China Makin Dekat Kantongi Pasokan Bijih Besi Alternatif dari Afrika Barat
loading...
A
A
A
CONAKRY - Pengembangan salah satu deposit bijih besi bermutu tinggi terbesar yang belum dimanfaatkan di dunia di Guinea, Simandou, telah bergerak maju. Hal ini setelah para penambang mencapai kesepakatan untuk mengembangkan infrastruktur utama yang berlokasi di Afrika Barat itu.
Signifikansi Simandou terletak pada kemampuannya menyediakan bijih besi berkualitas kepada konsumen utama seperti China untuk menjadi alternatif dari sumber pasokan utama seperti Australia dan Brazil. Ini menciptakan diversifikasi bahan baku untuk China dan pabrik baja lainnya dengan menawarkan bijih berkualitas lebih tinggi yang didambakan.
Tambang Guinea di masa depan, membentang di empat blok antara dua bidang utara dan selatan dan lebih dari 100 kilometer medan kasar dan sensitif, yang terkenal sulit untuk dikembangkan. Kondisi tersebut mengakibatkan penundaan bertahun-tahun dan kebuntuan produksi.
Tetapi dua pemilik konsorsium dari empat blok, Winning Consortium Simandou dan Rio Tinto Simfer serta pemerintah Guinea, setuju untuk bersama-sama mengembangkan infrastruktur multi-pengguna untuk Simandou. Sebuah langkah maju bagi operasional penambangan.
"WCS dan Rio Tinto Simfer berkomitmen untuk bersama-sama mengembangkan infrastruktur kereta api dan pelabuhan sejalan dengan standar lingkungan, sosial, dan tata kelola yang diakui secara internasional," kata sebuah pernyataan dari pemilik konsorsium dan pemerintah Guinea.
"Infrastruktur merupakan tulang punggung proyek Simandou, yang menghadirkan peluang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Republik Guinea, selain kegiatan pertambangan yang akan didukungnya," bebernya.
Kedua konsorsium itu mengatakan, mereka akan mencari pembiayaan untuk membangun lebih dari 600 kilometer infrastruktur kereta api yang membentang dari selatan ke barat daya Guinea serta infrastruktur pelabuhan di prefektur Forecariah di Guinea Maritim.
Kesepakatan itu terjadi setelah beberapa putaran penundaan yang membuat pemerintah Guinea kembali menangguhkan kegiatan di Simandou bulan lalu ketika kedua pihak konsorsium gagal mencapai tenggat waktu.
Winning Consortium Simandou terdiri dari perusahaan Singapura, Winning International Group, Perusahaan China, Weiqiao Aluminium; dan United Mining Suppliers International.
Signifikansi Simandou terletak pada kemampuannya menyediakan bijih besi berkualitas kepada konsumen utama seperti China untuk menjadi alternatif dari sumber pasokan utama seperti Australia dan Brazil. Ini menciptakan diversifikasi bahan baku untuk China dan pabrik baja lainnya dengan menawarkan bijih berkualitas lebih tinggi yang didambakan.
Tambang Guinea di masa depan, membentang di empat blok antara dua bidang utara dan selatan dan lebih dari 100 kilometer medan kasar dan sensitif, yang terkenal sulit untuk dikembangkan. Kondisi tersebut mengakibatkan penundaan bertahun-tahun dan kebuntuan produksi.
Tetapi dua pemilik konsorsium dari empat blok, Winning Consortium Simandou dan Rio Tinto Simfer serta pemerintah Guinea, setuju untuk bersama-sama mengembangkan infrastruktur multi-pengguna untuk Simandou. Sebuah langkah maju bagi operasional penambangan.
"WCS dan Rio Tinto Simfer berkomitmen untuk bersama-sama mengembangkan infrastruktur kereta api dan pelabuhan sejalan dengan standar lingkungan, sosial, dan tata kelola yang diakui secara internasional," kata sebuah pernyataan dari pemilik konsorsium dan pemerintah Guinea.
"Infrastruktur merupakan tulang punggung proyek Simandou, yang menghadirkan peluang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Republik Guinea, selain kegiatan pertambangan yang akan didukungnya," bebernya.
Kedua konsorsium itu mengatakan, mereka akan mencari pembiayaan untuk membangun lebih dari 600 kilometer infrastruktur kereta api yang membentang dari selatan ke barat daya Guinea serta infrastruktur pelabuhan di prefektur Forecariah di Guinea Maritim.
Kesepakatan itu terjadi setelah beberapa putaran penundaan yang membuat pemerintah Guinea kembali menangguhkan kegiatan di Simandou bulan lalu ketika kedua pihak konsorsium gagal mencapai tenggat waktu.
Winning Consortium Simandou terdiri dari perusahaan Singapura, Winning International Group, Perusahaan China, Weiqiao Aluminium; dan United Mining Suppliers International.