Deretan Negara yang Berutang ke China, Nomor 3 Terpaksa Lepas Tanah 1.000 Km2

Selasa, 12 April 2022 - 13:17 WIB
loading...
Deretan Negara yang...
Sejumlah negara berutang ke China dalam jumlah besar, di mana sebagian bahkan berdampak pada kedaulatannya. Foto/Ilustrasi/Reuters
A A A
JAKARTA - Beberapa negara tercatat memiliki utang yang cukup besar ke China. Bahkan, ada negara yang nilai pinjamannya nyaris mencapai 25% produk domestik bruto (PDB).

Negara yang berutang ke China tersebar, mulai dari negara-negara yang terletak di Afrika, Asia dan Pasifik. Tak sedikit pula yang merasa terperangkap utang China tersebut. Berikut beberapa negara yang berutang ke China:



1. Maladewa
Maladwa adalah negara kepulauan di Samudera Hindia yang menjadi salah satu negara yang berutang ke China. Ketua Majelis Rakyat (Parlemen Maladewa) dan mantan Presiden Mohamed Nasheed mengatakan pada Desember 2019 bahwa Maldives berutang kepada China sebesar USD3,5 miliar (sekitar Rp50,05 triliun dengan kurs Rp14.300/USD) dalam bentuk pinjaman, termasuk USD1,5 miliar dalam bentuk pinjaman antar pemerintah, pinjaman swasta, dan jaminan negara.

Nasheed mengatakan bahwa perangkap utang China menjadi masalah ekonomi dan hak asasi manusia, serta masalah kedaulatan dan kebebasan bagi negara kepulauan itu. Menurutnya, biaya proyek yang meningkat, nilai utang di atas kertas jauh lebih besar daripada USD1,1 miliar yang telah diterima negara itu.

2. Pakistan
Negara yang juga berutang ke China berikutnya adalah Pakistan. Diketahui, Pakistan telah menerima USD42,7 miliar (sekitar Rp610,6 triliun) dalam bentuk bantuan sejak 1980, di mana USD33,4 miliar adalah pinjaman dan USD9,3 miliar adalah hibah.

Menurut data bank negara tersebut, utang Pakistan ke China adalah USD7,2 miliar pada tahun 2017; lalu meningkat menjadi USD19 miliar pada April 2018 dan USD30 miliar pada 2020. Pembengkakan utang itu terutama akibat pinjaman untuk mendanai proyek Koridor Ekonomi China-Pakistan (CPEC).

The New York Times melaporkan dimensi militer investasi yang muncul pada Desember 2018, menyebutnya sebagai jebakan utang yang buram dan tidak diatur dengan baik. Para ahli memperkirakan bahwa Pakistan akan membutuhkan hampir 40 tahun untuk membayar kembali utangnya ke China.

Sejumlah pakar juga mengatakan bahwa CPEC menempatkan kepentingan Pakistan di bawah kepentingan China, dan ketergantungan ekonomi Pakistan semakin meningkat pada China dapat menjadi ancaman bagi kedaulatan negara tersebut.

China dan Pakistan juga menandatangani perjanjian pada 2017 untuk membangun lima proyek pembangkit listrik tenaga air, dengan China menginvestasikan sebesar USD50 miliar.

Menurut Hassan Abbas, seorang sarjana Pakistan-Amerika dalam studi Asia Selatan dan Timur Tengah, tertunda-tundanya proyek kemungkinan akan meningkatkan biaya hingga USD98 miliar. Dengan akumulasi bunga hampir USD5 miliar per tahun, Pakistan harus membayar hampir USD200 miliar selama 20 tahun ke China.

Para ahli berpendapat bahwa utang tersebut dapat memberikan pengaruh yang tidak semestinya kepada China dalam urusan internal Pakistan. Bagian dari perjanjian itu dibatalkan oleh Pakistan pada akhir 2017 karena keberatan dengan persyaratannya.

3. Tajikistan
Tajikistan juga merupakan salah satu negara yang berutang ke China. Sebanyak 77% dari total portofolio pinjaman Tajikistan terdiri dari pinjaman China. Pada tahun 2011, parlemen Tajikistan setuju untuk menyerahkan sekitar 1.000 km2 (390 mil persegi) tanah ke China dengan imbalan pembebasan utang yang belum dibayar sebesar ratusan juta dolar.

Utang Tajikistan pada tahun 2018 kepada kreditur asing diperkirakan mencapai USD2,9 miliar, di antaranya USD1,2 miliar merupakan utang kepada Bank Exim (Ekspor-Impor) China. Tahun itu, laporan menunjukkan bahwa TBEA yang berbasis di Xinjiang diberikan konsesi tambang emas sebagai imbalan atas biaya perusahaan untuk membangun pembangkit listrik 400 megawatt (MW) di Dushanbe.

Pada akhir tahun 2020, total utang luar negeri Tajikistan mendekati USD3,1 miliar; dari jumlah ini, USD1,12 miliar atau sekitar 37% dari totalnya terutang kepada Exim Bank of China.

4. Sejumlah negara di Afrika
Sejumlah negara di Afrika juga berutang ke China. Negara-negara tersebut meningkatkan pinjaman mereka dari China antara tahun 2000 dan 2014 (dengan total nilai USD94,5 miliar atau sekira Rp1.351,35 triliun) saat mereka berusaha untuk mengakhiri ketergantungan pada IMF dan Bank Dunia, yang menuntut liberalisasi pasar sebagai imbalan atas pinjaman.

China adalah pemangku kepentingan proyek utama dalam ekonomi banyak negara Afrika, yang secara signifikan mempengaruhi banyak urusan di benua tersebut. Menurut penelitian yang dilakukan sebagai bagian dari Kampanye Utang Jubilee pada Oktober 2018, utang Afrika ke China naik dari USD10 miliar pada 2010 menjadi lebih dari USD30 miliar pada 2016.

Pada tahun 2020, negara-negara Afrika dengan utang China terbesar adalah Angola (USD25 miliar), Ethiopia (USD13,5 miliar), Zambia (USD7,4 miliar), Republik Kongo (USD7,3 miliar), dan Sudan (USD6,4 miliar). Total sebesar USD143 miliar untuk pemerintah Afrika dan perusahaan milik negara antara tahun 2000 dan 2017.



5. Negara-negara lainnya
Di luar negara-negara di atas, China juga telah memberikan pinjaman ke Kirgistan, Laos dan Mongolia. Negara itu juga memberikan pinjaman sebesar USD115 juta ke Tonga untuk membangun kembali infrastrukturnya, dan USD2 miliar pinjaman ke Papua Nugini (yang nilainya hampir seperempat dari utang nasional negara itu).

Tercatat, China juga memiliki proyek yang sedang berjalan di Trinidad dan Tobago, termasuk dok kering yang dibangun China senilai USD500 juta dan kawasan industri senilai USD102 juta di La Brea.
(fai)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0972 seconds (0.1#10.140)