Kecelakaan Bus Terus Terulang, Pengamat: Sopir Kerap Jadi Tumbal Pengusaha Tamak
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dalam sepekan terakhir terjadi dua kecelakaan bus yang memakan korban jiwa, yaitu di tol Surabaya-Mojokerto, Jawa Timur pada Senin (16/5) yang menewaskan 15 orang dan di Ciamis, Jawa Barat pada Sabtu (21/5) yang merenggut 4 nyawa.
Terkait insiden bus maut tersebut, pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengkritisi, pada setiap kejadian kecelakaan lalu lintas yang melibatkan angkutan umum seringkali berhenti pada tersangka pengemudi.
“Oleh sebab itu, tidak akan menurun angka kecelakaan angkutan umum jika tidak dilakukan pengusutan yang tuntas. Selama ini penyebab kecelakaan tersebut selalu hampir sama, yakni kelelahan saat mengemudi,” kata Djoko kepada MNC Portal Indonesia (MPI), Minggu (22/5/2022).
Menurut Djoko, setiap terjadi kecelakaan lalu lintas, baik angkutan orang maupun barang, hendaknya penyelidikan juga dilakukan terhadap manajemen perusahaan guna memberikan efek jera.
“Agar pengusaha pun tidak mudah main investasi tanpa memikirkan risiko-risiko yang akan dihadapinya,” tandasnya.
Dia menambahkan, saat ini sekitar 60%, terutama di daerah luar Jawa, banyak sekali bus pariwisata yang beroperasi dengan pelat nomor kendaraaan luar daerahnya, terutama dari pulau Jawa.
“Intinya, seringkali pengemudi menjadi tumbal pengusaha yang tamak. Kelelahan mengemudi dapat disebabkan manajemen perusahaan angkutan umum yang tidak mau menerapkan sistem manajemen keselamatan,” tukas Djoko.
Terkait insiden bus maut tersebut, pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengkritisi, pada setiap kejadian kecelakaan lalu lintas yang melibatkan angkutan umum seringkali berhenti pada tersangka pengemudi.
“Oleh sebab itu, tidak akan menurun angka kecelakaan angkutan umum jika tidak dilakukan pengusutan yang tuntas. Selama ini penyebab kecelakaan tersebut selalu hampir sama, yakni kelelahan saat mengemudi,” kata Djoko kepada MNC Portal Indonesia (MPI), Minggu (22/5/2022).
Menurut Djoko, setiap terjadi kecelakaan lalu lintas, baik angkutan orang maupun barang, hendaknya penyelidikan juga dilakukan terhadap manajemen perusahaan guna memberikan efek jera.
“Agar pengusaha pun tidak mudah main investasi tanpa memikirkan risiko-risiko yang akan dihadapinya,” tandasnya.
Dia menambahkan, saat ini sekitar 60%, terutama di daerah luar Jawa, banyak sekali bus pariwisata yang beroperasi dengan pelat nomor kendaraaan luar daerahnya, terutama dari pulau Jawa.
“Intinya, seringkali pengemudi menjadi tumbal pengusaha yang tamak. Kelelahan mengemudi dapat disebabkan manajemen perusahaan angkutan umum yang tidak mau menerapkan sistem manajemen keselamatan,” tukas Djoko.
(ind)