Perang Rusia Ukraina Tak Akan Pernah Membuat Ekonomi Eropa Kembali Normal
loading...
A
A
A
Masalah Utang
Pergeseran tektonik untuk ekonomi Eropa dan global akan menempatkan tekanan tambahan pada bank sentral dan pemerintah yang terjebak di antara menyulap inflasi terhadap keberlanjutan fiskal.
Dalam sebuah catatan pada hari Kamis, BNP Paribas memperkirakan, bahwa dorongan lebih cepat untuk mendekarbonisasi, pengeluaran dan utang pemerintah yang lebih tinggi, hambatan kuat terhadap globalisasi dan tekanan inflasi tinggi akan menjadi tema abadi ke depannya.
"Latar belakang ini memberikan lingkungan yang lebih menantang bagi bank sentral dalam menerapkan kebijakan dan menjaga inflasi tepat sasaran, tidak hanya mengurangi kemampuan mereka untuk berkomitmen pada jalur kebijakan tertentu," kata Ekonom Senior Eropa BNP Paribas Spyros Andreopoulos.
Dia juga mencatat bahwa menaikkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi pada akhirnya akan membuat hidup jadi sulit bagi otoritas fiskal.
"Meskipun tidak berdampak langsung, paling tidak karena pemerintah umumnya memperpanjang jatuh tempo rata-rata utang mereka pada suku bunga rendah, lingkungan suku bunga yang lebih tinggi dapat mengubah kalkulus fiskal juga. Akhirnya, kekhawatiran keberlanjutan utang bisa muncul kembali," kata Andreopoulos.
Inflasi rendah sepanjang sejarah zona euro baru-baru ini berarti Bank Sentral Eropa tidak pernah dipaksa untuk memilih antara keberlanjutan fiskal dan mengejar target inflasinya, karena inflasi yang rendah mengharuskan kebijakan moneter akomodatif yang membantu keberlanjutan fiskal.
"Kali ini, Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) harus memperketat kebijakan untuk mengendalikan inflasi dengan latar belakang utang publik yang lebih tinggi, warisan dampak pandemi, dan tekanan terus-terusan pada dompet rumah tangga," terangnya.
Pergeseran tektonik untuk ekonomi Eropa dan global akan menempatkan tekanan tambahan pada bank sentral dan pemerintah yang terjebak di antara menyulap inflasi terhadap keberlanjutan fiskal.
Dalam sebuah catatan pada hari Kamis, BNP Paribas memperkirakan, bahwa dorongan lebih cepat untuk mendekarbonisasi, pengeluaran dan utang pemerintah yang lebih tinggi, hambatan kuat terhadap globalisasi dan tekanan inflasi tinggi akan menjadi tema abadi ke depannya.
"Latar belakang ini memberikan lingkungan yang lebih menantang bagi bank sentral dalam menerapkan kebijakan dan menjaga inflasi tepat sasaran, tidak hanya mengurangi kemampuan mereka untuk berkomitmen pada jalur kebijakan tertentu," kata Ekonom Senior Eropa BNP Paribas Spyros Andreopoulos.
Dia juga mencatat bahwa menaikkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi pada akhirnya akan membuat hidup jadi sulit bagi otoritas fiskal.
"Meskipun tidak berdampak langsung, paling tidak karena pemerintah umumnya memperpanjang jatuh tempo rata-rata utang mereka pada suku bunga rendah, lingkungan suku bunga yang lebih tinggi dapat mengubah kalkulus fiskal juga. Akhirnya, kekhawatiran keberlanjutan utang bisa muncul kembali," kata Andreopoulos.
Inflasi rendah sepanjang sejarah zona euro baru-baru ini berarti Bank Sentral Eropa tidak pernah dipaksa untuk memilih antara keberlanjutan fiskal dan mengejar target inflasinya, karena inflasi yang rendah mengharuskan kebijakan moneter akomodatif yang membantu keberlanjutan fiskal.
"Kali ini, Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) harus memperketat kebijakan untuk mengendalikan inflasi dengan latar belakang utang publik yang lebih tinggi, warisan dampak pandemi, dan tekanan terus-terusan pada dompet rumah tangga," terangnya.