Pariwisata Indonesia Bangkit, Investasi di Teknologi Amat Penting
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pasca pandemi Covid-19 , pariwisata Indonesia terus bergeliat. Dengan potensi pariwisata Indonesia yang besar, investasi teknologi penting dilakukan untuk mencegah krisis di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf/Wakebaparekraf) Angela Tanoesoedibjo menekankan pentingnya investasi di bidang teknologi dalam mengelola krisis di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Sehingga, percepatan pemulihan ekonomi di Tanah Air dapat terwujud.
Hal tersebut ditegaskan Wamenparekraf Angela dalam “UNWTO Ministerial Roundtable on Tourism Resilience through Innovation and Digitalization in Asia and the Pacific” di CrossRoads Maldives, Selasa (14/6/2022).
Menurut Angela, dukungan untuk pemulihan pariwisata Indonesia harus datang dari semua pihak. “Pariwisata Indonesia telah kembali, Wonderful Indonesia. Good job my dear Angela,” ujar Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo, Minggu (19/06/2022).
Sebelumnya, Wamenparekraf mengatakan ketika berbicara mengenai krisis di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, semua perlu memahami konteks dari krisis itu sendiri, karena jenis krisis beragam. Mulai dari krisis alam, buatan manusia, ekonomi, politik, terorisme, hingga perubahan iklim.
“Dampak dan risiko krisis ini dapat mengganggu jalannya kegiatan pariwisata dan bahkan membuat industri ini mundur selama beberapa tahun,” tuturnya.
“Jadi, ketika kita berbicara tentang teknologi apa yang harus kita investasikan untuk meningkatkan ketahanan pariwisata, saya percaya kita harus mulai berinvestasi dalam pencegahan krisis. Karena pencegahan lebih baik daripada penyembuhan atau pemulihan ketika krisis itu datang,” tandas Angela.
Investasi di bidang teknologi ini dapat berupa sistem peringatan dini terhadap krisis alam di destinasi wisata dan sentra ekonomi kreatif.
Selain itu juga perlu adanya pembangunan infrastruktur yang kokoh dan kuat guna mengantisipasi potensi bahaya.
“Tentu saja, teknologi platform komunikasi terintegrasi untuk dapat menyebarluaskan informasi secara efektif dalam menghadapi keadaan darurat,” paparnya.
Dalam menghadapi krisis perubahan iklim, Wamenparekraf Angela menjelaskan Kemenparekraf telah bekerja sama dengan pelaku industri untuk memperkenalkan teknologi baru yakni aplikasi carbon footprint calculator dan offsetting untuk para wisatawan guna mewujudkan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan.
Program carbon footprint calculator (CFPC) merupakan upaya Kemenparekraf dalam melakukan pengimbangan nilai emisi yang telah dihasilkan, dengan menyerap jejak karbon demi membantu mencegah dampak buruknya pada iklim.
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf/Wakebaparekraf) Angela Tanoesoedibjo menekankan pentingnya investasi di bidang teknologi dalam mengelola krisis di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Sehingga, percepatan pemulihan ekonomi di Tanah Air dapat terwujud.
Hal tersebut ditegaskan Wamenparekraf Angela dalam “UNWTO Ministerial Roundtable on Tourism Resilience through Innovation and Digitalization in Asia and the Pacific” di CrossRoads Maldives, Selasa (14/6/2022).
Menurut Angela, dukungan untuk pemulihan pariwisata Indonesia harus datang dari semua pihak. “Pariwisata Indonesia telah kembali, Wonderful Indonesia. Good job my dear Angela,” ujar Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo, Minggu (19/06/2022).
Baca Juga
Sebelumnya, Wamenparekraf mengatakan ketika berbicara mengenai krisis di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, semua perlu memahami konteks dari krisis itu sendiri, karena jenis krisis beragam. Mulai dari krisis alam, buatan manusia, ekonomi, politik, terorisme, hingga perubahan iklim.
“Dampak dan risiko krisis ini dapat mengganggu jalannya kegiatan pariwisata dan bahkan membuat industri ini mundur selama beberapa tahun,” tuturnya.
“Jadi, ketika kita berbicara tentang teknologi apa yang harus kita investasikan untuk meningkatkan ketahanan pariwisata, saya percaya kita harus mulai berinvestasi dalam pencegahan krisis. Karena pencegahan lebih baik daripada penyembuhan atau pemulihan ketika krisis itu datang,” tandas Angela.
Investasi di bidang teknologi ini dapat berupa sistem peringatan dini terhadap krisis alam di destinasi wisata dan sentra ekonomi kreatif.
Selain itu juga perlu adanya pembangunan infrastruktur yang kokoh dan kuat guna mengantisipasi potensi bahaya.
“Tentu saja, teknologi platform komunikasi terintegrasi untuk dapat menyebarluaskan informasi secara efektif dalam menghadapi keadaan darurat,” paparnya.
Dalam menghadapi krisis perubahan iklim, Wamenparekraf Angela menjelaskan Kemenparekraf telah bekerja sama dengan pelaku industri untuk memperkenalkan teknologi baru yakni aplikasi carbon footprint calculator dan offsetting untuk para wisatawan guna mewujudkan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan.
Program carbon footprint calculator (CFPC) merupakan upaya Kemenparekraf dalam melakukan pengimbangan nilai emisi yang telah dihasilkan, dengan menyerap jejak karbon demi membantu mencegah dampak buruknya pada iklim.
(ind)