IHSG Sempat Rebound Kemarin, Tapi Kok Masih Lesu?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) sempat mengalami rebound pada perdagangan kemarin Rabu (11/5). Penguatan pernah dicapai indeks saham sebesar 1 persen pada sesi pertama.
Sayangnya, tekanan jual masih membebani indeks acuan, hingga kembali terkapar dan ditutup -0,05% di 6.816,20, dengan range di 6.796,29 - 6.902,21.
"Rebound kemarin benar terjadi, namun juga benar-benar jangka pendek saja," kata Founder WH Project, William Hartanto dalam risetnya, Kamis (12/5/2022).
Memakai indikator Moving Average (MA), William mencermati IHSG masih berada di bawah area MA5. Apabila candlestick indeks tetap berada di bawah level tersebut, William memperkirakan indeks acuan masih lemah, sementara jika rebound maka yang terjadi hanya technical rebound atau dead cat bounce.
"Sekedar membantu, MA5 IHSG saat ini berada pada 6994. Dan walaupun sempat rebound, IHSG tidak mampu mencapai MA5 tersebut dan terhenti pada 6902, sekaligus menutup gap IHSG pada tanggal 9 Mei 2022," ungkapnya.
Secara fundamental, penulis buku The Tao of Bandarmology ini memandang sentimen suku bunga Federal Reserve dapat menyebabkan capital outflow dari aset berisiko seperti saham.
Melacak foreign outflow sepanjang tiga hari terakhir, investor asing tampak merealisasikan profit hampir Rp6 triliun, yang sebagian besar berasal dari emiten berkapitalisasi besar penggerak indeks, seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
"Kami sudah menjelaskan juga bahwa efek Fed rate yang membuat terjadinya capital outflow tidak mudah untuk diselesaikan dalam 2 hari. Berdasarkan sejarahnya malah bisa membawa IHSG downtrend hingga berbulan-bulan (rata-rata 4 bulan)," tuturnya.
Pada perdagangan hari ini Kamis 12 Mei 2022, William memperkirakan IHSG bergerak mixed dengan kecenderungan melemah di area 6.774 - 6.994.
"Level resistance dipilih mengikuti MA5, dan sektor yang diperkirakan akan memimpin IHSG adalah masih dari consumer goods seperti UNVR dan INDF," pungkasnya.
Sayangnya, tekanan jual masih membebani indeks acuan, hingga kembali terkapar dan ditutup -0,05% di 6.816,20, dengan range di 6.796,29 - 6.902,21.
"Rebound kemarin benar terjadi, namun juga benar-benar jangka pendek saja," kata Founder WH Project, William Hartanto dalam risetnya, Kamis (12/5/2022).
Memakai indikator Moving Average (MA), William mencermati IHSG masih berada di bawah area MA5. Apabila candlestick indeks tetap berada di bawah level tersebut, William memperkirakan indeks acuan masih lemah, sementara jika rebound maka yang terjadi hanya technical rebound atau dead cat bounce.
"Sekedar membantu, MA5 IHSG saat ini berada pada 6994. Dan walaupun sempat rebound, IHSG tidak mampu mencapai MA5 tersebut dan terhenti pada 6902, sekaligus menutup gap IHSG pada tanggal 9 Mei 2022," ungkapnya.
Secara fundamental, penulis buku The Tao of Bandarmology ini memandang sentimen suku bunga Federal Reserve dapat menyebabkan capital outflow dari aset berisiko seperti saham.
Melacak foreign outflow sepanjang tiga hari terakhir, investor asing tampak merealisasikan profit hampir Rp6 triliun, yang sebagian besar berasal dari emiten berkapitalisasi besar penggerak indeks, seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
"Kami sudah menjelaskan juga bahwa efek Fed rate yang membuat terjadinya capital outflow tidak mudah untuk diselesaikan dalam 2 hari. Berdasarkan sejarahnya malah bisa membawa IHSG downtrend hingga berbulan-bulan (rata-rata 4 bulan)," tuturnya.
Pada perdagangan hari ini Kamis 12 Mei 2022, William memperkirakan IHSG bergerak mixed dengan kecenderungan melemah di area 6.774 - 6.994.
"Level resistance dipilih mengikuti MA5, dan sektor yang diperkirakan akan memimpin IHSG adalah masih dari consumer goods seperti UNVR dan INDF," pungkasnya.
(akr)