Rusia Menjadi Pemasok Minyak Terbesar China, Hubungan Kedua Negara Makin Mesra

Senin, 20 Juni 2022 - 13:54 WIB
loading...
Rusia Menjadi Pemasok Minyak Terbesar China, Hubungan Kedua Negara Makin Mesra
Rusia telah menjadi pemasok minyak terbesar China ketika negara itu menjual minyak mentah dengan harga diskon ke Beijing di tengah sanksi atas perang Ukraina. Foto/Dok
A A A
BEIJING - Rusia telah menjadi pemasok minyak mentah terbesar China ketika negara itu menjual minyak mentah dengan harga diskon ke Beijing di tengah sanksi atas perang Ukraina. Seperti diketahui Rusia belum lama ini terkena sanksi embargo minyak oleh Uni Eropa (UE).

Sementara itu hubungan Rusia dan China terpantau semakin mesra, setelah pertemuan pada bulan Februari di mana kedua negara mengatakan persahabatan mereka "tidak ada batas". Didorong oleh harga yang lebih murah, perusahaan-perusahaan China telah meningkatkan pembelian minyak Rusia tahun ini.



Angka resmi menunjukkan bahwa impor minyak Rusia naik 55% dari tahun sebelumnya ke level tertinggi hingga sentuh rekor pada Mei. Impor itu mencakup pasokan yang dipompa melalui pipa Samudra Pasifik Siberia Timur dan pengiriman melalui laut dari pelabuhan Eropa dan Timur Jauh Rusia.

Pada bulan lalu besarannya mencapai hampir 8,42 juta ton, menurut data dari Administrasi Umum Bea Cukai China. Hal itu menggeser Arab Saudi yang sebelumnya merupakan sumber minyak mentah terbesar China ke posisi kedua dengan 7,82 juta ton.

Perusahaan-perusahaan China, termasuk raksasa penyulingan milik negara yakni Sinopec dan Zhenhua Oil telah meningkatkan pembelian minyak mentah Rusia dalam beberapa bulan terakhir. Setelah kedua raksasa itu ditawari diskon besar-besaran karena pembeli di Eropa dan Amerika Serikat (AS) menghindari energi Rusia sejalan dengan sanksi atas perangnya terhadap Ukraina.



Pada bulan Maret, AS dan Inggris lebih dulu melarang minyak Rusia, sementara Uni Eropa telah bekerja keras untuk mengakhiri ketergantungannya pada gas Rusia, ketika Barat meningkatkan sanksi ekonomi sebagai respons terhadap invasi Ukraina. Pada saat itu, Presiden AS Joe Biden mengatakan, langkah itu menargetkan "arteri utama ekonomi Rusia".

Ekspor energi merupakan sumber pendapatan penting bagi Rusia, tetapi langkah itu juga kemungkinan akan berdampak pada konsumen di Barat.

Pekan lalu, sebuah laporan oleh lembaga think tank Centre for Research on Energy and Clean Air mengatakan, Rusia memperoleh pendapatan hampir USD100 miliar dari ekspor bahan bakar fosil dalam 100 hari pertama invasi negara itu ke Ukraina, meskipun ada penurunan ekspor pada Mei.

Uni Eropa yang mendominasi dengan 61% dari impor tersebut, menyumbang senilai sekitar USD59 miliar. Secara keseluruhan, ekspor minyak dan gas Rusia turun dan pendapatan Moskow dari penjualan energi juga telah menurun dari puncaknya lebih dari USD1 miliar pada bulan Maret.

Tetapi pendapatan Rusia masih melebihi biaya perang Ukraina selama 100 hari pertama - dengan CREA memperkirakan bahwa Rusia menghabiskan sekitar USD876 juta per hari untuk invasi Ukraina.

Angka pada awal pekan juga menunjukkan bahwa China mengimpor 260.000 ton minyak mentah Iran bulan lalu, pengiriman ketiga minyak Iran sejak Desember lalu. China terpantau terus membeli minyak Iran meskipun ada sanksi AS terhadap Teheran.

(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1281 seconds (0.1#10.140)