5 Penyebab Startup Lakukan PHK, Kalah Saing hingga Kesulitan Dana

Jum'at, 27 Mei 2022 - 19:15 WIB
loading...
5 Penyebab Startup Lakukan PHK, Kalah Saing hingga Kesulitan Dana
Maraknya PHK yang dilakukan sejumlah startup mengundang keprihatinan. Foto/pexels/energipiccom
A A A
JAKARTA - Maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan sejumlah perusahaan rintisan berbasis teknologi alias startup mengundang keprihatinan.

Sejumlah startup seperti SiCepat, e-commerce JD.ID, Zenius hingga platform perusahaan pelat merah Linkaja, belum lama ini melakukan pemangkasan pekerja.

Dalih di balik keputusan PHK karyawan itu pun beragam, mulai dari kondisi ekonomi yang lesu imbas pandemi, kepentingan reorganisasi, atau terkait Sumber Daya Manusia (SDM).



Pengamat ekonomi yang juga Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira membeberkan lima penyebab terjadinya PHK yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan rintisan. Berikut rinciannya yang disampaikan oleh Bhima kepada MNC Portal Indonesia (MPI), Jumat (27/5/2022).

1. Produk kalah saing
Banyaknya platform-platform baru yang menawarkan berbagai hal menarik menjadikan konsumen memiliki banyak pilihan sehingga sebagian startup kehilangan pangsa pasar secara signifikan.

2. Kesulitan dana
Banyak startup yang kesulitan mencari pendanaan baru akibat investor lebih selektif memilih startup. Menurut Bhima, saat ini investor lebih berhati-hati dalam melakukan investasi, termasuk untuk menyuntikan dananya ke startup.

“Rata-rata perusahaan rintisan melakukan PHK karena mentoknya pendanaan karena tak kunjung mendapatkan investasi,” kata Bhima.



3. Ketidakpastian kondisi ekonomi
Makro ekonomi secara global penuh ketidakpastian. Dengan kondisi tersebut, investor menghindari pembelian saham startup yang persepsi risikonya tinggi, terlebih ada kenaikan inflasi dan suku bunga di berbagai negara.

4. Pasar mulai jenuh dan hipersensitif terhadap promo dan diskon
Promo dan diskon tak dimungkiri menjadi daya tarik bagi konsumen untuk melakukan pembelian atau mencoba sebuah layanan.

Jika aplikasi tidak memberikan diskon, maka jumlah user alias pengguna menurun drastis. Budaya mencoba layanan aplikasi pun menurun karena promo mulai berakhir.



5. Toko fisik ramai lagi pasca pandemi
Pandangan bahwa pasca pandemi pengguna digital masih akan tinggi mulai terbantahkan. Pandemi Covid-19 memang memaksa masyarakat untuk go digital karena adanya pembatasan aktivitas.

Namun, ketika mobilitas dilonggarkan, banyak masyarakat yang menggunakan kesempatan untuk berbelanja di toko fisik. Hal ini terlihat dari pusat-pusat perbelanjaan atau mal yang kembali ramai pengunjung.
(ind)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1403 seconds (0.1#10.140)