Rupiah Tembus Rp15.000 per Dolar, Ini Kata Sri Mulyani
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jika melihat data Bank Indonesia hari ini, Selasa (5/7/2022), terpantau kurs jual dolar terhadap rupiah sudah menembus Rp15.034. Sejumlah kalangan memperkirakan rupiah masih akan terus melemah ke depannya.
Merespons tren pelemahan rupiah, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan kondisi itu karena masih dinamisnya beberapa indikator ekonomi yang berpengaruh. Indikator-indikator tersebut terutama dari sisi keuangan, antara suku bunga atau interest rate, hingga inflasi.
"Indonesia masih dalam kondisi baik. Transaksi berjalannya cukup baik. Dalam hal ini capital flow barangkali yang terjadi karena dengan interest rate naik di AS, maka orang-orang mencari tempat mereka anggap interest rate-nya lebih tinggi," ujar Sri di Jakarta, Selasa (5/7/2022).
Dia pun menegaskan bahwa pihaknya akan tetap menjaga stabilitas ekonomi. Upaya itu akan dilakukan dengan menjaga belanja, penerimaan, dan pembiayaan.
"Kalau kita bicara stabilitas dengan growth, stabilitas tapi sisi inflasi. Kalo persoalan inflasinya dari supply side, maka kita bantu dari supply side," ungkap Sri.
Sri Mulyani menambahkan, pemerintah terus berupaya membantu dari sisi kebijakan mengenai perdagangan, investasi, ekspor impor, dan distribusi. Tujuannya, menjaga agar inflasi bisa terkendali.
"Karena itu persoalan yang terjadi dari inflasi sekarang ini. Kalau permasalahannya dari sisi demand, kita akan mengelola bersama-sama mengenai agregat demand," tutur Sri.
Sementara itu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu mengatakan bahwa pihaknya berperan dalam menjaga inflasi dan menjaga daya beli masyarakat agar ekonomi makro lebih terjaga.
"Inflasi yang masih tetap terjaga tidak lepas dari upaya pemerintah untuk tidak menaikkan harga-harga energi yang disubsidi," ungkap Febrio.
Merespons tren pelemahan rupiah, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan kondisi itu karena masih dinamisnya beberapa indikator ekonomi yang berpengaruh. Indikator-indikator tersebut terutama dari sisi keuangan, antara suku bunga atau interest rate, hingga inflasi.
"Indonesia masih dalam kondisi baik. Transaksi berjalannya cukup baik. Dalam hal ini capital flow barangkali yang terjadi karena dengan interest rate naik di AS, maka orang-orang mencari tempat mereka anggap interest rate-nya lebih tinggi," ujar Sri di Jakarta, Selasa (5/7/2022).
Dia pun menegaskan bahwa pihaknya akan tetap menjaga stabilitas ekonomi. Upaya itu akan dilakukan dengan menjaga belanja, penerimaan, dan pembiayaan.
"Kalau kita bicara stabilitas dengan growth, stabilitas tapi sisi inflasi. Kalo persoalan inflasinya dari supply side, maka kita bantu dari supply side," ungkap Sri.
Sri Mulyani menambahkan, pemerintah terus berupaya membantu dari sisi kebijakan mengenai perdagangan, investasi, ekspor impor, dan distribusi. Tujuannya, menjaga agar inflasi bisa terkendali.
"Karena itu persoalan yang terjadi dari inflasi sekarang ini. Kalau permasalahannya dari sisi demand, kita akan mengelola bersama-sama mengenai agregat demand," tutur Sri.
Sementara itu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu mengatakan bahwa pihaknya berperan dalam menjaga inflasi dan menjaga daya beli masyarakat agar ekonomi makro lebih terjaga.
"Inflasi yang masih tetap terjaga tidak lepas dari upaya pemerintah untuk tidak menaikkan harga-harga energi yang disubsidi," ungkap Febrio.