Pasca-Lebaran Banyak Karyawan Keluar-Masuk Perusahaan? Ini Jawabannya

Jum'at, 20 Mei 2022 - 18:10 WIB
loading...
Pasca-Lebaran Banyak Karyawan Keluar-Masuk Perusahaan? Ini Jawabannya
Banyak karyawan memutuskan pindah perusahaan usai Lebaran. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Berdasarkan survei Mercer diketahui bahwa sebagian besar perusahaan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, mengalami tingkat perputaran (keluar-masuk) karyawan yang lebih tinggi, terutama pada tingkat karier menengah.



Jika dikalkulasikan sekitar 55% perusahaan menyatakan ketidakpuasan karyawan terhadap gaji menjadi faktor utama fenomena ini. Kemampuan karyawan untuk mendapatkan benefit yang lebih baik di perusahaan lain menjadi faktor selanjutnya.

CEO Wagely, Tobias Fischer, menyatakan bahwa perusahaan di Indonesia terutama yang bergerak di bidang retail dan memiliki banyak buruh pabrik cenderung mengalami perputaran karyawan pada minggu-minggu setelah liburan Idul Fitri. Pasalnya mereka menanti momentum Idul Fitri untuk mendapatkan THR dan resign setelahnya.

Hal ini didukung dengan sebuah studi dari LinkedIn yang dirilis sebelum pandemi menunjukkan bahwa 1 dari 10 karyawan Indonesia berganti pekerjaan setelah Hari Raya Idul Fitri. Fenomena ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan.



Tobias menambahkan selama pandemi, pihaknya telah melakukan yang terbaik untuk mendukung perusahaan dengan mencoba membantu mengatasi beberapa masalah terbesar mereka, termasuk tingkat perputaran dan retensi karyawan.

"Solusi benefit karyawan kami memperkuat ikatan antara perusahaan dan karyawan mereka, sehingga hasilnya karyawan bertahan lebih lama, lebih terlibat, dan lebih puas dengan pekerjaan mereka,” ujar Tobias Fischer, saat jumpa pers via Zoom, Jumat (20/5/2022).

Menurutnya karyawan tahu persis harapan mereka terhadap perusahaan, namun masih banyak perusahaan yang terus menawarkan benefit tradisional, alih-alih memenuhi kebutuhan mereka.



"Situasi itu mengakibatkan perusahaan tidak hanya kehilangan talenta terbaik dengan tidak memberikan benefit yang tepat, tetapi karyawan juga menjadi semakin tidak termotivasi dan tidak bahagia dengan pekerjaan mereka," tandas Tobias.
(uka)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1579 seconds (0.1#10.140)