkan dunia, serta menjaga kualitas dan melakukan diversifikasi energi. Adapun, saat ini Indonesia masih menjadi net-importir katalis refinery dan olechemical.
"Katalis-katalis yang ada sekarang saya yakini hanya permulaan saja, karena ini hanya merupakan inisiasi yang memang diperlukan untuk industri kita, tapi kita juga berharap katalis ini mampu masuk ke pasar dunia, dan itu memang dibutuhkan upaya-upaya bagaimana meningkatkan kualitas daripada produk-produknya, mampu berkompetisi didunia internasional sehingga pabrik ini mungkin menjadi lebih besar ke depan," jelas Arifin.
Saat ini Indonesia hanya memiliki 1 (satu) pabrik katalis dengan lisensi Jerman sehingga terjadi keterbatasan pemenuhan katalis nasional dan berdasarkan catatan yang ada, nilai kebutuhan katalis di Indonesia saat ini mencapai lebih kurang USD 500 juta, dan diproyeksi meningkat dengan CAGR 6%, hampir seluruh kebutuhan nasional diimpor dari luar negeri.
Volume kebutuhan katalis di Indonesia yakni untuk industri petrokimia sebesar kurang lebih 1500 ton per tahun, oleokimia sebesar 800 ton per tahun dan untuk industri refinery sebesar 18.000 ton per tahun. Pembangunan pabrik diperkirakan akan selesai dalam waktu 13 bulan. Dan diharapkan pada tahun 2023 mendatang dapat segera berproduksi untuk memenuhi kebutuhan katalis nasional.
(nng)