Ekspor Kopi Terkendala Pandemi, Teten Harap Serapan Dalam Negeri Meningkat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Koperasi dan UKM (KUKM) terus mendorong produktivitas sektor pertanian dan perkebunan. Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, kedua sektor tersebut sudah bisa direlaksasi untuk diaktifkan kembali kegiatan usahanya di tengah pandemi Covid-19.
Kendati demikian, Teten berharap protokol kesehatan tetap dijalankan dengan disiplin. "Dunia usaha kembali dijalankan dengan tidak mengabaikan protokol kesehatan," ujarnya di sela-sela kunjungan kerja ke salah satu shelter (tempat pengolahan kopi) Klasik Beans di daerah Gunung Puntang, Desa Campaka Mulia, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung, Minggu (21/6/2020). (Baca juga : Lima Jurus Kemenkop UKM Atasi Masalah UMKM di Masa Pandemi )
Dalam kunjungan tersebut, Teten mengaku ingin melihat langsung dan memastikan reaktivasi kegiatan usaha KUKM bisa berjalan. Terlebih, produk kopi dari Klasik Beans merupakan salah satu yang terbaik di dunia dan sudah menembus pasar mancanegara.
"Saya meyakini, dengan tingkat konsumsi kopi dalam negeri yang terus meningkat, produk kopi nasional bisa diserap pasar dalam negeri," kata Teten.
Dia menjelaskan, dengan pasar yang amat luas dan jumlah penduduk lebih dari 250 juta jiwa, pendapatan nasional dari produk kopi tidak perlu lagi bergantung pada ekspor. "Meski, ekspor kopi tetap akan menjadi bagian penting, karena kopi akan terus menjadi komoditi unggulan Indonesia," ucap Teten.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Koperasi Klasik Beans Deni Glen menjelaskan, koperasi yang berdiri pada 2011 sudah memiliki binaan sekitar 3.000 petani kopi yang tergabung dalam Paguyuban Tani Sunda Hejo. "Hasil panen kopi petani dibeli koperasi untuk diolah menjadi biji kopi mentah atau green beans," kata Glen.
Koperasi Klasik Beans memiliki banyak shelter kopi di Jawa Barat. Diantaranya, di Garut (ada tiga), Ciwidey (ada dua), Gunung Puntang, Pangalengan, Ujungberung, Bandung Utara, dan Cianjur. Sedangkan di luar Jabar, shelter Klasik Beans ada di Kintamani (Bali), Flores, Enrekang (Sulsel), Lintong (Medan, Sumut), dan Takengon (Aceh).
"Sebelum pandemi Covid-19, kami memiliki kapasitas produksi sebanyak 5-8 ton green beans perbulan, khusus untuk pasar nasional. Untuk yang pasar ekspor, per musim kita menghasilkan 60 ton, dimana dalam setahun ada satu kali musim," tuturnya.
Dengan brand produk Kopi Sunda Hejo, Klasik Beans mampu mengguyur pasar ekspor ke negara-negara seperti Prancis, Jepang, Australia, Swiss, dan sebagainya. "Produk kopi kita juga salah satu yang dibeli Starbucks," ungkapnya.
Bahkan, lanjut Glen, pihaknya memiliki hari istimewa yang dinamakan Hari Petani. Di hari itu, seluruh petani binaan Klasik Beans mendapatkan premi dari koperasi.
"Itu uang yang kita sisihkan dari setiap kilogram kopi yang mereka jual ke koperasi, semacam produk tabungan yang akan dibagikan kembali ke petani sesuai kilogram kopi yang sudah dijualnya," ucap Glen.
Hanya saja, Glen mengakui bahwa selama pandemi Covid-19 berdampak besar pada usaha kopinya. "Banyak kedai kopi yang tutup, termasuk yang untuk pasar dunia. Penghasilan kita drop hingga 95%," ungkap Glen.
Meski begitu, Klasik Beans tetap komitmen membeli hasil panen kopi dari para petani. Dengan sulitnya kopi terserap pasar, maka Klasik Beans pun mau tidak mau harus menambah gudang. "Kita semua berharap pandemi Covid-19 segera berlalu, agar pasar kopi nasional dan dunia kembali bergairah," pungkas Glen.
