Harga CPO Sepekan Anjlok 17%, Ini Penyebabnya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) anjlok cukup dalam pada pekan ini. Mayoritas disebabkan oleh masalah permintaan dan persediaan di Asia.
Mengutip data Barchart pada Jumat (24/6/2022), harga CPO untuk kontrak Juli turun 3,33% menjadi MYR 4.708 per ton. Alhasil, harga komoditas itu ambles hingga 17,10% dalam sepekan.
Penurunan yang sama terjadi pada harga CPO untuk kontrak Agustus 2022 yang jatuh 3,1 persen menjadi MYR 4.651 per ton. Untuk kontrak September 2022 harga CPO juga melemah 3,01% menjadi MYR 4.601 per ton.
Mengutip Reuters, harga CPO disebabkan oleh sejumlah faktor, misalnya kebijakan percepatan ekspor Indonesia. Hingga Rabu (22/6) lalu, Indonesia telah mengeluarkan izin ekspor CPO hingga 1,5 juta ton.
Di sisi lain, Asosiasi Minyak Sawit Malaysia memproyeksi adanya kenaikan produksi CPO Malaysia sekitar 15,9% sehingga pasokan CPO di pasaran akan melimpah. Kemudian, untuk China sendiri sebagai salah satu importir minyak nabati terbesar berpotensi menurunkan permintaan CPO lantaran minimnya aktivitas ekonomi akibat lockdown.
Demikian pula dengan India yang lebih memilih menggunakan minyak bunga matahari dan minyak kedelai ketimbang CPO.
Mengutip data Barchart pada Jumat (24/6/2022), harga CPO untuk kontrak Juli turun 3,33% menjadi MYR 4.708 per ton. Alhasil, harga komoditas itu ambles hingga 17,10% dalam sepekan.
Penurunan yang sama terjadi pada harga CPO untuk kontrak Agustus 2022 yang jatuh 3,1 persen menjadi MYR 4.651 per ton. Untuk kontrak September 2022 harga CPO juga melemah 3,01% menjadi MYR 4.601 per ton.
Mengutip Reuters, harga CPO disebabkan oleh sejumlah faktor, misalnya kebijakan percepatan ekspor Indonesia. Hingga Rabu (22/6) lalu, Indonesia telah mengeluarkan izin ekspor CPO hingga 1,5 juta ton.
Di sisi lain, Asosiasi Minyak Sawit Malaysia memproyeksi adanya kenaikan produksi CPO Malaysia sekitar 15,9% sehingga pasokan CPO di pasaran akan melimpah. Kemudian, untuk China sendiri sebagai salah satu importir minyak nabati terbesar berpotensi menurunkan permintaan CPO lantaran minimnya aktivitas ekonomi akibat lockdown.
Demikian pula dengan India yang lebih memilih menggunakan minyak bunga matahari dan minyak kedelai ketimbang CPO.
(nng)