Membangun Desa Mandiri dengan Digitalisasi, Ini Tantangannya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Di era revolusi industri 4.0, teknologi digital menjadi salah satu modal utama yang dibutuhkan para pelaku industri untuk mengembangkan usaha atau bisnisnya.
Tak hanya di dunia industri atau bisnis, penggunaan teknologi digital telah meluas dan masuk ke sendi-sendi kehidupan masyarakat. Bahkan, digitalisasi juga didorong hingga tingkat desa dengan harapan dapat menjadikan desa tersebut maju dan mandiri.
Desa mandiri merupakan desa yang mampu mengatur dan membangun desanya dengan memaksimalkan potensi yang ada dan memaksimalkan kemampuan masyarakatnya, serta tidak tergantung pada bantuan pihak luar.
Kita sudah masuk dalam revolusi industri 4.0, yang merupakan arah perubahan baru yang penting untuk menjadikan suatu desa sebagai objek dalam menjadikan desa tersebut menjadi desa mandiri dengan digitalisasi.
Digitalisasi merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan oleh suatu desa untuk memaksimalkan kemampuan yang ada di desa maupun kemampuan masyarakatnya. Sehingga, desa tersebut akan berkembang dan menjadi desa mandiri.
Anggota Komisi I DPR RI Slamet Ariyadi dalam webinar Ngobrol Bareng Legislator bertajuk “Menjadi Desa yang Mandiri dengan Digitalisasi” yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada Kamis (21/4/2022) menyampaikan tips dalam membangun desa mandiri dengan digitalisasi.
“Kita perlu memberikan support moral kepada desa dan memberikan dorongan untuk menciptakan sumber daya manusia yang melek akan digital,” ujarnya, dikutip Jumat (22/4/2022).
Dia pun berharap melalui webinar tersebut para peserta yang hadir mampu menjadi penggerak untuk menciptakan digitalisasi di desa.
“Karena dampak tersebut dapat menjadikan wajah baru Indonesia untuk lebih maju menghadapi tantangan seperti pandemi,” ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo Semuel A Pangarepan mengatakan, banyak hal positif yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan digitalisasi.
Namun, peningkatan penggunaan teknologi digital juga perlu diimbangi dengan kapasitas literasi digital yang mumpuni.
“Tujuannya agar masyarakat dapat memanfaatkan teknologi digital dengan produktif, bijak, dan tepat guna,” tandasnya.
Sementara itu, Febri Wahyuni Sabrani selaku digitalpreneur menyoroti problematika yang masih terjadi dan dihadapi dalam pengembangan desa mandiri dengan digitalisasi ini.
Febri membeberkan problematika digitalisasi di Indonesia adalah kurangnya fasilitas pendukung di daerah 3T, jumlah pengguna internet yang begitu banyak tidak sebanding dengan kapasitas internet yang tersedia, dan terdapat 9.113 daerah dalam belum tersentuh jaringan 4G.
“Ini merupakan PR pemerintah untuk menyediakan akses internet di seluruh Indonesia,” tukasnya pada acara yang sama.
Slamet Ariyadi menambahkan, dalam mewujudkan desa mandiri dengan digitalisasi, sumber daya manusia (SDM) di tingkat desa harus bisa memberdayakan digitalisasi.
Untuk itu, kaum milenial yang melek teknologi diharapkan dapat mengampanyekan gerakan digitalisasi ini hingga di tingkat desa.
Tak hanya di dunia industri atau bisnis, penggunaan teknologi digital telah meluas dan masuk ke sendi-sendi kehidupan masyarakat. Bahkan, digitalisasi juga didorong hingga tingkat desa dengan harapan dapat menjadikan desa tersebut maju dan mandiri.
Desa mandiri merupakan desa yang mampu mengatur dan membangun desanya dengan memaksimalkan potensi yang ada dan memaksimalkan kemampuan masyarakatnya, serta tidak tergantung pada bantuan pihak luar.
Kita sudah masuk dalam revolusi industri 4.0, yang merupakan arah perubahan baru yang penting untuk menjadikan suatu desa sebagai objek dalam menjadikan desa tersebut menjadi desa mandiri dengan digitalisasi.
Digitalisasi merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan oleh suatu desa untuk memaksimalkan kemampuan yang ada di desa maupun kemampuan masyarakatnya. Sehingga, desa tersebut akan berkembang dan menjadi desa mandiri.
Anggota Komisi I DPR RI Slamet Ariyadi dalam webinar Ngobrol Bareng Legislator bertajuk “Menjadi Desa yang Mandiri dengan Digitalisasi” yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada Kamis (21/4/2022) menyampaikan tips dalam membangun desa mandiri dengan digitalisasi.
“Kita perlu memberikan support moral kepada desa dan memberikan dorongan untuk menciptakan sumber daya manusia yang melek akan digital,” ujarnya, dikutip Jumat (22/4/2022).
Dia pun berharap melalui webinar tersebut para peserta yang hadir mampu menjadi penggerak untuk menciptakan digitalisasi di desa.
“Karena dampak tersebut dapat menjadikan wajah baru Indonesia untuk lebih maju menghadapi tantangan seperti pandemi,” ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo Semuel A Pangarepan mengatakan, banyak hal positif yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan digitalisasi.
Namun, peningkatan penggunaan teknologi digital juga perlu diimbangi dengan kapasitas literasi digital yang mumpuni.
“Tujuannya agar masyarakat dapat memanfaatkan teknologi digital dengan produktif, bijak, dan tepat guna,” tandasnya.
Sementara itu, Febri Wahyuni Sabrani selaku digitalpreneur menyoroti problematika yang masih terjadi dan dihadapi dalam pengembangan desa mandiri dengan digitalisasi ini.
Febri membeberkan problematika digitalisasi di Indonesia adalah kurangnya fasilitas pendukung di daerah 3T, jumlah pengguna internet yang begitu banyak tidak sebanding dengan kapasitas internet yang tersedia, dan terdapat 9.113 daerah dalam belum tersentuh jaringan 4G.
“Ini merupakan PR pemerintah untuk menyediakan akses internet di seluruh Indonesia,” tukasnya pada acara yang sama.
Slamet Ariyadi menambahkan, dalam mewujudkan desa mandiri dengan digitalisasi, sumber daya manusia (SDM) di tingkat desa harus bisa memberdayakan digitalisasi.
Untuk itu, kaum milenial yang melek teknologi diharapkan dapat mengampanyekan gerakan digitalisasi ini hingga di tingkat desa.
(ind)