Wanti-wanti Ramalan 60 Negara Terancam Kelaparan, Indonesia Termasuk?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian (Kementan), Bambang mengatakan, bahwa tahun depan ramalan IMF (International Monetary Fund) setidaknya bakal ada 60 negara yang terancam kelaparan .
Bambang menjelaskan, hal itu disebabkan dari banyaknya krisis yang saat ini tengah melanda, seperti perubahan iklim, kondisi geopolitik yang memanas, hingga wabah penyakit seperti Covid-19 maupun PMK (penyakit mulut dan kuku).
"IMF telah mewarning kepada dunia bahwa akan ada sekitar 60 negara yang terancam kelaparan, yang disebut sebagai kegelapan nyata, atau dark signifikan," ujar Bambang sambutannya pada apel bersama jajaran Kementan secara virtual, Senin (15/8/2022).
Diterangkan juga bahwa ada 3 strategi Kementan yang bakal dilakukan, pertama menjaga inflasi pangan, melakukan substitusi impor, dan menggencarkan ekspor.
"Untuk menekan inflasi pangan kita cermati dengan baik, komoditas apa yang mejadi penyumbang inflasi terbesar, seperti misalnya cabai untuk kita mitigasi bersama, dengan meningkatan mutu dan produktivitas," sambungnya.
Selain itu Bambang juga mengungkapkan harus memproduksi komoditas pertanian sebagai alat substitusi impor agar memitigasi adanya gangguan rantai pasok akibat adanya konflik Geopolitik yang saat ini tengah terjadi.
"Kemudian substitusi impor, komoditas yang saat ini masih banyak kita datangkan dari impor, seperti gandum dan kedelai, rantai pasok yang terhambat, saya kira ini menjadi penting untuk mengembangkan komoditas lain, ada singkong, sagu, sorgum dan lainnya," lanjutnya.
Sehingga dengan menggencarkan produksi komoditas substitusi Impor tadi yang menjadi harapan bukan hanya bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri tapi juga menyuplai pangan keluar.
"Untuk ekspor banyak sekali peluang-peluang, secara umum bahwa dengan adanya peringatan IMF, jadikannya ini sebagai peluang untuk memberikan kecukupan, dan meningkatan produktivitas," pungkas Bambang.
Bambang menjelaskan, hal itu disebabkan dari banyaknya krisis yang saat ini tengah melanda, seperti perubahan iklim, kondisi geopolitik yang memanas, hingga wabah penyakit seperti Covid-19 maupun PMK (penyakit mulut dan kuku).
"IMF telah mewarning kepada dunia bahwa akan ada sekitar 60 negara yang terancam kelaparan, yang disebut sebagai kegelapan nyata, atau dark signifikan," ujar Bambang sambutannya pada apel bersama jajaran Kementan secara virtual, Senin (15/8/2022).
Diterangkan juga bahwa ada 3 strategi Kementan yang bakal dilakukan, pertama menjaga inflasi pangan, melakukan substitusi impor, dan menggencarkan ekspor.
"Untuk menekan inflasi pangan kita cermati dengan baik, komoditas apa yang mejadi penyumbang inflasi terbesar, seperti misalnya cabai untuk kita mitigasi bersama, dengan meningkatan mutu dan produktivitas," sambungnya.
Selain itu Bambang juga mengungkapkan harus memproduksi komoditas pertanian sebagai alat substitusi impor agar memitigasi adanya gangguan rantai pasok akibat adanya konflik Geopolitik yang saat ini tengah terjadi.
"Kemudian substitusi impor, komoditas yang saat ini masih banyak kita datangkan dari impor, seperti gandum dan kedelai, rantai pasok yang terhambat, saya kira ini menjadi penting untuk mengembangkan komoditas lain, ada singkong, sagu, sorgum dan lainnya," lanjutnya.
Sehingga dengan menggencarkan produksi komoditas substitusi Impor tadi yang menjadi harapan bukan hanya bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri tapi juga menyuplai pangan keluar.
"Untuk ekspor banyak sekali peluang-peluang, secara umum bahwa dengan adanya peringatan IMF, jadikannya ini sebagai peluang untuk memberikan kecukupan, dan meningkatan produktivitas," pungkas Bambang.
(akr)