Wow! Pendanaan Pertamina untuk Perajin Batik Capai Rp11,5 Miliar
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pelaku usaha batik yang sebagian besar merupakan pengusaha kecil merupakan salah satu ujung tombak pelestarian warisan budaya nasional. Sekitar 300 orang perajin batik di seluruh Indonesia telah menjadi mitra binaan PT Pertamina (Persero) dan mendapatkan pinjaman murah dengan total nilai mencapai Rp11,503 miliar.
Salah satu penerima pendanaan Pertamina adalah Yuli Astuti, pemilik Muria Batik Kudus, yang membangun bisnis batiknya sejak 2006 untuk melestarikan batik Kudus. Menurutnya, batik Kudus yang mengalami kejayaan pada era 1930-an hingga 1970-an mulai punah. Untuk menjaga warisan budaya itu, diamelakukan penelitian dan membuat batik Kudus dengan menerapkan kearifan lokal.
"Saya memilih menggunakan nama Muria Batik karena sering meneliti sejarahdi Gunung Muria yang kemudian saya aplikasikan ke motif batik," ujarnya, dalam siaran pers yang diterima, Minggu (21/8/2022).
Sejauh ini, Yuli telah mendaftarkan sekitar 30 motif batik di Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) seperti motif Parijotho, Kudusan, Kapal Kandas, dan batik-batik lainnya yang khas dengan daerah Kudus. Untuk mengembangkan bisnis batik yang berlokasi di Karangmalang itu, dia telah dua kali mendapatkan pinjaman murah dari Pertamina yakni senilai Rp10 juta pada 2017 dan Rp150 juta pada 2019. Omzetnya pun meningkat 30% hingga mencapai Rp100 juta per bulan.
"Untuk pendanaan dari Pertamina pertama kali dikenalkan oleh teman yang telah lebih dulu menjadi mitra binaan. Perkembangan setelah mendapatkan pendanaan sangat terbantu sekali selain dengan bunga ringan dan pembinaan selama ini serta kesempatan pameran dan pemasaran yang diberikan Pertamina sangat membantu perkembangan usaha Muria Batik. Walaupun kemarin ada pandemi masih mampu bertahan," tuturnya.
Mitra binaan Pertamina lainnya adalah Iftitakhiyah, pemilik usaha Batik Pekatan, di Depok, Jawa Barat, yang dirintis pada 2019. Dia yang terlahir dari keluarga pengusaha batik di Pekalongan mengembangkan usaha batik tulis sekaligus menjaga para artisan batik tulis untuk terus berkarya dan memperluas pasarnya. Dia mempekerjakan tiga perajin di Pekalongan, Cirebon dan Lasem, serta dua desainer dan penjahit untuk collection ready to wear.
Selama pandemi, Iftitakhiyah mendapatkan pinjaman murah sebesar Rp50 juta pada 2020. Omzet Batik Pekatan mencapai Rp150 juta pada tahun itu. Pada 2021, omzetnya meningkat menjadi sekitar Rp200 juta setelah pemasarannya dibantu Pertamina. Batik Pekatan sudah dua kali mengikuti event yaitu Pertamina Smexpo 2021 dan Adiwastra.
Yuli berencana menambah permodalan lewat pinjaman dari Pertamina untuk menambah modal stok bahan baku. Selain itu, modal tersebut akan digunakan buat mengembangkan pemasaran lebih luas, baik di Jawa maupun luar Jawa. "Kami juga ingin menembus negara luar seperti Malaysia, Singapura, dan Jepang," tuturnya.
Dengan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan, tutur Yuli, dia dapat memberikan pelatihan batik kepada masyarakat. Saat ini, dia telah melakukan pembinaan batik di sekolah, anak-anak difabel, anak-anak berkebutuhan khusus agar mereka mengenal batik sejak dini. Atas inisiatif ini, Yuli mendapatkan penghargaan sebagai Juara 1 Local Hero Pertamina 2019.
Salah satu penerima pendanaan Pertamina adalah Yuli Astuti, pemilik Muria Batik Kudus, yang membangun bisnis batiknya sejak 2006 untuk melestarikan batik Kudus. Menurutnya, batik Kudus yang mengalami kejayaan pada era 1930-an hingga 1970-an mulai punah. Untuk menjaga warisan budaya itu, diamelakukan penelitian dan membuat batik Kudus dengan menerapkan kearifan lokal.
"Saya memilih menggunakan nama Muria Batik karena sering meneliti sejarahdi Gunung Muria yang kemudian saya aplikasikan ke motif batik," ujarnya, dalam siaran pers yang diterima, Minggu (21/8/2022).
Sejauh ini, Yuli telah mendaftarkan sekitar 30 motif batik di Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) seperti motif Parijotho, Kudusan, Kapal Kandas, dan batik-batik lainnya yang khas dengan daerah Kudus. Untuk mengembangkan bisnis batik yang berlokasi di Karangmalang itu, dia telah dua kali mendapatkan pinjaman murah dari Pertamina yakni senilai Rp10 juta pada 2017 dan Rp150 juta pada 2019. Omzetnya pun meningkat 30% hingga mencapai Rp100 juta per bulan.
"Untuk pendanaan dari Pertamina pertama kali dikenalkan oleh teman yang telah lebih dulu menjadi mitra binaan. Perkembangan setelah mendapatkan pendanaan sangat terbantu sekali selain dengan bunga ringan dan pembinaan selama ini serta kesempatan pameran dan pemasaran yang diberikan Pertamina sangat membantu perkembangan usaha Muria Batik. Walaupun kemarin ada pandemi masih mampu bertahan," tuturnya.
Mitra binaan Pertamina lainnya adalah Iftitakhiyah, pemilik usaha Batik Pekatan, di Depok, Jawa Barat, yang dirintis pada 2019. Dia yang terlahir dari keluarga pengusaha batik di Pekalongan mengembangkan usaha batik tulis sekaligus menjaga para artisan batik tulis untuk terus berkarya dan memperluas pasarnya. Dia mempekerjakan tiga perajin di Pekalongan, Cirebon dan Lasem, serta dua desainer dan penjahit untuk collection ready to wear.
Selama pandemi, Iftitakhiyah mendapatkan pinjaman murah sebesar Rp50 juta pada 2020. Omzet Batik Pekatan mencapai Rp150 juta pada tahun itu. Pada 2021, omzetnya meningkat menjadi sekitar Rp200 juta setelah pemasarannya dibantu Pertamina. Batik Pekatan sudah dua kali mengikuti event yaitu Pertamina Smexpo 2021 dan Adiwastra.
Yuli berencana menambah permodalan lewat pinjaman dari Pertamina untuk menambah modal stok bahan baku. Selain itu, modal tersebut akan digunakan buat mengembangkan pemasaran lebih luas, baik di Jawa maupun luar Jawa. "Kami juga ingin menembus negara luar seperti Malaysia, Singapura, dan Jepang," tuturnya.
Dengan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan, tutur Yuli, dia dapat memberikan pelatihan batik kepada masyarakat. Saat ini, dia telah melakukan pembinaan batik di sekolah, anak-anak difabel, anak-anak berkebutuhan khusus agar mereka mengenal batik sejak dini. Atas inisiatif ini, Yuli mendapatkan penghargaan sebagai Juara 1 Local Hero Pertamina 2019.