Ketua DPD RI Sampaikan Alasan Indonesia Butuh Pengusaha Baru

Sabtu, 21 Mei 2022 - 17:39 WIB
loading...
A A A
"Oleh karenanya, ledakan usia produktif itu harus dibarengi dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang andal. Jika tidak, maka akan menghasilkan pengangguran massal dan menjadi beban negara," tutur LaNyalla.

Pada titik itu, LaNyalla menilai pentingnya pendidikan vokasi. Namun, pendidikan vokasi saja tak cukup. Sebab, pendidikan vokasi adalah menyiapkan kondisi link and match antara dunia pendidikan dengan dunia usaha dan industri.

"Masih ada variabel yang tidak kalah penting, yaitu iklim dunia usaha dan dunia industri itu sendiri. Kalau sektor manufaktur di Indonesia atau khususnya Jatim melemah, tentu tenaga terdidik terampil juga tidak terserap," ujarnya.

Terlebih, kata dia, sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar, Indonesia masih menempati urutan ke-10 dalam peringkat nilai tambah industri manufaktur. "Masih di bawah China, Amerika, Jepang, Jerman, India dan Korea Selatan serta Italia, Prancis dan Brasil," terangnya.

Sementara untuk iklim dunia usaha terbaik, masih didominasi negara-negara di Eropa, dengan Jerman sebagai pemimpin. Sedangkan di luar Eropa, masih tetap didominasi Amerika Serikat dan Jepang. "Artinya, peluang output dari program pendidikan vokasi, tidak hanya diarahkan untuk kebutuhan dalam negari, tetapi juga harus diorientasikan untuk menjadi tenaga terampil di luar negeri," beber LaNyalla.

LaNyalla yang baru kembali dari kunjungan kerja ke Arab Saudi, mengatakan terbuka peluang sekitar 8 juta tenaga terampil dan profesional untuk bekerja di Arab Saudi, dan diutamakan tenaga kerja Muslim. "Ini tentu peluang bagi Indonesia," tegasnya.

Sebab, orientasi tenaga kerja ke luar negeri sudah dilakukan oleh negara-negara dengan jumlah penduduk besar, seperti Amerika Serikat, China dan India. "Mereka sudah lebih dulu menyiapkan tenaga kerjanya untuk ekspansi ke luar negaranya. Di Indonesia, tidak terhitung banyaknya tenaga profesional dari negara-negara tersebut. Bahkan China sekarang sudah memasukkan tenaga non-profesional melalui program-program turn key project mereka di beberapa negara, di Asia dan Afrika," imbuhnya.



Selain hal itu, kata dia, yang perlu menjadi perhatian semua pihak adalah orientasi Indonesia ke depan harus jelas. "Kita akan menjadi negara dengan kekuatan atau positioning di mana. Saya meyakini, Indonesia akan menjadi negara yang kuat dan menjadi sentral dunia, apabila kita mengoptimalkan keunggulan komparatif yang kita miliki, yakni sektor pangan yang terdiri dari
pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan," katanya.

Lalu juga keanekaragaman hayati hutan dan pariwisata, selain sumber daya alam mineral dan gas yang akan menjadi kekuatan ekonomi bangsa ini.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1504 seconds (0.1#10.140)