Kendati demikian, Teten berharap protokol kesehatan tetap dijalankan dengan disiplin. "Dunia usaha kembali dijalankan dengan tidak mengabaikan protokol kesehatan," ujarnya di sela-sela kunjungan kerja ke salah satu shelter (tempat pengolahan kopi) Klasik Beans di daerah Gunung Puntang, Desa Campaka Mulia, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung, Minggu (21/6/2020). (Baca juga : Lima Jurus Kemenkop UKM Atasi Masalah UMKM di Masa Pandemi )
Dalam kunjungan tersebut, Teten mengaku ingin melihat langsung dan memastikan reaktivasi kegiatan usaha KUKM bisa berjalan. Terlebih, produk kopi dari Klasik Beans merupakan salah satu yang terbaik di dunia dan sudah menembus pasar mancanegara.
"Saya meyakini, dengan tingkat konsumsi kopi dalam negeri yang terus meningkat, produk kopi nasional bisa diserap pasar dalam negeri," kata Teten.
Dia menjelaskan, dengan pasar yang amat luas dan jumlah penduduk lebih dari 250 juta jiwa, pendapatan nasional dari produk kopi tidak perlu lagi bergantung pada ekspor. "Meski, ekspor kopi tetap akan menjadi bagian penting, karena kopi akan terus menjadi komoditi unggulan Indonesia," ucap Teten.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Koperasi Klasik Beans Deni Glen menjelaskan, koperasi yang berdiri pada 2011 sudah memiliki binaan sekitar 3.000 petani kopi yang tergabung dalam Paguyuban Tani Sunda Hejo. "Hasil panen kopi petani dibeli koperasi untuk diolah menjadi biji kopi mentah atau green beans," kata Glen.
Koperasi Klasik Beans memiliki banyak shelter kopi di Jawa Barat. Diantaranya, di Garut (ada tiga), Ciwidey (ada dua), Gunung Puntang, Pangalengan, Ujungberung, Bandung Utara, dan Cianjur. Sedangkan di luar Jabar, shelter Klasik Beans ada di Kintamani (Bali), Flores, Enrekang (Sulsel), Lintong (Medan, Sumut), dan Takengon (Aceh).
"Sebelum pandemi Covid-19, kami memiliki kapasitas produksi sebanyak 5-8 ton green beans perbulan, khusus untuk pasar nasional. Untuk yang pasar ekspor, per musim kita menghasilkan 60 ton, dimana dalam setahun ada satu kali musim," tuturnya.
Dengan brand produk Kopi Sunda Hejo, Klasik Beans mampu mengguyur pasar ekspor ke negara-negara seperti Prancis, Jepang, Australia, Swiss, dan sebagainya. "Produk kopi kita juga salah satu yang dibeli Starbucks," ungkapnya.
Bahkan, lanjut Glen, pihaknya memiliki hari istimewa yang dinamakan Hari Petani. Di hari itu, seluruh petani binaan Klasik Beans mendapatkan premi dari koperasi.
"Itu uang yang kita sisihkan dari setiap kilogram kopi yang mereka jual ke koperasi, semacam produk tabungan yang akan dibagikan kembali ke petani sesuai kilogram kopi yang sudah dijualnya," ucap Glen.
Hanya saja, Glen mengakui bahwa selama pandemi Covid-19 berdampak besar pada usaha kopinya. "Banyak kedai kopi yang tutup, termasuk yang untuk pasar dunia. Penghasilan kita drop hingga 95%," ungkap Glen.
Meski begitu, Klasik Beans tetap komitmen membeli hasil panen kopi dari para petani. Dengan sulitnya kopi terserap pasar, maka Klasik Beans pun mau tidak mau harus menambah gudang. "Kita semua berharap pandemi Covid-19 segera berlalu, agar pasar kopi nasional dan dunia kembali bergairah," pungkas Glen.
(ind)