Rusia Mulai Batasi Pasokan Gas ke Jerman, Peringatan untuk Eropa
loading...
A
A
A
BERLIN - Jerman mengatakan, Rusia menggunakan energi sebagai 'senjata' setelah Moskow mengurangi pasokan gas alam sebagai pembalasan atas sanksi Eropa sebagai respos perang Ukraina. Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck menerangkan, salah satu unit Gazprom PJSC mengurangi pengiriman gas sekitar 10 juta meter kubik per hari.
Langkah ini dinilai sebagai langkah simbolis Rusia sebagai peringatan bagi Eropa, dimana Habeck menerangkan jumlah pasokan gas yang seret berjumlah sekitar 3% dari impor gas Rusia oleh Jerman. Namun belum diketahui secara pasti, benarkah Kremlin bakal menjadikan pelanggan terbesarnya sebagai contoh.
Sementara itu Benchmark harga gas di Eropa telah melonjak lebih dari 20%. "Situasinya meningkat ke titik bahwa penggunaan energi sebagai senjata menjadi kenyataan," kata Habeck kepada wartawan pada hari Kamis sebagai tanggapan atas langkah Rusia.
Di atas kebuntuan Jerman, pengiriman ke Eropa melalui Ukraina dibatasi setelah titik masuk lintas batas utama dihentikan karena aktivitas pasukan di darat, menurut Kiev. Sanksi balasan Moskow juga menargetkan pipa yang melintasi Polandia, menghapus rute cadangan potensial bagi pelanggan Eropa untuk menerima gas Rusia.
Ketegangan muncul tepat ketika solusi tampaknya belum terlihat terkait permintaan Moskow untuk pembayaran gasnya dengan mata yang Rubel. Perusahaan termasuk raksasa Jerman Uniper SE, semakin yakin mereka dapat terus membeli pasokan Rusia tanpa melanggar sanksi.
Perdana Menteri Italia, Mario Draghi sebelumnya tampak mendukung langkah tersebut, dengan mengatakan lebih banyak pembeli Eropa membuka rekening Rubel.
Di sisi lain Jerman telah berusaha untuk melepaskan diri dari gas Rusia, tetapi masih menyumbang sekitar 35% dari pasokan negara itu. Angka ini turun lebih dari setengahnya sebelum invasi ke Ukraina pada akhir Februari.
Kebarnya Jerman tengah mempersiapkan untuk mengambil langkah lebih jauh pada akhir tahun ini ketika terminal gas alam cair terapung pertama beroperasi.
Dilansir Bloomberg, Habeck mengklaim Jerman dapat mengatasi gangguan gas Rusia usai mengamankan pasokan alternatif. Ia juga menambahkan, Jerman tidak perlu menetapkan status siaga dalam menanggapi sanksi Moskow terhadap Gazprom Germania GmbH.
Rencana darurat tiga tahap negara itu, yang saat ini berada di tingkat pertama, melihat regulator jaringan gas akhirnya menjatah pasokan semakin ketat.
Bahan bakar sendiri merupakan bagian penting dari bauran energi bagi ekonomi terbesar di Eropa itu. Sekitar 15% listrik Jerman dihasilkan dari gas, dibandingkan kurang dari 9% pada tahun 2000, karena negara itu menurunkan penggunaan nuklir dan batu bara.
Bahan bakar juga penting untuk memanaskan rumah-rumah dan proses industri di sektor bahan kimia dan farmasi. Moskow telah melarang transaksi dengan Gazprom Germania dan berbagai anak perusahaannya yang sekarang berada di bawah kendali regulator energi Jerman.
Termasuk juga pemasok energi Wingas GmbH, bisnis penyimpanan gas Eropa, kepanjangan tangan perdagangan Gazprom dan EuRoPol Gaz yang berbasis di London, pemilik bagian Polandia dari pipa Yamal-Eropa yang menghubungkan Rusia ke Jerman.
Jerman pada bulan lalu untuk sementara mengambil alih Gazprom Germania. Sebagian besar perusahaan kelompok itu berada di bawah tekanan setelah klien dan mitra bisnis menolak untuk melakukan bisnis dengan mereka setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Kondisi tersebyr meningkatkan prospek bahwa pemilik infrastruktur energi utama Eropa tidak akan bertahan. "Kami memantau situasi dengan cermat. Energi dapat digunakan dengan kuat dalam konflik ekonomi," katanya kepada anggota parlemen Kamis pagi, waktu setempat.
