Suku Bunga Ditahan, Rupiah Ditutup Melemah ke Rp15.036 per Dolar AS
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah ditutup melemah 47 poin ke level Rp15.036 per dolar AS sore ini usai Bank Indonesia (BI) memutuskan menahan suku bunga acuan di level 3,5%.
Ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengatakan, pelemahan rupiah pada hari ini merupakan respons dari keputusan BI yang kembali menahan suku bunga acuan, serta ekspektasi pasar terhadap keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang diperkirakan akan kembali agresif menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin akhir bulan ini.
"Jadi salah satu pendorong lemahnya rupiah hari ini yaitu adanya ekpektasi The Fed akan menaikkan suku bunga paling tidak 75 basis poin, tapi BI masih menahan suku bunga acuan," ujarnya saat dihubungi MNC Portal Indonesia (MPI) di Jakarta, Kamis (21/7/2022).
Irman memperkirakan bahwa rupiah masih akan melanjutkan tren pelemahannya hingga akhir bulan ini, tergantung pada keputusan The Fed dalam menentukan nasib suku bunga acuannya.
Namun, dia menilai rupiah saat ini memiliki daya tahan yang tinggi atau cukup resilien meskipun di tengah gejolak ekonomi global. Bahkan, pelemahannya lebih rendah dibandingkan negara lainnya, terutama dengan negara Asia Tenggara lainnya.
"Harga komoditas yang tinggi juga membantu kekuatan rupiah, jadi likuiditas valas kita lumayan memadai untuk menahan permintaan dolar. Perkiraannya tidak akan separah lira Turki, karena dibandingkan negara tetangga saja kita paling perform," tuturnya.
Sementara itu, Ekonom BCA David Sumual mengatakan bahwa pelemahan rupiah hari ini hanya bersifat teknikal saja.
Di mana, keputusan BI dalam menahan suku bunga tidak berpengaruh signifikan. Sebelumnya, pasar berekspektasi BI akan menaikkan suku bunga acuan hingga 25 basis poin.
"Tapi mungkin ke depan, ekspektasi inflasinya akan meningkat dan rupiah masih akan cenderung melemah," kata David.
Dia memperkirakan pergerakan rupiah dalam jangka pendek masih akan relatif stabil di level 14.900 - 15.100. Namun, menjelang akhir tahun diproyeksikan akan kembali pada tren pelemahan.
Ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengatakan, pelemahan rupiah pada hari ini merupakan respons dari keputusan BI yang kembali menahan suku bunga acuan, serta ekspektasi pasar terhadap keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang diperkirakan akan kembali agresif menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin akhir bulan ini.
"Jadi salah satu pendorong lemahnya rupiah hari ini yaitu adanya ekpektasi The Fed akan menaikkan suku bunga paling tidak 75 basis poin, tapi BI masih menahan suku bunga acuan," ujarnya saat dihubungi MNC Portal Indonesia (MPI) di Jakarta, Kamis (21/7/2022).
Irman memperkirakan bahwa rupiah masih akan melanjutkan tren pelemahannya hingga akhir bulan ini, tergantung pada keputusan The Fed dalam menentukan nasib suku bunga acuannya.
Namun, dia menilai rupiah saat ini memiliki daya tahan yang tinggi atau cukup resilien meskipun di tengah gejolak ekonomi global. Bahkan, pelemahannya lebih rendah dibandingkan negara lainnya, terutama dengan negara Asia Tenggara lainnya.
"Harga komoditas yang tinggi juga membantu kekuatan rupiah, jadi likuiditas valas kita lumayan memadai untuk menahan permintaan dolar. Perkiraannya tidak akan separah lira Turki, karena dibandingkan negara tetangga saja kita paling perform," tuturnya.
Sementara itu, Ekonom BCA David Sumual mengatakan bahwa pelemahan rupiah hari ini hanya bersifat teknikal saja.
Di mana, keputusan BI dalam menahan suku bunga tidak berpengaruh signifikan. Sebelumnya, pasar berekspektasi BI akan menaikkan suku bunga acuan hingga 25 basis poin.
"Tapi mungkin ke depan, ekspektasi inflasinya akan meningkat dan rupiah masih akan cenderung melemah," kata David.
Dia memperkirakan pergerakan rupiah dalam jangka pendek masih akan relatif stabil di level 14.900 - 15.100. Namun, menjelang akhir tahun diproyeksikan akan kembali pada tren pelemahan.
(ind)