China Lockdown, Dampaknya ke Indonesia Bisa Bikin Ngeri
loading...
A
A
A
JAKARTA - Shanghai kembali menerapkan kebijakan lockdown imbas penyebaran kasus Covid-19 yang tinggi. Sebagai pusat ekonomi di China, lockdown ini tentu berpengaruh pada kondisi ekonomi global.
Direktur CELIOS, Bhima Yudhistira mengatakan, kebijakan ini bahkan lebih berimbas ke ekonomi Indonesia dibandingkan perlambatan ekonomi di Amerika Serikat (AS) dan imbas perang Ukraina-Rusia.Hal ini dikarenakan China memiliki kontribusi 20% terhadap tujuan ekspor non-migas Indonesia, dan 32,7% dalam hal impor.
"Jika lockdown diperluas ke berbagai kota termasuk kawasan industri strategis maka neraca dagang Indonesia bisa menurun, dalam worst scenario berubah menjadi defisit," ujar Bhima saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Kamis (5/5/2022).
Menurutnya, imbas dari lockdown di Shanghai menyebabkan pengiriman barang terganggu, tertunda dan melonjaknya biaya logistik.
Di sisi lain, pengusaha di dalam negeri yang terimbas lockdown akan berusaha mencari sumber bahan baku dari negara lain, dimana proses ini akan ganggu seluruh rantai produksi. Pada akhirnya, konsumen akan menanggung inflasi akibat terganggunya rantai pasok.
"Sektor usaha yang mengandalkan hubungan dagang dengan China seperti konstruksi, industri pengolahan, pertambangan dan pertanian akan mengalami pelemahan," ujarnya.
Bhima berharap, kebijakan di Shanghai ini tidak meluas dan tidak berlangsung dalam waktu yang lama karena dampaknya akan sangat signifikan. Kabar terbaru, Ibu kota China, Beijing tengah bersiap untuk lockdown.
"Masih spekulasi apakah Beijing akan di lockdown selama Shanghai, semoga tidak karena imbasnya pasti sangat besar," pungkas Bhima.
Direktur CELIOS, Bhima Yudhistira mengatakan, kebijakan ini bahkan lebih berimbas ke ekonomi Indonesia dibandingkan perlambatan ekonomi di Amerika Serikat (AS) dan imbas perang Ukraina-Rusia.Hal ini dikarenakan China memiliki kontribusi 20% terhadap tujuan ekspor non-migas Indonesia, dan 32,7% dalam hal impor.
"Jika lockdown diperluas ke berbagai kota termasuk kawasan industri strategis maka neraca dagang Indonesia bisa menurun, dalam worst scenario berubah menjadi defisit," ujar Bhima saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Kamis (5/5/2022).
Menurutnya, imbas dari lockdown di Shanghai menyebabkan pengiriman barang terganggu, tertunda dan melonjaknya biaya logistik.
Di sisi lain, pengusaha di dalam negeri yang terimbas lockdown akan berusaha mencari sumber bahan baku dari negara lain, dimana proses ini akan ganggu seluruh rantai produksi. Pada akhirnya, konsumen akan menanggung inflasi akibat terganggunya rantai pasok.
"Sektor usaha yang mengandalkan hubungan dagang dengan China seperti konstruksi, industri pengolahan, pertambangan dan pertanian akan mengalami pelemahan," ujarnya.
Bhima berharap, kebijakan di Shanghai ini tidak meluas dan tidak berlangsung dalam waktu yang lama karena dampaknya akan sangat signifikan. Kabar terbaru, Ibu kota China, Beijing tengah bersiap untuk lockdown.
"Masih spekulasi apakah Beijing akan di lockdown selama Shanghai, semoga tidak karena imbasnya pasti sangat besar," pungkas Bhima.
(akr)