Langkah ini dinilai sebagai langkah simbolis Rusia sebagai peringatan bagi Eropa, dimana Habeck menerangkan jumlah pasokan gas yang seret berjumlah sekitar 3% dari impor gas Rusia oleh Jerman. Namun belum diketahui secara pasti, benarkah Kremlin bakal menjadikan pelanggan terbesarnya sebagai contoh.
Baca Juga
Sementara itu Benchmark harga gas di Eropa telah melonjak lebih dari 20%. "Situasinya meningkat ke titik bahwa penggunaan energi sebagai senjata menjadi kenyataan," kata Habeck kepada wartawan pada hari Kamis sebagai tanggapan atas langkah Rusia.
Di atas kebuntuan Jerman, pengiriman ke Eropa melalui Ukraina dibatasi setelah titik masuk lintas batas utama dihentikan karena aktivitas pasukan di darat, menurut Kiev. Sanksi balasan Moskow juga menargetkan pipa yang melintasi Polandia, menghapus rute cadangan potensial bagi pelanggan Eropa untuk menerima gas Rusia.
Ketegangan muncul tepat ketika solusi tampaknya belum terlihat terkait permintaan Moskow untuk pembayaran gasnya dengan mata yang Rubel. Perusahaan termasuk raksasa Jerman Uniper SE, semakin yakin mereka dapat terus membeli pasokan Rusia tanpa melanggar sanksi.
Perdana Menteri Italia, Mario Draghi sebelumnya tampak mendukung langkah tersebut, dengan mengatakan lebih banyak pembeli Eropa membuka rekening Rubel.
Di sisi lain Jerman telah berusaha untuk melepaskan diri dari gas Rusia, tetapi masih menyumbang sekitar 35% dari pasokan negara itu. Angka ini turun lebih dari setengahnya sebelum invasi ke Ukraina pada akhir Februari.
Kebarnya Jerman tengah mempersiapkan untuk mengambil langkah lebih jauh pada akhir tahun ini ketika terminal gas alam cair terapung pertama beroperasi.
Dilansir Bloomberg, Habeck mengklaim Jerman dapat mengatasi gangguan gas Rusia usai mengamankan pasokan alternatif. Ia juga menambahkan, Jerman tidak perlu menetapkan status siaga dalam menanggapi sanksi Moskow terhadap Gazprom Germania GmbH.
Rencana darurat tiga tahap negara itu, yang saat ini berada di tingkat pertama, melihat regulator jaringan gas akhirnya menjatah pasokan semakin ketat.
Bahan bakar sendiri merupakan bagian penting dari bauran energi bagi ekonomi terbesar di Eropa itu. Sekitar 15% listrik Jerman dihasilkan dari gas, dibandingkan kurang dari 9% pada tahun 2000, karena negara itu menurunkan penggunaan nuklir dan batu bara.
Bahan bakar juga penting untuk memanaskan rumah-rumah dan proses industri di sektor bahan kimia dan farmasi. Moskow telah melarang transaksi dengan Gazprom Germania dan berbagai anak perusahaannya yang sekarang berada di bawah kendali regulator energi Jerman.
Termasuk juga pemasok energi Wingas GmbH, bisnis penyimpanan gas Eropa, kepanjangan tangan perdagangan Gazprom dan EuRoPol Gaz yang berbasis di London, pemilik bagian Polandia dari pipa Yamal-Eropa yang menghubungkan Rusia ke Jerman.
Jerman pada bulan lalu untuk sementara mengambil alih Gazprom Germania. Sebagian besar perusahaan kelompok itu berada di bawah tekanan setelah klien dan mitra bisnis menolak untuk melakukan bisnis dengan mereka setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Kondisi tersebyr meningkatkan prospek bahwa pemilik infrastruktur energi utama Eropa tidak akan bertahan. "Kami memantau situasi dengan cermat. Energi dapat digunakan dengan kuat dalam konflik ekonomi," katanya kepada anggota parlemen Kamis pagi, waktu setempat.
(akr)