Roman Abramovich Jadi Target AS, Rumah Mewah Rp714,4 Miliar Bakal Disita
loading...
A
A
A
COLORADO - Aset miliarder asal Rusia, Roman Abramovich kini menjadi target pemerintah Amerika Serikat (AS) sebagai bagian dari sanksi atas invasi Rusia ke Ukraina . Sebuah rumah besar dan mewah di pegunungan milik oligarki Rusia Roman Abramovich kemungkinan akan menjadi salah satu aset pertama yang dibekukan oleh pemerintah AS.
Sebelumnya pembekuan aset harus mendapatkan persetujuan dari Gedung Putih sebagai tanggapan atas perang di Ukraina, menurut pengacara dan eksekutif real estat. Di antara deretan aset properti milik Abramovich, salah satunya adalah rumah megah nan modern seluas 14.000 kaki persegi di 200 hektar yang terletak di Snowmass, Colorado, tepat di luar Aspen.
Miliarder Rusia yang juga memiliki kapal pesiar, tim sepak bola Chelsea dan rumah raksasa di London, Prancis dan St. Bart's membuatnya menjadi sasaran empuk sanksi berat. Berdasarkan catatan resmi, Abramovich membeli rumah tersebut pada tahun 2008 silam dengan harga USD36,5 juta yang jika dirupiahkan mencapai Rp521,5 miliar (Kurs Rp14.289 per USD).
Pialang lokal mengatakan properti itu kemungkinan akan terjual lebih dari USD50 juta setara dengan Rp714,4 miliar mengingat harga yang melonjak, untuk menjadikannya rumah termahal kedua yang pernah dijual di daerah Aspen.
"Ini adalah properti yang luar biasa, dan sangat langka. "Banyak klien saya bertanya tentang hal itu," kata Riley Warwick, salah satu pendiri tim pialang yang berbasis di Aspen Saslove & Warwick di Douglas Elliman Real Estate.
Abramovich juga memiliki rumah bergaya chalet seluas 5.500 kaki persegi di Snowmass Village, yang dibelinya pada tahun 2008 seharga USD11,8 juta, menurut catatan properti lokal. Properti itu tepat di ujung jalan dari rumahnya yang lebih besar, kemungkinan berfungsi sebagai wisma, rumah pengasuh atau rumah ski, karena berada di sebelah lereng, kata broker lokal.
Para ahli menerangkan, properti menjadi target utama untuk pembekuan aset jika Abramovich dikenai sanksi. Tidak seperti kebanyakan real estat milik oligarki di AS, properti Snowmass dibeli atas nama Abramovich, menurut catatan properti lokal.
Hal itu membuat Pemerintah dapat lebih mudah dan cepat menyita aset yang berada di bawah kepemilikan resmi individu yang terkena sanksi, karena mereka tidak harus melalui prosedur hukum untuk menentukan kepemilikan.
Sebagian besar real estat AS yang dimiliki oleh miliarder dan oligarki Rusia biasanya dipegang melalui perusahaan cangkang anonim atau LLC untuk menyembunyikan kepemilikan mereka yang sebenarnya. Banyak oligarki juga mentransfer properti AS mereka dalam beberapa tahun terakhir kepada kerabat atau rekan mereka.
Seperti yang dilakukan Oleg Deripaska, dimana Ia telah memindahkan kepemilikan real estatnya di AS, termasuk dua townhouse di Manhattan dan sebuah rumah di Washington, D.C. kepada kerabatnya. Sedangkan, Abramovich mengalihkan kepemilikan tiga townhouse Manhattan kepada mantan istrinya Dasha Zhukova pada 2018.
Abramovich sendiri seperti diketahui diganjar sanksi di Inggris dan Kanada tetapi tidak di Uni Eropa atau AS. Gedung Putih saat ini sedang mempertimbangkan apakah akan memasukkan Abramovich dalam babak baru sanksi berikutnya,berdasarkan beberapa sumber.
