CEO Bursa Kripto CoinEx Beberkan Solusi Bangkitkan Sektor DeFi Usai Krisis
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Kasus runtuhnya ekosistem Terra, khususnya depegging dari stablecoin aslinya, UST, telah membawa keruntuhan lanjutan pada pasar kripto, yang merambat ke runtuhnya beberapa institusi dan masalah likuiditas pada protokol pinjaman.
Krisis likuiditas tentu menjadi dasar yang buruk bagi industri, di mana ini juga menjadi sebuah efek domino yang mengungkap krisis di balik sektor Keuangan Terdesentralisasi (DeFi).
Pada tahun 2020, DeFi menjadi sebuah primadona baru di kalangan investor, dengan popularitas yang melesat dengan cepat dan nilai total aset kripto dalam protokol mencapai ratusan miliar dolar AS.
“Namun, ketika pasar kripto terancam oleh risiko yang tidak sistematis, DeFi dengan cepat mengambil penurunan tajam dalam kapitalisasi pasar,” ujar Pendiri dan CEO dari bursa kripto CoinEx, Haipo Yang.
Selain kemerosotan kapitalisasi pasar, total nilai aset yang dikunci (TVL) dalam protokol pun terjun bebas dan sulit dibendung. Itu belum termasuk pengaruh dari maraknya aksi peretasan yang melanda protokol DeFi.
Beberapa penyebab utama krisis pada DeFi adalah kurangnya inovasi dalam protokol, namun hanya berfokus pada penumpukan fungsi demi fungsi yang tidak menjadi pondasi jangka panjang.
“Inovasi yang tepat untuk mengatasi krisis DeFi adalah menghadirkan teknologi yang mumpuni, model ekonomi yang solid, aplikasi praktis dan fasilitas keamanan yang diutamakan,” ujar Haipo Yang.
Lanjut dikatakan, pada dasarnya inovasi harus dapat beradaptasi dengan situasi pasar dan aturan yang ada meski tetap mempertahankan sifat desentralisasinya. Selain itu, fungsi token yang tidak berorientasi jangka panjang juga menjadi dalang krisis pada DeFi.
“Alih-alih terbatas pada tata kelola, penambangan likuiditas dan staking, token proyek DeFi harus menjadi model untuk penciptaan nilai jangka panjang,” ujar Haipo.
Krisis likuiditas tentu menjadi dasar yang buruk bagi industri, di mana ini juga menjadi sebuah efek domino yang mengungkap krisis di balik sektor Keuangan Terdesentralisasi (DeFi).
Pada tahun 2020, DeFi menjadi sebuah primadona baru di kalangan investor, dengan popularitas yang melesat dengan cepat dan nilai total aset kripto dalam protokol mencapai ratusan miliar dolar AS.
“Namun, ketika pasar kripto terancam oleh risiko yang tidak sistematis, DeFi dengan cepat mengambil penurunan tajam dalam kapitalisasi pasar,” ujar Pendiri dan CEO dari bursa kripto CoinEx, Haipo Yang.
Selain kemerosotan kapitalisasi pasar, total nilai aset yang dikunci (TVL) dalam protokol pun terjun bebas dan sulit dibendung. Itu belum termasuk pengaruh dari maraknya aksi peretasan yang melanda protokol DeFi.
Beberapa penyebab utama krisis pada DeFi adalah kurangnya inovasi dalam protokol, namun hanya berfokus pada penumpukan fungsi demi fungsi yang tidak menjadi pondasi jangka panjang.
“Inovasi yang tepat untuk mengatasi krisis DeFi adalah menghadirkan teknologi yang mumpuni, model ekonomi yang solid, aplikasi praktis dan fasilitas keamanan yang diutamakan,” ujar Haipo Yang.
Lanjut dikatakan, pada dasarnya inovasi harus dapat beradaptasi dengan situasi pasar dan aturan yang ada meski tetap mempertahankan sifat desentralisasinya. Selain itu, fungsi token yang tidak berorientasi jangka panjang juga menjadi dalang krisis pada DeFi.
“Alih-alih terbatas pada tata kelola, penambangan likuiditas dan staking, token proyek DeFi harus menjadi model untuk penciptaan nilai jangka panjang,” ujar Haipo.