Negara-negara Ini Pernah Bangkrut di Era Modern, Nomor 3 Kuasai Nuklir

Selasa, 12 Juli 2022 - 15:52 WIB
loading...
A A A
Rusia hanya akan mampu membayar kembali kurang dari USD10 miliar dari USD17 miliar utangnya kepada Dana Moneter Internasional, dan ekonomi Rusia mengalami kontraksi 5,3% pada tahun 1998 karena pengangguran mencapai 13%.

4. Meksiko
Meksiko gagal membayar pinjaman negara senilai USD80 miliar pada tahun 1982. Utang publik tumbuh dengan pesat karena program ekspansi fiskal besar-besaran dari pemerintahan Luis Echeverria. Menyusul guncangan minyak pada akhir 1970-an dan kondisi ekonomi yang memburuk, peso Meksiko terdepresiasi 50%, tetapi pemerintah masih tidak dapat membayar utangnya, menyebabkan Meksiko gagal membayar pinjaman AS dan IMF.

5. Libanon
Krisis Lebanon dimulai pada akhir 2019 setelah pemerintah mengumumkan pajak-pajak baru, termasuk biaya bulanan USD6 untuk menggunakan panggilan suara Whatsapp. Langkah-langkah tersebut memicu kemarahan yang lama membara terhadap kelas penguasa dan protes massa selama berbulan-bulan.

Pada Maret 2020, Lebanon gagal membayar kembali utangnya yang pada saat itu bernilai sekitar USD90 miliar atau 170% dari PDB negara tersebut. Pada Juni 2021, dengan mata uang yang telah kehilangan hampir 90% nilainya, Bank Dunia mengatakan krisis tersebut menempati peringkat salah satu yang terburuk di dunia dalam lebih dari 150 tahun. Pada April 2020, Wakil Perdana Menteri pemerintah Lebanon Saadeh al-Shami mengumumkan kebangkrutan negara dan Bank Sentral Lebanon.



Saat ini, ketika dunia kembali dihadapkan krisis bermata tiga, yaitu pandemi, meningkatnya biaya utang, dan kenaikan harga pangan dan bahan bakar akibat perang Rusia-Ukraina, negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah di seluruh dunia dihadapkan pada risiko bangkrut.

Mengutip theguardian.com, Presiden Bank Dunia David Malpass mengungkapkan keprihatinannya atas kondisi tersebut. "Saya sangat prihatin dengan negara-negara berkembang. Mereka menghadapi kenaikan harga mendadak untuk energi, pupuk dan makanan, dan kemungkinan kenaikan suku bunga. Masing-masing memukul mereka dengan keras," tuturnya.

Badan Perdagangan dan Pengembangan PBB - UNCTAD dalam laporannya baru-baru ini menyatakan bahwa ada 107 negara yang menghadapi setidaknya satu dari tiga guncangan tersebut. UNCTAD menambahkan, sebanyak 69 negara bahkan menghadapi ketiga krisis itu sekaligus.
(fai)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1835 seconds (0.1#10.140)