5 Harta Karun Tambang Indonesia yang Diekspor ke Amerika Serikat

Minggu, 12 Juni 2022 - 19:53 WIB
loading...
5 Harta Karun Tambang...
Bukan menjadi rahasia lagi bila Indonesia kaya dengan harta karun tambang yang tersebar di Nusantara. Beberapa komoditas di antaranya jadi incaran negara lain, salah satunya negara adidaya Amerika Serikat (AS). Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Bukan menjadi rahasia lagi bila Indonesia kaya dengan harta karun tambang yang tersebar di seluruh Nusantara. Beragam komoditas tambang termasuk mineral dan logam tertanam di Tanah Air.

Beberapa komoditas pertambangan di antaranya menjadi incaran negara lain, salah satunya negara adidaya Amerika Serikat (AS) . Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada April 2022, AS menjadi negara tujuan ekspor nonmigas kedua terbesar Indonesia.

Ekspor nonmigas April 2022 ke Amerika Serikat sebesar USD2,46 miliar. Peningkatan terbesar ekspor nonmigas April 2022 terhadap Maret 2022 terjadi pada komoditas bahan bakar mineral yaitu sebesar USD642,8 juta (13,88%).



Sedangkan penurunan terbesar terjadi pada barang dari logam mulia dan perhiasan/ permata yaitu sebesar USD525,0 juta (47,84%). Selanjutnya ekspor hasil tambang dan lainnya naik 106,29%.

Indonesia mencatat pertumbuhan tahunan yang pesat untuk ekspor barang di sektor pertambangan pada bulan April. BPS melaporkan hal tersebut ditopang lonjakan harga komoditas.

Ekspor pertambangan dan yang lainnya tumbuh 182,48% ke USD6,41 miliar pada bulan April dari tahun sebelumnya. Sektor ini merupakan kontributor kedua terbesar ke ekspor barang Indonesia. Namun laju pertumbuhan tersebut merupakan yang paling pesat.

Di sisi lain pemerintah tengah gencar mencanangkan hilirisasi agar produk yang dihasilkan memiliki nilai tambah, ketimbang RI harus menjual komoditas seperti pertambangan dalam barang mentah. Berulang kali keluar seruan dari Presiden untuk segera menghentikan kegiatan ekspor barang mentah.



Sejauh ini ada beberapa komoditas tambang yang masih diekspor. Lima komoditas ekspor sektor tambang Indonesia ke AS yaitu besi, nikel, bauksit, tembaga, dan timah.

1. Timah

Mengacu data Kementerian ESDM, terjadi penurunan produksi timah dalam beberapa waktu terakhir, tahun 2018 produksi mencapai 83 ribu ton, tahun 2019 hanya 76,4 ribu ton, 2020 54,3 ribu ton dan 2021 mencapai 34,5 ribu ton.

"Produksi timah 2021 hanya tercapai 49% dikarenakan terhambat akibat wabah Covid-19 yang berdampak pada kinerja operasional produksi," terang laporan Kinerja Kementerian ESDM.

Sepanjang tahun ini di 2022, ekspor timah ke luar negeri masih berjalan lancar meski ada perang Rusia dan Ukraina. Pengiriman dari Indonesia ke Amerika dan Eropa belum terpengaruh.

Saat ini ekspor timah dilakukan melalui MIND ID Trading, salah satu unit usaha di Holding BUMN Pertambangan. Timah merupakan anggota di dalam holding tersebut.

2. Bauksit

Berapa kegiatan ekspor bauksit selama ini, Pada tahun 2021 kegiatan ekspor bauksit mencapai 21 juta ton per tahun. Sementara penggunaan domestik hanya 3,6 juta ton.

Maka, jika dilakukan pelarangan ekspor untuk bijih bauksit akan jadi penumpukan bijih sekitar 17,6 juta ton. Dengan rencana smelter bauksit yang direncanakan sedang berjalan, kalau semua berjalan lancar tidak akan ada masalah di dalam penumpukan dari bijih bauksit ini.

Bauksit merupakan barang tambang berupa mineral yang sebagian besarnya mengandung alumunium oksida dan silika juga titanium dalam kadar kecil. Bauksit adalah sumber alumunium yang merupakan salah satu logam yang paling dibutuhkan di industri modern.

Indonesia memiliki total cadangan bauksit juta ton yang tersebar di Riau, Bangka Belitung, dan Kalimantan. Salah satu perusahaan tambang bauksit di Indonesia adalah Antam. Pada tahun 2020 Antam dapat memproduksi 1,55 juta ton bauksit.

