Tanah Makin Ambles, 15 Tahun Lagi Sungai di Jakarta Tak Mengalir dari Atas ke Bawah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Isu Jakarta akan tenggelam sudah kerap didengungkan tak hanya di dalam negeri tapi juga menjadi sorotan internasional.
Faktanya, permukaan tanah di Jakarta memang terus mengalami penurunan setiap tahun, salah satu faktor penyebab adalah eksploitasi air tanah yang begitu masif.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, saat ini penurunan permukaan tanah di Jakarta sekitar 10-12 cm per tahun.
Jika kondisi ini terus berlanjut, diperkirakan sungai-sungai yang berada di Jakarta akan sulit mengalir ke laut secara gravitasi yaitu dari atas ke bawah.
Pasalnya, permukaan tanah di Jakarta bakal lebih rendah dari permukaan air laut, di mana permukaan air laut juga akan lebih tinggi akibat perubahan iklim.
"Kalau itu terjadi maka 15 tahun saja sejak 2020 kemarin, 13 sungai yang melewati Jakarta tidak bisa mengalir secara gravitasi ke laut," kata Basuki pada penandatanganan KPBU bersama Bank Mandiri, Jumat (1/3/2022).
Menurut dia, salah satu langkah paling penting untuk mencegah hal tersebut adalah membangun bendungan untuk penyediaan air bersih yang dipasok kepada masyarakat Jakarta. Sehingga, warga Jakarta tidak lagi mengambil air tanah.
"Kalau nanti Jatiluhur I jadi, Jatiluhur II jadi, kemudian Karian Serpong jadi, kita baru bisa bilang Jakarta setop memakai air tanah," urainya.
Pembangunan bendungan tersebut tidak hanya berfungsi untuk menyediakan air bersih bagi warga Jakarta, namun juga turut berkontribusi untuk menyelamatkan Jakarta dari penurunan muka tanah.
"Hanya dengan itu Jakarta selamat dari penurunan muka tanah. Jadi, ini bagian dari menyelamatkan Jakarta," tandasnya.
Adapun area pembangunan IPA (Instalasi Pengelolaan Air) Wika Tirta Jaya Jatiluhur (WTJJ) akan dibangun di dua lokasi.
Keduanya yakni IPA Bekasi yang memiliki luas Rra sebesar 3,2 Ha dan mampu memproduksi air sebesar 4400 L/s dan IPA Cibeet Karawang yang memiliki luas area sebesar 1,1 Ha dan mampu memproduksi air 330 L/s.
Faktanya, permukaan tanah di Jakarta memang terus mengalami penurunan setiap tahun, salah satu faktor penyebab adalah eksploitasi air tanah yang begitu masif.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, saat ini penurunan permukaan tanah di Jakarta sekitar 10-12 cm per tahun.
Jika kondisi ini terus berlanjut, diperkirakan sungai-sungai yang berada di Jakarta akan sulit mengalir ke laut secara gravitasi yaitu dari atas ke bawah.
Pasalnya, permukaan tanah di Jakarta bakal lebih rendah dari permukaan air laut, di mana permukaan air laut juga akan lebih tinggi akibat perubahan iklim.
"Kalau itu terjadi maka 15 tahun saja sejak 2020 kemarin, 13 sungai yang melewati Jakarta tidak bisa mengalir secara gravitasi ke laut," kata Basuki pada penandatanganan KPBU bersama Bank Mandiri, Jumat (1/3/2022).
Menurut dia, salah satu langkah paling penting untuk mencegah hal tersebut adalah membangun bendungan untuk penyediaan air bersih yang dipasok kepada masyarakat Jakarta. Sehingga, warga Jakarta tidak lagi mengambil air tanah.
"Kalau nanti Jatiluhur I jadi, Jatiluhur II jadi, kemudian Karian Serpong jadi, kita baru bisa bilang Jakarta setop memakai air tanah," urainya.
Pembangunan bendungan tersebut tidak hanya berfungsi untuk menyediakan air bersih bagi warga Jakarta, namun juga turut berkontribusi untuk menyelamatkan Jakarta dari penurunan muka tanah.
"Hanya dengan itu Jakarta selamat dari penurunan muka tanah. Jadi, ini bagian dari menyelamatkan Jakarta," tandasnya.
Adapun area pembangunan IPA (Instalasi Pengelolaan Air) Wika Tirta Jaya Jatiluhur (WTJJ) akan dibangun di dua lokasi.
Keduanya yakni IPA Bekasi yang memiliki luas Rra sebesar 3,2 Ha dan mampu memproduksi air sebesar 4400 L/s dan IPA Cibeet Karawang yang memiliki luas area sebesar 1,1 Ha dan mampu memproduksi air 330 L/s.
(ind)