Bulan Depan BI Diramal Akan Kerek Suku Bunga
loading...
A
A
A
JAKARTA - Melalui rapat dewan gubernur (RDG) Bank Indonesia ( BI ) yang digelar 22-23 Juni 2022, bank sentral kemudian memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di angka 3,5%.
Menurut ekonom Universitas Indonesia, Telisa Falianty, kebijakan BI untuk menahan suku bunga tentu berdasarkan alasan yang tepat. Namun, tepat atau tidaknya kebijakan ini nantinya akan dilihat dari dua hal, yaitu respons pasar serta alasan terkait.
"Selama alasan Bank Indonesia sesuai tentu keputusan tersebut dapat diterima dengan baik," jelasnya pada acara Market Review IDX Channel TV di Jakarta, Senin (27/6/2022).
Menurutnya, alasan kuat BI menahan suku bunga dapat dilihat dari likuiditas perbankan yang masih stabil. Tentu keputusan ini masih tergolong tepat asalkan diiringi dengan upaya BI yang menjaga stabilitas nilai rupiah.
Sementara itu, dia juga memprediksi bahwa BI saat ini memang memiliki privillage untuk menahan suku bunga dengan kondisi tingkat inflasi yang berkurang. Namun di bulan selanjutnya maka privillage tersebut diprediksi akan menurun sehingga urgensi BI untuk menaikkan suku bunga akan semakin meningkat.
"Menurut saya nantinya BI akan menaikkan suku bunga ketika demand side sudah kembali pulih," jelasnya.
Dia juga menjelaskan bahwa saat ini perekonomian masih ada di masa transisi, mungkin saat ini BI masih bisa menahan suku bunga. Tapi untuk selanjutnya kebutuhan BI untuk menaikkan suku bunga semakin tinggi.
"Bisa dilihat dari LDR bank yang sudah mulai naik, credit growth sudah semakin tinggi, maka likuiditas bank akan semakin berkurang" pungkasnya.
Menurut ekonom Universitas Indonesia, Telisa Falianty, kebijakan BI untuk menahan suku bunga tentu berdasarkan alasan yang tepat. Namun, tepat atau tidaknya kebijakan ini nantinya akan dilihat dari dua hal, yaitu respons pasar serta alasan terkait.
"Selama alasan Bank Indonesia sesuai tentu keputusan tersebut dapat diterima dengan baik," jelasnya pada acara Market Review IDX Channel TV di Jakarta, Senin (27/6/2022).
Menurutnya, alasan kuat BI menahan suku bunga dapat dilihat dari likuiditas perbankan yang masih stabil. Tentu keputusan ini masih tergolong tepat asalkan diiringi dengan upaya BI yang menjaga stabilitas nilai rupiah.
Sementara itu, dia juga memprediksi bahwa BI saat ini memang memiliki privillage untuk menahan suku bunga dengan kondisi tingkat inflasi yang berkurang. Namun di bulan selanjutnya maka privillage tersebut diprediksi akan menurun sehingga urgensi BI untuk menaikkan suku bunga akan semakin meningkat.
"Menurut saya nantinya BI akan menaikkan suku bunga ketika demand side sudah kembali pulih," jelasnya.
Dia juga menjelaskan bahwa saat ini perekonomian masih ada di masa transisi, mungkin saat ini BI masih bisa menahan suku bunga. Tapi untuk selanjutnya kebutuhan BI untuk menaikkan suku bunga semakin tinggi.
"Bisa dilihat dari LDR bank yang sudah mulai naik, credit growth sudah semakin tinggi, maka likuiditas bank akan semakin berkurang" pungkasnya.
(uka)