7 Stasiun Kereta Api di Sulsel Ditarget Rampung pada Juli 2022
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Sebanyak tujuh proyek stasiun Kereta Api (KA) di Provinsi Sulsel ditargetkan rampung pada Juli 2022. Tujuh stasiun itu merupakan proyek PT Bumi Karsa yang tersebar di sejumlah kabupaten/kota yakni Maros, Pangkep dan Barru. Di antaranya yakni Stasiun Mandai, Stasiun Maros, Stasiun Rammang-rammang, Stasiun Pangkajene, Stasiun Labakkang, Stasiun Ma'rang dan Stasiun Mandalle.
Kepala Proyek Stasiun Kereta Api di Sulsel, Abdullah, menyampaikan realisasi pengerjaan tujuh stasiun tersebut cukup signifikan. Sejauh ini, sudah memasuki tahap penyelesaian, dengan persentase penyelesaian mencapai 99 persen.
Baca Juga: BPKA Sulsel Konsultasi Penetapan Lokasi Stasiun Kereta Api di Parangloe
"Insya Allah, Bumi Karsa sebagai salah satu perusahaan yang akan mengoperasikan kereta api. Khusus untuk stasiun, sekarang program sudah sekitar 99 persen, jadi seperti yang kita lihat Stasiun Pangkep yang kita kerjakan cuma stasiunnya saja dan paling lama bulan depan (Juli) sudah rampung," kata Abdullah, dalam sesi COO Talks & Media Visit PT Bumi Karsa yang diadakan di Stasiun Kereta Api Pangkajene, Kamis (16/6/2022).
Kementerian PUPR bersama Gubernur Sulsel sendiri diketahui menargetkan pengerjaan rel kereta api juga tuntas tahun ini. Olehnya itu, realisasi pengerjaan kini terus digenjot, dimana telah mencapai 50 persen.
"Sekarang kita fokus untuk masuk tahap pengerjaan. Jadi mungkin sudah saya jelaskan lapisan-lapisannya kalau trek itu setelah timbunan, ada namanya sirtu. Di situlah nanti ada bahan batu pecah, ada bantalan, ada rel. Nah kita sudah masuk sekitar 50%, untuk itu selebihnya kami masih mengejar sedikit lagi top level timbunan," terang dia.
Ia menyebut pengerjaan proyek KA sejauh ini terkendala pada perubahan iklim, dimana cuaca tidak menentu. Kondisi tersebut membuat pengerjaan lapisan rel kereta api memakan waktu. Meski demikian, pihak PT Bumi Karsa akan terus memaksimalkan pengerjaan melihat material lapisan rel telah tersedia.
"Kemarin ada sedikit kendala dari cuaca karena ini kurang kami pahami juga. Seharusnya sudah masuk ke musim kemarau, tapi sampai sekarang ini masih basah setiap sore. Hujan terus, itu sangat menyulitkan untuk proses pekerjaan tanah, tapi kami tetap maksimalkan sekitar 50% yang tersisa untuk pekerjaan tanah itu untuk segera masuk ke lapisan berikutnya. Jadi material sudah ada semua tinggal di angkut ke lokasi," tegasnya.
"Mudah-mudahan memang targetnya sesuai dari pak Menteri. Instruksi itu selesai Oktober, Insya Allah Oktober sudah bisa beroperasi dari Makassar ke Barru," sambung Abdullah.
Sementara itu, Fajaruddin selaku Direktur Pemasaran dan Pengembangan PT Bumi Karsa mengatakan, untuk pengerjaan tujuh stasiun kereta api memakan biaya Rp120 miliar. Meski begitu, pihak PT Bumi Karsa dapat mengoptimalkan pengerjaan stasiun sesuai dengan target perampungan yang dicanangkan Kementerian Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Republik Indonesia.
"Jadi memang untuk pembangunan tujuh stasiun ini sejak awal kontrak kita kurang lebih Rp120 miliar. Memang selama pelaksanaan hampir kurang lebih dari 2019 pekerjaan kita kerjakan kemudian masuk di 2020 hingga 2021 itu ada pandemi sehingga menghambat. Tapi, Alhamdulillah kita bisa rampungkan dengan anggaran yang ada, ya memang di sana ada beberapa kita lakukan optimalisasi pekerjaan sehingga pekerjaan ini bisa kita lakukan," terang dia.
Walau demikian, pihak PT Bumi Karsa menggaransi kelayakan dari stasiun kereta api pertama di Sulsel ini, sehingga dapat berfungsi dengan baik. Meski disadari masih memerlukan biaya untuk pengoptimalan pengerjaan proyek kreta api terebut.
