Harga Minyak Dunia Naik Terus, Harga Keekonomian Pertamax Kini Rp16.000 per Liter

Jum'at, 25 Maret 2022 - 20:09 WIB
loading...
Harga Minyak Dunia Naik...
Harga keekonomian Pertamax Rp16.000 per liter. Foto/Dok
A A A
YOGYAKARTA - Kementerian ESDM menyebutkan, harga batas atas atau nilai keekonomian BBM non-subsidi, seperti Pertamax , naik jadi Rp16.000 per liter, dari yang sebelumnya Rp14.526 per liter. Kenaikan itu seiring dengan masih tingginya tren harga minyak dunia.



Artinya, jika mengikuti harga keekonomian, harga BBM non-subsidi seperti Pertamax berpeluang dinaikkan hingga Rp16.000 per liter.

"Dengan mempertimbangkan harga minyak bulan Maret yang jauh lebih tinggi dibanding Februari, maka harga keekonomian atau batas atas BBM umum RON 92 bulan April 2022 akan lebih tinggi lagi dari Rp14.526 per liter, bisa jadi sekitar Rp16.000 per liter," jelas Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerjasama Kementerian ESDM Agung Pribadi, Jumat (25/3/2022).

Hingga akhir Maret 2022, harga minyak dunia masih tinggi di atas USD100 per barel, demikian halnya dengan harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP).

Sejak akhir tahun 2021, ICP memang merangkak naik, dan makin meningkat sejak akhir Februari saat konflik Ukraina dan Rusia terjadi. ICP sementara bulan Maret 2022 per tanggal 24 ialah USD114,55 per barel, padahal per tanggal 1 Maret masih USD110,14 per barel.



"Bahkan ICP rata-rata bulan Februari sebesar USD95,7 per barel," katanya.

Konflik Ukraina dan Rusia masih menjadi faktor yang mendorong kenaikan harga minyak. Pasokan minyak mentah dari Rusia dan Kazakhstan terganggu akibat kerusakan pipa Caspian Pipeline Consortium yang berdampak pada berkurangnya pasokan ke Uni Eropa.

Dalam menghitung harga keekonomian atau batas atas pada bulan Maret, pemerintah mempertimbangkan realisasi perkembangan harga bulan sebelumnya, yaitu Februari. Padahal bulan Februari 2022, harga minyak belum setinggi bulan Maret 2022.



"Jadi sebagaimana yang telah disampaikan oleh Bapak Menteri ESDM, saat ini kita masih mencermati harga minyak. Kalau berkepanjangan memang bebannya berat juga, baik ke APBN, Pertamina, maupun sektor lainnya," ungkapnya.
(uka)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1878 seconds (0.1#10.140)