Peluang Industri Asuransi dan Dana Pensiun Masih Terbuka Lebar
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mencatat sektor jasa keuangan non bank di Indonesia masih kurang berkembang. Salah satu indikasinya adalah kontribusi industri asuransi dan dana pensiun (Dapen) terhadap perekonomian yang masih sangat rendah.
Padahal, kata Airlangga, Indonesia sejatinya memiliki potensi perekonomian yang cukup besar, seiring dengan jumlah populasi penduduk yang besar dan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) nominal yang cukup tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya.
Meski begitu, peluang untuk mengembangkan industri tersebut masih sangat terbuka lebar. Sehingga diperlukan upaya untuk mempercepat pemanfaatan potensi tersebut melalui pemanfaatan teknologi digital.
Menurut Airlangga, total industri asuransi dan dana pensiun di Indonesia pada 2020 masih kurang dari 20% dari PDB.
Indonesia relatif masih tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura, yang industri asuransi dan dana pensiunnya masing-masing menyumbang 60-85% dari PDB.
“Di era digitalisasi, dan dengan perubahan momentum dan lanskap selama pandemi Covid-19, Indonesia diharapkan dapat memanfaatkan momentum tersebut untuk mengoptimalkan peran industri asuransi dan dana pensiun. Ditambah, ruang tumbuh untuk industri asuransi dan dana pensiun terbilang masih cukup besar. Kami berharap setidaknya bisa mencapai target seperti apa yang sudah dicapai Malaysia,” kata Airlangga pada acara IFG International Conference 2022, dikutip Selasa (31/5/2022).
Senada, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mencatat, industri asuransi dan dana pensiun sangat relevan di masa sekarang, terlebih dengan adanya pandemi Covid-19.
Selain itu, dengan adanya disrupsi teknologi di masa digitalisasi saat ini, dibutuhkan adanya upaya merancang ulang industri keuangan Indonesia.
Padahal, kata Airlangga, Indonesia sejatinya memiliki potensi perekonomian yang cukup besar, seiring dengan jumlah populasi penduduk yang besar dan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) nominal yang cukup tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya.
Meski begitu, peluang untuk mengembangkan industri tersebut masih sangat terbuka lebar. Sehingga diperlukan upaya untuk mempercepat pemanfaatan potensi tersebut melalui pemanfaatan teknologi digital.
Menurut Airlangga, total industri asuransi dan dana pensiun di Indonesia pada 2020 masih kurang dari 20% dari PDB.
Indonesia relatif masih tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura, yang industri asuransi dan dana pensiunnya masing-masing menyumbang 60-85% dari PDB.
“Di era digitalisasi, dan dengan perubahan momentum dan lanskap selama pandemi Covid-19, Indonesia diharapkan dapat memanfaatkan momentum tersebut untuk mengoptimalkan peran industri asuransi dan dana pensiun. Ditambah, ruang tumbuh untuk industri asuransi dan dana pensiun terbilang masih cukup besar. Kami berharap setidaknya bisa mencapai target seperti apa yang sudah dicapai Malaysia,” kata Airlangga pada acara IFG International Conference 2022, dikutip Selasa (31/5/2022).
Senada, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mencatat, industri asuransi dan dana pensiun sangat relevan di masa sekarang, terlebih dengan adanya pandemi Covid-19.
Selain itu, dengan adanya disrupsi teknologi di masa digitalisasi saat ini, dibutuhkan adanya upaya merancang ulang industri keuangan Indonesia.