Juru bicara Abramovich tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar seperti dilansir CNBC. Seorang pengacara Denver, Brad Schacht yang mewakili Abramovich dalam gugatan terhadap Comcast Cable yang berasal dari proyek serat optik di properti itu, tidak menanggapi permintaan komentar.
Sebelumnya pembekuan aset harus mendapatkan persetujuan dari Gedung Putih sebagai tanggapan atas perang di Ukraina, menurut pengacara dan eksekutif real estat. Di antara deretan aset properti milik Abramovich, salah satunya adalah rumah megah nan modern seluas 14.000 kaki persegi di 200 hektar yang terletak di Snowmass, Colorado, tepat di luar Aspen.
Miliarder Rusia yang juga memiliki kapal pesiar, tim sepak bola Chelsea dan rumah raksasa di London, Prancis dan St. Bart's membuatnya menjadi sasaran empuk sanksi berat. Berdasarkan catatan resmi, Abramovich membeli rumah tersebut pada tahun 2008 silam dengan harga USD36,5 juta yang jika dirupiahkan mencapai Rp521,5 miliar (Kurs Rp14.289 per USD).
Pialang lokal mengatakan properti itu kemungkinan akan terjual lebih dari USD50 juta setara dengan Rp714,4 miliar mengingat harga yang melonjak, untuk menjadikannya rumah termahal kedua yang pernah dijual di daerah Aspen.
"Ini adalah properti yang luar biasa, dan sangat langka. "Banyak klien saya bertanya tentang hal itu," kata Riley Warwick, salah satu pendiri tim pialang yang berbasis di Aspen Saslove & Warwick di Douglas Elliman Real Estate.
Abramovich juga memiliki rumah bergaya chalet seluas 5.500 kaki persegi di Snowmass Village, yang dibelinya pada tahun 2008 seharga USD11,8 juta, menurut catatan properti lokal. Properti itu tepat di ujung jalan dari rumahnya yang lebih besar, kemungkinan berfungsi sebagai wisma, rumah pengasuh atau rumah ski, karena berada di sebelah lereng, kata broker lokal.
Para ahli menerangkan, properti menjadi target utama untuk pembekuan aset jika Abramovich dikenai sanksi. Tidak seperti kebanyakan real estat milik oligarki di AS, properti Snowmass dibeli atas nama Abramovich, menurut catatan properti lokal.
Hal itu membuat Pemerintah dapat lebih mudah dan cepat menyita aset yang berada di bawah kepemilikan resmi individu yang terkena sanksi, karena mereka tidak harus melalui prosedur hukum untuk menentukan kepemilikan.
Sebagian besar real estat AS yang dimiliki oleh miliarder dan oligarki Rusia biasanya dipegang melalui perusahaan cangkang anonim atau LLC untuk menyembunyikan kepemilikan mereka yang sebenarnya. Banyak oligarki juga mentransfer properti AS mereka dalam beberapa tahun terakhir kepada kerabat atau rekan mereka.
Seperti yang dilakukan Oleg Deripaska, dimana Ia telah memindahkan kepemilikan real estatnya di AS, termasuk dua townhouse di Manhattan dan sebuah rumah di Washington, D.C. kepada kerabatnya. Sedangkan, Abramovich mengalihkan kepemilikan tiga townhouse Manhattan kepada mantan istrinya Dasha Zhukova pada 2018.
Abramovich sendiri seperti diketahui diganjar sanksi di Inggris dan Kanada tetapi tidak di Uni Eropa atau AS. Gedung Putih saat ini sedang mempertimbangkan apakah akan memasukkan Abramovich dalam babak baru sanksi berikutnya,berdasarkan beberapa sumber.
Juru bicara Abramovich tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar seperti dilansir CNBC. Seorang pengacara Denver, Brad Schacht yang mewakili Abramovich dalam gugatan terhadap Comcast Cable yang berasal dari proyek serat optik di properti itu, tidak menanggapi permintaan komentar.
(akr)