3. Konsentrat Tembaga

Kementerian mencatat, jumlah ekspor tembaga tahun 2021 mencapai 2 juta ton, dengan konsumsi dalam negeri mencapai 1,1 juta ton. ESDM menyampaikan bahwa cadangan bijih tembaga di Indonesia mencapai 3,2 miliar ton yang diprediksikan bisa bertahan hingga tahun 2044.

Seperti yang diketahui saat ini penambang bijih tembaga atau ore konsentrat tembaga terbesar di Indonesia dilakukan oleh PT Freeport Indonesia (PTFI) dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT). Dengan begitu, dua perusahaan ini berkontribusi aktif dalam kegiatan ekspor ore tembaga.

Seperti yang diketahui, PT Freeport Indonesia sedang membangun smelter di Gresik, Provinsi Jawa Timur dengan kapasitas smelter mencapai 1,7 juta ton konsentrat tembaga.

Sementara PT Amman Mineral Nusa Tenggara yang merupakan bagian dari Medco Group itu akan membangun smelter dengan kapasitas 900 ribu ton. Yang mana kedua smelter itu direncanakan bakal beroperasi pada tahun 2023.

Sebagai informasi tembaga merupakan barang tambang berupa logam lunak dengan struktur yang eleastis dan juga lembut. Tembaga memiliki konduktivitas termal dan konduktivitas listrik yang tinggi, membuatnya dibutuhkan dalam berbagai industri khususnya industri perangkat elektronik.

4. Nikel

Nikel merupakan barang tambang berupa mineral yang digunakan dalam baterai perangkat elektronik. Indonesia memiliki total cadangan nikel sebesar 9.422 juta ton yang tersebar di Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Dilansir dari Forbes, pada tahun 2020 produksi nikel Indonesia mencapai 2,5 juta ton, menguasi 60 persen produksi nikel di dunia. dengan produksi sebesar itu, Indonesia memegang 20 persen ekspor nikel untuk memenuhi kebutuhan dunia.

Namun seperti disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi), untuk bijih nikel sendiri ekspornya sudah dilarang sejak 1 Januari 2020. Jokowi mengatakan, ke depannya, bauksit juga akan segera dilarang ekspor.

5. Besi dan Baja

Besi merupakan unsur yang sangat diperlukan dalam bidang kontruksi. Indonesia diperkirakan memiliki cadangan total besi primer sebesar 3,61 miliar, laterit sebanyak 4,02 miliar ton, pasir besi sebesar 4,28 miliar ton, dan klastik sedimen sebesar 6,56 miliar ton.

Dilansir dari U. S. Geological Survey, Indonesia dapat mengekspor rata-rata 12 juta ton besi pertahunnya. Namun semenjak pembatasan ekspor material mentah, turun menjadi hanya sekitar 3,6 juta ton pada tahun 2020.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengapresiasi salah satu perusahaan industri baja nasional, yakni PT Gunung Raja Paksi (GRP), mampu mendobrak pasar Amerika Serikat dengan mengekspor baja struktur ke Casa Grande, Arizona, Amerika Serikat.

“Untuk melakukan ekspor ke Amerika Serikat, dibutuhkan sertifikasi yang memadai. Produk yang hari ini dikirim sudah memenuhi sertifikat dari beberapa agensi internasional yang tidak mudah untuk diperoleh. Suatu kebanggaan bagi kita bahwa Anak Bangsa bisa melakukan itu,” kata Menperin lewat keterangan yang diterima di Jakarta.

Ekspor diperuntukkan ke perusahaan industri mobil elektrik, Lucid Motors. Dalam kesempatan tersebut, Menperin melepas ekspor produk jenis structural beam sebanyak 700 metrik ton senilai USD1 juta.

Presiden Direktur PT Gunung Raja Paksi Tbk, Abednedju Giovano Warani Sangkaeng menyampaikan, ini merupakan pengiriman trial order untuk pembangunan pabrik Lucid Motors.

Menurutnya, ekspor kali ini menandakan bahwa produk baja dalam negeri sudah berhasil menembus pasar ekspor ke USA. Pengiriman baja ke negeri Paman Sam tersebut merupakan upaya perusahaan untuk mencapai target ekspor 2022 senilai USD70 juta.

(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1437 seconds (0.1#10.140)