"Jadi yang kita pentingkan di sini adalah fungsinya dulu fungsional supaya stasiun ini bisa kita selesaikan dan berfungsi dengan baik. Memang masih banyak pekerjaan yang harus dikerjakan lagi. Stasiun ini nanti mungkin sambil menunggu anggaran berikutnya," tutupnya.
Kepala Proyek Stasiun Kereta Api di Sulsel, Abdullah, menyampaikan realisasi pengerjaan tujuh stasiun tersebut cukup signifikan. Sejauh ini, sudah memasuki tahap penyelesaian, dengan persentase penyelesaian mencapai 99 persen.
Baca Juga: BPKA Sulsel Konsultasi Penetapan Lokasi Stasiun Kereta Api di Parangloe
"Insya Allah, Bumi Karsa sebagai salah satu perusahaan yang akan mengoperasikan kereta api. Khusus untuk stasiun, sekarang program sudah sekitar 99 persen, jadi seperti yang kita lihat Stasiun Pangkep yang kita kerjakan cuma stasiunnya saja dan paling lama bulan depan (Juli) sudah rampung," kata Abdullah, dalam sesi COO Talks & Media Visit PT Bumi Karsa yang diadakan di Stasiun Kereta Api Pangkajene, Kamis (16/6/2022).
Kementerian PUPR bersama Gubernur Sulsel sendiri diketahui menargetkan pengerjaan rel kereta api juga tuntas tahun ini. Olehnya itu, realisasi pengerjaan kini terus digenjot, dimana telah mencapai 50 persen.
"Sekarang kita fokus untuk masuk tahap pengerjaan. Jadi mungkin sudah saya jelaskan lapisan-lapisannya kalau trek itu setelah timbunan, ada namanya sirtu. Di situlah nanti ada bahan batu pecah, ada bantalan, ada rel. Nah kita sudah masuk sekitar 50%, untuk itu selebihnya kami masih mengejar sedikit lagi top level timbunan," terang dia.
Ia menyebut pengerjaan proyek KA sejauh ini terkendala pada perubahan iklim, dimana cuaca tidak menentu. Kondisi tersebut membuat pengerjaan lapisan rel kereta api memakan waktu. Meski demikian, pihak PT Bumi Karsa akan terus memaksimalkan pengerjaan melihat material lapisan rel telah tersedia.
"Kemarin ada sedikit kendala dari cuaca karena ini kurang kami pahami juga. Seharusnya sudah masuk ke musim kemarau, tapi sampai sekarang ini masih basah setiap sore. Hujan terus, itu sangat menyulitkan untuk proses pekerjaan tanah, tapi kami tetap maksimalkan sekitar 50% yang tersisa untuk pekerjaan tanah itu untuk segera masuk ke lapisan berikutnya. Jadi material sudah ada semua tinggal di angkut ke lokasi," tegasnya.
"Mudah-mudahan memang targetnya sesuai dari pak Menteri. Instruksi itu selesai Oktober, Insya Allah Oktober sudah bisa beroperasi dari Makassar ke Barru," sambung Abdullah.
Sementara itu, Fajaruddin selaku Direktur Pemasaran dan Pengembangan PT Bumi Karsa mengatakan, untuk pengerjaan tujuh stasiun kereta api memakan biaya Rp120 miliar. Meski begitu, pihak PT Bumi Karsa dapat mengoptimalkan pengerjaan stasiun sesuai dengan target perampungan yang dicanangkan Kementerian Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Republik Indonesia.
"Jadi memang untuk pembangunan tujuh stasiun ini sejak awal kontrak kita kurang lebih Rp120 miliar. Memang selama pelaksanaan hampir kurang lebih dari 2019 pekerjaan kita kerjakan kemudian masuk di 2020 hingga 2021 itu ada pandemi sehingga menghambat. Tapi, Alhamdulillah kita bisa rampungkan dengan anggaran yang ada, ya memang di sana ada beberapa kita lakukan optimalisasi pekerjaan sehingga pekerjaan ini bisa kita lakukan," terang dia.
Walau demikian, pihak PT Bumi Karsa menggaransi kelayakan dari stasiun kereta api pertama di Sulsel ini, sehingga dapat berfungsi dengan baik. Meski disadari masih memerlukan biaya untuk pengoptimalan pengerjaan proyek kreta api terebut.
"Jadi yang kita pentingkan di sini adalah fungsinya dulu fungsional supaya stasiun ini bisa kita selesaikan dan berfungsi dengan baik. Memang masih banyak pekerjaan yang harus dikerjakan lagi. Stasiun ini nanti mungkin sambil menunggu anggaran berikutnya," tutupnya.
(tri)