Dampak Mengerikan Perang Ukraina Bagi Pasokan Pangan Global, WTO Was-was

Jum'at, 10 Juni 2022 - 01:42 WIB
loading...
Dampak Mengerikan Perang Ukraina Bagi Pasokan Pangan Global, WTO Was-was
World Trade Organization (WTO/Organisasi Perdagangan Dunia) memperingatkan, bahwa krisis pangan yang dipicu oleh perang Rusia Ukraina dapat berlangsung selama bertahun-tahun tanpa intervensi. Foto/Dok
A A A
LONDON - World Trade Organization (WTO/Organisasi Perdagangan Dunia) memperingatkan, bahwa krisis pangan yang dipicu oleh perang Rusia Ukraina dapat berlangsung selama bertahun-tahun tanpa intervensi. Negara-negara Afrika bisa sangat terpukul karena kekurangan gandum dan pupuk.

Hal itu disampaikan oleh Direktur Jenderal WTO, Ngozi Okonjo-Iweala kepada BBC. Jutaan ton biji-bijian berada di gudang dan pelabuhan Ukraina, serta tidak dapat diekspor karena perang. Dia mengatakan, melihat hal itu "sangat menyedihkan" ketika harga biji-bijian melonjak.



Ukraina merupakan pengekspor gandum utama secara global, berkontribusi sebesar 9% dari pasar global. Mereka juga menyumbang 42% dari pasar minyak bunga matahari global, dan 16% pasar jagung dunia.

Karena kebuntuan akibat blokade Rusia terhadap pelabuhan Laut Hitam, dan tambang Rusia dan Ukraina di sepanjang pantai, sekitar 20 dan 25 juta ton gandum terjebak di Ukraina sementara harga biji-bijian global melonjak ke atas.

Okonjo-Iweala menerangkan, harga gandum telah naik 59% dibandingkan dengan tahun lalu, minyak bunga matahari naik 30%, sementara jagung 23% lebih tinggi.



Perserikatan Bangsa-Bangsa memimpin upaya untuk mencoba membangun "koridor biji-bijian" dengan pengawalan angkatan laut Turki untuk kapal tanker yang meninggalkan Odessa dan pelabuhan Ukraina lainnya.

Tetapi Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov mengatakan, Ukraina perlu membersihkan ranjau dari pelabuhan Laut Hitamnya.

"Kami menyatakan setiap hari bahwa kami siap untuk menjamin keselamatan kapal-kapal yang meninggalkan pelabuhan Ukraina dan menuju (perairan Turki), kami siap untuk melakukan itu bekerja sama dengan rekan-rekan Turki kami," katanya pada hari Rabu.

Sementara itu Ukraina mengatakan, pihaknya membutuhkan "jaminan keamanan yang efektif" sebelum dapat memulai pengiriman, menyuarakan keprihatinan bahwa Moskow dapat menggunakan koridor potensial untuk menyerang Odessa dari laut.

Berharap yang Terbaik

Hanya dua juta ton biji-bijian yang sudah diekspor dari Ukraina melalui kereta api dan truk, dan Okonjo-Iweala mengatakan "sangat penting untuk melihat apakah kita bisa mendapatkan jawaban" untuk masalah tersebut.

Sekretaris jenderal PBB, Antonio Guterres telah membentuk satuan tugas terkait masalah ini. "Dia menghabiskan banyak waktu mencoba bekerja dengan Rusia untuk melihat apakah pengaturan dapat dibuat, jadi, kami akan tetap menyilangkan jari," katanya.

Jika kesepakatan tidak dapat dibuat, "ini benar-benar akan menjadi situasi yang mengerikan di seluruh dunia", kata Okonjo-Iweala.

Dia mengatakan, 35 negara di Afrika mengimpor makanan dari wilayah Laut Hitam itu, sementara 22 lainnya mengimpor pupuk.
"Anda dapat membayangkan betapa besar dampaknya, bahkan hanya di benua Afrika," katanya.

"Saya harap kita tidak mengalami krisis pangan yang sangat parah selama beberapa tahun ke depan," sambungnya.

Diterangkan juga olehnya biji-bijian tidak dapat diekspor dari wilayah tersebut saat ini, begitu juga dengan panen yang akan datang pada bulan Juli. "dengan jumlah yang sama yang akan sia-sia, sehingga Anda dapat melihat bahwa ini bisa terjadi selama satu atau dua tahun ke depan, dan itu akan benar-benar menjadi bencana bagi bagian-bagian tertentu di dunia".

Okonjo-Iweala menambahkan, kemacetan rantai pasokan yang disebabkan oleh pandemi Covid dan kekurangan tenaga kerja memperburuk masalah ini. Selain itu, dia meminta para pemimpin untuk melonggarkan pembatasan ekspor pada bahan makanan, yang dapat memperburuk lonjakan harga pangan.

(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1214 seconds (0.1#10.140)